01. Clumsy Juni 🌻

2K 324 110
                                    

Catatan Penting: Cerita ini adalah semacam versi lain dari Choosy Clumsy pertama. Ceritanya berbeda, tokohnya ada yang beda. Teman-teman Juni (Sheya, Shena dan Shua) masih sama, ya, jadi paralel mereka masih sama.
Cerita ini dibuat dalam rangka balikin mood nulis jadi ini bakal ringan banget. Update mungkin nggak teratur tapi semoga aja nggak ngaret-ngaret banget 🙏

Thank you for reading this!

ps: please leave vote and lots of comments!!!

🌻🌻🌻

𝐂𝐡𝐨𝐨𝐬𝐲 𝐂𝐥𝐮𝐦𝐬𝐲

[𝟶𝟷. 𝙲𝚕𝚞𝚖𝚜𝚢 𝙹𝚞𝚗𝚒 ]

 𝙲𝚕𝚞𝚖𝚜𝚢 𝙹𝚞𝚗𝚒 ]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Mana rapimu?!”

“Ini rapiku!” Murid-murid kelas 3C bersama-sama melipat tangan di atas meja. Wajah lurus menatap papan tulis, tubuh kaku seperti patung. Tersenyum ceria seperti anak-anak umur delapan dan sembilan tahun yang menggemaskan. Atau seperti itu harapannya. Seperti itu seharusnya.

Nyatanya, Kanigara Juni menarik napas dalam-dalam. Ini baru jam tujuh lewat lima belas menit. Sabar, Juni, sabar. Masih ada kurang lebih delapan jam lagi. Ia harus menyimpan seluruh energi sarapannya hingga delapan jam mendatang. Dan jam tujuh, bukan waktu yang tepat untuk darah tinggi.

Ia hanya melotot sebentar kepada beberapa murid perempuan di barisan tengah yang masih sibuk bertukar stiker dan murid laki-laki di pojok yang sedari tadi mengobrol.

“Kurang kompak, nih. Yuk, sekali lagi, anak-anak! Mana rapimu?!”

“INI RAPIKU!”

“Mana buktinya?!”

“INI BUKTI─”

“HAHAHA Stibidi stibidi dip dibidi yes yes bop bop hahaha.”

“Widiiih hafal! Skibidi toilet terus ya lo tonton? Cuaks!”

“Yo’i. Kalo Upin Ipin nonton, nggak? Yang kurus kerempeng itu hahah.”

“Yang rambutnya kayak lidi kan? Nonton lah! Aneh banget tahi lalat Oppa gede banget. Hahahaha”

“Hahaha iya! Rambut Ipinnya kayak antena!”

“BRAZIO ANTONY KENZZO ABRISAM! SAHIL GIBRAN ARKANANTA PUTRA RAHADIAN!”

Pagi ini, lagi-lagi seperti pagi-pagi lainnya, Juni sudah mengeluarkan tanduk. Jika semasa SMA dan kuliah Juni mengingat dirinya dikenal sebagai sosok yang pendiam dan introvert, maka entah sudah menguap kemana sifat itu. Menjadi ibu dari dua puluh anak dalam kurun waktu lima tahun terakhir benar-benar telah menidurkan sosok ibu peri dan membangkitkan figur ibu tiri dalam diri Juni.

Ia menahan diri untuk tidak mencubit gemas pipi chubby kedua murid nakalnya itu dan hanya memberi mereka tatap memperingatkan (atau ia akan menghukum mereka menghafal kosakata bahasa asing seperti kemarin lagi). Ingat, ia harus menghemat energi! Maka, tanduk Juni masukkan kembali ke dalam kepala untuk selanjutnya tersenyum profesional pada murid-muridnya hari ini. Diraihnya pulpen dan sebuah buku panjang, lalu duduk di belakang meja.

MenU Project: Choosy ClumsyWhere stories live. Discover now