pedang pembunuh naga (evisode 8)

Start bij het begin
                                    

Boe Kie terkesiap oleh berita itu. “Tjelaka, djangan-djangan aku telah melengahkan urusan besar agama akibat tenggelamnja dalam urusan pribadi.” Tjepat ia mengadjak mereka berangkat.

Maka tidak lama mereka pun sampailah di tempat tinggal rombongan Beng-kauw. Memanglah Yo Siauw, Hoan Yoe-soe (Hoan Yauw), Peng Eng Giok, dan lain-lainnja lagi sibuk mentjari ke mana perginja sang Beng-tjoe. Mereka mendjadi senang setelah melihat Boe Kie kembali. Tapi mereka pun heran ketika melihat Tjie Djiak dan Tio Beng ikut datang.

Melihat semangat mereka itu rada lesu, lantas Boe Kie tahu tentu ada hal-hal jang kurang beres. Tjepat ia berkata, “Peng Taysoe, ada urusan apakah kau mentjari aku?”

Belum Pek Eng Giok mendjawab, Tjie Djiak lantas tarik tangan Tio Beng diadjak menjingkir. Tio Beng tahu maksudnja, jang tidak suka ikut mendengarkan rahasia dalam Beng-kauw, maka ia ikut sadja. Yo Siauw, Hoan Yauw mendjadi terheran-heran melihat kelakuan kedua gadis itu. Dahulu di Ho-tjioe waktu sang Kauw-tju hendak menikah, kedua nona itu telah saling tjakar-tjakaran, dan sekarang mereka begitu rukun bagaikan saudara kandung sadja? Entah dengan resep apa sang Kauw-tjoe telah akurkan mereka?

Setelah Tjie Djiak berdua pergi, lalu Pek Eng Giok berkata, “Lapor, Kauw-tjoe. Ketika kita telah mengalami kekalahan besar di Ho-tjioe, Han San Tong telah gugur.”

“Hah!” seru Boe Kie kaget dan berduka.

“Kini pimpinan sementara di daerah sana dipegang oleh Tjoe Goan Tjiang, dan kedua saudara Tjie Tat dan Siang Gie Tjoen djuga sudah pergi membantu, begitu djuga Han Lim Djie,” lapor Pek Eng Giok selandjutnja. “Situasi rada genting. Mohon Kauw-tjoe lekas mengatur seperlunja.”

Segera Boe Kie menanjakan lebih djauh kedjadian di medan pertempuran achir-achir ini. Tengah-tengah berunding, tiba-tiba In Ya Ong datang dan berkata, “Lapor, Kauw-tjoe. Kay-pang mengirim orang membawa berita bahwa si djahanam Tan Yoe Liang itu sudah diketahui djelas djedjaknja.”

“Di mana dia?” tanja Boe Kie.

“Keparat itu ternjata sudah menjelundup ke bawah pimpinan Saudara Tjie Sioe Hwee. Kabarnja Saudara Tjie sangat pertjaja dan sajang padanja,” sahut In Ya Ong.

“Djika begitu, kita mendjadi tidak enak mengambil tindakan,” udjar Boe Kie. “Kuharap kau kirim orang memberitahukan Saudara Tjie bahwa keparat Tan Yoe Liang itu sangat litjik dan kedji, dan djangan sampai mendjadi bibit bentjana, kalau bisa mendjauhi dia.”

“Paling bagus, sekali tabas bunuh dia sadja, beres,” udjar In Ya Ong.

“Baiklah, urusan ini biar kuselesaikan sendiri.” Sedang Boe Kie berpikir, tiba-tiba datang pesuruh membawakan surat kilat dari Tjie Sioe Hwee.

“Tjelaka, kena didahului dia,” kata Yo Siauw mengerutkan keningnja.

Waktu Boe Kie membuka surat itu, kiranja pandjang lebar Tjie Sioe Hwee melaporkan bahwa Tan Yoe Liang mengaku berbuat salah kepada sang Kauw-tjoe. Ia insjaf kalau dosanja besar, maka rela masuk ke dalam Beng-kauw dan berdjandji akan mengubah kesalahannja jang dulu, asalkan sang Kauw-tjoe memberikan kesempatan padanja untuk memperbaikinja. Boe Kie serahkan surat itu untuk dibatja oleh Yo Siauw dan jang lain-lainnja.

Kata Ya Ong kemudian, “Tjie Hiati terlalu pertjaja pada orang ini, kelak pasti akan merasakan akibatnja.”

“Ja, keparat Tan Yoe Liang ini benar-benar sangat litjin,” udjar Yo Siauw. “Tetapi kita mendjadi tidak enak membunuhnja sekarang, kuatir kalau-kalau menimbulkan salah paham pahlawan-pahlawan seluruh negeri.”

“Kata Yo Tjo-soe memang benar,” sahut Boe Kie. “Peng Taysoe, kau sangat akrab dengan Tjie Hiati. Sediakah kau mentjari kesempatan untuk menasihatinja agar waspada terhadap muslihatnja Tan Yoe Liang, dan djangan sekali-kali menjerahkan kekuasaan padanja.” Peng Eng Giok menerima tugas itu.

pedang pembunuh nagaWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu