I

6 1 0
                                    

Fiona menatap dirinya di cermin. Rambutnya sudah ia cat berwarna coklat untuk menutupi rambut putihnya. Ia tidak mau terkenal sebagai 'anak albino' di sekolah barunya. Walaupun tidak seharusnya ia menutup-nutupi kekurangannya itu, tapi ia hanya tidak ingin dirinya jadi pusat perhatian.

"Sayang?" Suara Oma membuyarkan
lamunan Fiona, "Kamu yakin?" Tanya Oma, khawatir dengan cucu kesayangannya.

"Yakin. Oma nggak usah khawatir, kan ada Angga juga." Jawab Fiona mantap. Ia tersenyum dan memeluk Omanya erat.

Tin! Tin!

Terlihat mobil Angga sudah terpakir di depan rumah Fiona. Fiona pun segera mengambil tasnya dan merapikan penampilannya, lalu ia pamit kepada mama dan Oma.

"Kalau ada yang nakal bilang Oma ya, nanti Oma marahin!"

"Kalau ada yang nakal mah, Fio hajar!" Canda Fiona, yang dibalas dengan dua jempol Oma.

"Haduuh, ajaran Oma emang ini ya. Jangan bikin masalah pokoknya, have a good day, Sayang." Mama mengecup dahi anak gadisnya, begitu juga dengan Oma. Fiona pun segera keluar rumah dan menemui Angga yang sudah menunggunya sejak tadi.

Hari ini adalah hari pertama Fiona ke sekolah umum. Selama ini, ia hanya homeschooling di rumah karena takut akan pandangan anak lain terhadap dirinya. Namun lambat laun, Fiona sadar bahwa ia harus menghadapi rasa takutnya, bukan malah menghindarinya. Akhirnya di jenjang SMA kelas 11 ini, Fiona memutuskan untuk masuk ke Valley High School—atau yang biasa disebut VHS. Angga menyuruhnya untuk masuk VHS agar satu sekolah dengannya sehingga Fiona tak sepenuhnya lepas dari pengawasannya.

"Sunblock sama kacamata hitamnya jangan lupa," Peringat Angga. Fiona menepuk jidatnya karena ia lupa membawa kacamata hitam.

Karena penyakitnya, Fiona tentunya memiliki beberapa keterbatasan. Jika terkena sinar matahari langsung, kulitnya bisa terbakar karena terlalu kering. Sedangkan matanya juga tidak kuat jika terkena sinar matahari langsung. Tentunya ia tidak harus memakai kacamata di dalam sekolah. Namun untuk berjaga-jaga, Fiona harus membawa dua benda itu kemanapun ia pergi.

"Yaudah tuh ambil kacamata gue di dashboard." Angga yang sudah hapal dengan keteledoran Fiona pun sudah mempersiapkannya.

"Hehe, baik deh." Fiona tersenyum lebar yang dibalas dengan tatapan sinis dari Angga. Emang Angga ini jutek, tapi aslinya perhatian banget.

Begitu mereka sampai di VHS, Angga memakirkan mobilnya di tempat yang rindang. Mereka pun keluar dari mobil dan disambut dengan tatapan bingung dari murid-murid yang melintasi parkiran. Entah bingung karena Fiona yang terlihat asing dengan kulit super putihnya atau karena Angga yang datang bersama cewek asing.

Angga dan Fiona berbeda kelas sehingga Angga mengantarkan Fiona ke kelasnya terlebih dahulu. Walaupun awalnya Angga sudah membujuk Pak Bobby—kepala sekolah VHS—untuk menyatukan Angga dan Fiona dalam satu kelas, namun Pak Bobby juga tidak bisa berbuat banyak karena kelas Angga pun sudah penuh. Di lorong sekolah, Angga berusaha tidak memperdulikan bisikan dan tatapan dari murid lain. Tentunya ia sebagai primadona VHS sudah biasa menjadi perhatian murid-murid lain.

"Ini kelas lo. Nanti istirahat gue kesini, lo jangan kemana-kemana," Perintah Angga. Sejujurnya ia khawatir membiarkan Fiona di kelas barunya karena yang Angga tahu, Fiona jarang berinteraksi dengan orang lain kecuali dengan mama, Oma dan Angga.

"Iyalah emang gue kucing apa keluyuran." Jawab Fiona sewot.

"Ye, malah sewot ni bocah. Udah ya, jangan bikin masalah." Angga pun kembali ke kelasnya. Untunglah keadaan kelas belum terlalu ramai sehingga Fiona tidak menjadi bahan penglihatan murid-murid kelas.

Fiona memasang sebelah earphone ke telinga kanannya. Tak lama kemudian, ada seseorang yang duduk di bangku sebelahnya namun Fiona tetap berusaha tak acuh. Meskipun berusaha tak acuh, ia merasa bahwa cowok di sebelahnya terus memperhatikannya. Kalau kata Angga, Fiona harus bersikap jutek kepada cowok yang annoying jadi ia mencoba untuk menerapkannya.

"Sorry, lo ada perlu apa ya sama gue? Gue nggak nyaman kalo lo liatin terus." Ucap Fiona. Sejujurnya ia sangat takut untuk bicara sejutek itu kepada orang yang tak dikenalnya.

"Iya, gue ada perlu sama lo," Cowok itu membenarkan posisi duduknya, menghadap Fiona, "Gue perlu kenalan sama lo."

Apa sih ini cowok? Cringe abis, batin Fiona.

"Gue Rafi," Cowok itu bermaksud mengajak Fiona bersalaman, namun Fiona berusaha untuk tidak mengacuhkannya.

"Yaudah kalo lo gak mau juga gapapa. Ntar juga gue tau sendiri nama lo. Salam kenal ya, chairmate." Rafi menyunggingkan senyumnya kepasa Fiona lalu berdiri dan meninggalkan kelas.

"Cowok aneh." Ucap Fiona kepada dirinya sendiri.

Fiona belum tahu bahwa cowok itu akan menjadi bencana baginya.




***

Btw, ini cast nya Fiona ya bagi yang mau tau aja sih. Untuk Angga & Rafi nyusul ya!

 Untuk Angga & Rafi nyusul ya!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 16, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Au RevoirWhere stories live. Discover now