si kembar

7 0 0
                                    

"Rey ... Rey.... Rey.... Bangun, ayolah Rey !" Ucap Fei membangunkan Rey saudara kembarnya Fei.

"Menyingkirlah Fei, beri aku 10 menit lagi." jawab Rey yang masih mengantuk.

"Rey... apa kau lupa hari ini ?"

"Jangan membodohiku Fei, ini hari rabu"

"Tuhan... kenapa kau memberiku kakak sebodoh Rey"

Tiba - tiba...

Plaakkkk

"Awwwww.... Rey... apa - apaan kau menamparku seperti ini" Teriak Fei karena Rey menamparnya.

"Sialan kau mengataiku bodoh. Sudahlah pergi sana aku ingin tidur." Jawab Rey dan kembali tidur.

"Rey dengar dulu, hari ini ayah akan pulang. Sudah sangat lama sejak terakhir kita dan ayah bertemu ..."

Belum sempat Fei melanjutkan kalimatnya tiba - tiba Rey menngatakan

"Astaga aku lupa hari itu... Fei kenapa kau tidak mengingatkan aku, sialan kau Fei..." Rey terus menggerutu sendiri.

"Selalu saja begini." Ucap Fei dalam hati melihat tingkah Rey yang langsung bangun dan buru - buru bersiap - siap.

Fei meninggalkan kamar Rey dan menuju ke dapur untuk membantu kakak nya Way yang sedang menyiapkan jamuan untuk ayah mereka.

"Fei bisa tolong ambilkan buah yang ada di keranjang itu ?" Ucapnya pada Fei yang hendak menghampirinya. Fei menganggukan kepalanya kemudian membawa sekeranjang buah itu dan memberikannya pada Way.

" Terimakasih Fei." Kata Way sambil tersenyum. Kemudian Fei membalas senyumnya.
"Fei bagaimana Rey ? Apa dia sudah bangun dan bersiap ? Mana dia" Tanya Way.
"Dia seperti biasa kak" Jawab Fei.
"Astaga anak itu" Ucapnya sambil tertawa kecil.

Saat mereka tengah berbicara kemudian Rey keluar dari kamarnya dan menghampiri mereka sambil berkata "Kalian tidak mau membagi candaan itu denganku ? Aku ingin tau juga."
Way menjawab "Tidak, karena ini rahasia aku dan Fei" Fei hanya tersenyum melihat kelakuan kedua kakaknya.

Kemudian terdengar suara bel pintu rumah mereka.
Mereka bertiga menghampiri pintu dan membukanya. Terlihat ayahnya berdiri gagah di depan pintu. Mereka langsung memeluk ayahnya karena mereka sangat merindukan ayahnya.

"Dad, lihatlah kami mempersiapkan semua ini untukmu." Ucap Way.
"Kalian sungguh anak - anakku yang luar biasa. Terimakasih sudah mempersiapkan semua ini. Ahhh yaa hampir saja lupa, Dady punya hadiah untuk kalian." Kata ayah mereka.
"Waaaa... Benarkah... Kalau begitu mana untukku" Kata Rey bahagia.
Kemudian ayah mereka memberikan masing - masing papper bag yang dia bawa.
Way Mendapatkan Headphone terbaru. Rey Mendapatkan alat lukis dari salah satu merk kesukaannya. Dan Fei dia mendapatkan sebuah buku dan alat tulis.

Setelah itu Way mengajak ayahnya untuk makan bersama. Kemudian ayahnya pun dengan senang hati ikut makan masakan anaknya. "Way kau seperti ibumu, rasa masakan ini sangat mirip." Ucap Reiner ayah mereka dalam hati.

"Rey, Fei bagaimana sekolah kalian ?" Kata Reiner memecah keheningan. "Masih seperti biasa, Rey sering masuk BK karena berkelahi dengan murid lainnya. Dan dia masih memberi alasan kalo itu demi Fei walau Fei bilang tidak." Ucap Way. "Kau tidak tau kenyataannya seperti apa Way." Ucap Rey kesal. "Sopanlah sedikit, aku ini kakakmu." Jawab Way. Rey berpura - pura tidak mendengarnya dan lanjut makan.

***
Makan pun selesai. Reiner berencana untuk mengajak anak- anaknya untuk pergi ke makam mendiang istrinya. "Rey, Fei, way... Ada rencana apa kalian hari ini?" Tanya Reiner. "Sepertinya tidak ada Dad." Jawab way. "Aku dengan Fei ada les seni hari ini, kalo boleh tau kenapa dad ?" Kata Rey. "Tidak, dady hanya bertanya." Kata Reiner.
" Dad, you know what ? Bulan depan Fei akan ikut olimpiade loh." Ucap Rey. "Waw fantastic. Dimana olimpiade nya Fei ?" Sahut Daddy. "Olimpiade nya di Surabaya Dad. Sebenarnya aku takut buat ikut olimpiade nya dad." Ucap Fei sambil menundukkan kepala. "Jangan khawatir fei aku kan ada disana juga buat lomba bermain biola hehe..." Sahur Rey tertawa sambil menepuk punggung saudari nya. "Awww... Rey..." Ucap  Fei sambil tersenyum.

Saat mereka tengah bercanda dering telfon dari ponsel Rey memecah suasana hangat tersebut. Ekspresi Rey mulai serius saat seseorang mengatakan sesuatu dalam telfon. "Kayak nya aku harus pergi dulu deh."

Apa yang sebenarnya terjadi ?
Tunggu di next part nya ok ☺

It's our DestinyUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum