DOWN

3.1K 242 20
                                    

Mataku berbinar-binar menatapnya. Rasa ingin segera kutunggangi.

"Oh... Sekuter." Elusan lembut tanganku membelainya seolah ia sedang menantikan hal itu.
Ku gosok-gosok kaca spionnya, kini seolah dia (vesva) sedang berkedip-kedip padaku, mengisyaratkan bahwa dia telah pulih seperti sedia kala dan siap melayaniku.

“Mbak...”
petugas bengkel menepuk bahuku.

“Ini bonnya Mbak”.
Aku menerima nota pembayaran service sekuterku, setelah seminggu mangkir disini.

Lumayan juga, saat melihat sejumlah nominal rupiah yang tetera di nota tersebut.

“Tapi gak apa-apa, yang penting kamu pulih.” batinku.
Dan mengelus kembali lampu depannya, sambil senyum-senyum sendiri.

“Jomblo ya Mbak?”
tegur seorang karyawan bengkel.

Kepo atau mungkin dia mengira aku sedikit rada-rada.

“Menurutmu?” Aku bertanya balik.

“Jomblo. Dilihat dari cara Mbak menatap dan menyentuh motor itu sudah membuktikan kalau Mbak seorang yang jomblo.” Ucap karyawan tersebut.

Seperti dukun saja orang ini. Bisa nebak kalau aku seorang yang jomblo.

“Mas gak alih profesi aja?” Tanyaku.

“maksudnya Mbak?” Dengan nada heran.

“Bener  lo, apa yang Mas bilang tadi. Kayaknya Mas bakat jadi dukun." Jelasku padanya.

“Ah... Mbak ini ada-ada aja.” Sambil tertawa.

“Bayar dimana nih Mas?” Aku kembali kemasalah motorku.

“Kekasir aja Mbak.”
Aku pun melangkah menuju meja kasir.

Jomblo ? Darimana kira-kira kata itu berasal? Apa perlu aku searching dulu ke Mbah Google?
Kalau kata si Dea anak ibu kosku yang masih kelas 2 SMA. Jomblo itu menyiksa.
Beda lagi dengan temanku difacebook si Fahmi, dia bilang jomblo itu lebih mulia dari pada pacaran. Menjaga biar gak zina katanya.
Tapi kalau versiku jomblo itu, saatnya untuk memperbaiki diri dan membahagiakan orang-orang yang kita sayangi.

Kini sekuterku siap meluncur. Pasang helm, nyalakan mesin. Lega rasanya bisa mengendarainya lagi.

Ada rasa deg-degkan, saat sekuterku meluncur kearah Kelapa Gading. Imbas dari salah paham minggu lalu. Pria itu menahan KTP Naisha.

Bagaimana jika sampai sana aku dipersulitnya atau dia minta ganti rugi yang lebih besar. Tapi mana mungkin dia sekejam itu. Dilihat dari tampangnya yang maskulin penuh karisma, dia tidak cocok untuk jadi seorang yang kejam. Apalagi dia orang yang tajir, tentunya dia tidak akan minta ganti rugi yang banyak. Tapi kalau dia minta balik nonjok wajahku.

"haduh... serem banget" gumanku.

Hatiku jadi ragu. Kukurangi kecepatan motor, sambil berpikir.

Lagian juga itukan KTP Naisha, biarkan saja. Tapi kalau dia terus menggangguku, bisa pusing aku dibuatnya. Mengingat beberapa hari ini dia berteriak, merengek, memintaku mengambilkan KTPnya.

QIRANIWhere stories live. Discover now