Taeil menghentikan kegiatannya saat teringat akan sesuatu. "Semalam aku dikasih banyak makanan sama temen. Daripada gak dimakan lebih baik aku kasih ke pemilik kamar sebelah aja kali, ya."

Setuju dengan pemikirannya, Taeil beranjak ke kamar untuk mengambil makanan yang semalam dibelikan oleh temannya. Tenang saja makanan tersebut masih layak dimakan, kok. Lagipula makanan itu sudah dipanaskan.

Beberapa detik setelah kepergian Taeil, pintu kamar sebelah terbuka. Kedua netra si pemilik kamar nampak menyipit kala melihat seongok kursi kayu yang kakinya patah tergeletak di lantai.

"Kenapa ada kursi di sini?" Dia bersuara dan sebut saja namanya Haechan. Ya, Lee Haechan. Memangnya siapa lagi kalau bukan pemuda itu? Semua orang juga sudah tahu.

"Jadi dari tadi pemilik kamar sebelah lagi benerin kursi?" gumam Haechan seraya menutup pintu kamar kembali. "Kenapa juga kursi ini bisa patah." Ia kembali bergumam. "Tapi orangnya ke mana, sih? Kerjaannya ditinggal gini. Bikin kotor aja."

Pemuda itu memutuskan untuk mengabaikan kegiatan si pemilik kamar sebelah dan hendak melangkah pergi mencari makanan karena sudah lapar. Namun ia harus menghentikan langkah saat ada suara seseorang di belakang tubuhnya.

"Eh, pemilik kamar sebelah, ya?"

Haechan menolah dan seketika netra pemuda itu melebar sempurna kala melihat seorang pria yang berdiri di hadapannya. Dia tidak salah lihat, kan?

Pria tersebut merupakan seseorang yang Haechan cari selama seminggu ini.

"Kamu?!"

Tangan Haechan bergerak menunjuk Taeil. Senyumnya merekah cerah.

"Ya, Tuhan. Aku gak lagi mimpi, kan?" ucap Haechan sumringah. "Kamu nyata?" Ia mendekat dan hendak menyentuh bagian tubuh Taeil, tapi pria itu segera menghindar karena bingung dan sedikit takut.

"Maaf, kenapa, ya?" tanya Taeil. Pegangan kedua tangannya pads piring berisi makanan terlihat mengerat. Dia sungguh takut.

Haechan segera tersadar dan menormalkan raut wajahnya. Ia terlalu senang sampai lupa batasan diri.

"Maaf, kayanya aku terlalu berlebihan, ya? Tapi jujur ini murni karena aku senang bisa ketemu kamu lagi," ucap Haechan sembari tersenyum.

Taeil masih bingung. "Ketemu lagi?" tanyanya dengan kening mengkerut. "Emang sebelumnya kita pernah ketemu?"

Senyuman di wajah Haechan memudar. Kening pemuda itu terlihat mengkerut. "Kamu lupa dengan pertemuan kita minggu lalu di taman Kota?"

"Taman Kota?" Taeil semakin bingung. "Perasaan aku gak pernah ke sana," lanjutnya. Mungkin kamu salah orang. Karena ini pertemuan pertama kita."

"Kamu beneran lupa?" ucap Haechan ikut bingung. "Soalnya aku yakin dan gak salah ngenalin kalau yang aku temui di taman Kota itu kamu."

"Aku serius. Ini pertemuan pertama kita," sahut Taeil sembari memandang pemuda di hadapannya dengan aneh.

"Coba ingat-ingat lagi. Kita emang pernah ketemu," balas Haechan.

Taeil menggeleng. "Aku sama sekali gak ingat kalau kita pernah ketemu," ucapnya. "Ini emang pertemuan pertama kita."

"Aku aja ingat dengan jelas tentang pertemuan itu, masa kamu sama sekali gak ingat?" kata Haechan hampir frustasi. "Aku yakin kalau aku gak salah ngenalin seseorang yang aku temuin walau itu sekali."

"Tapi aku--"

"Permen lolipop jatuh di sepatu?" potong Haechan.

Seketika Taeil terdiam. Pria itu menatap Haechan dengan lekat. Dia seperti tengah mengingat-ingat kejadian beberapa hari sebelumnya yang mungkin ia lupakan. Apakah benar mereka pernah bertemu di taman Kota atau tidak.

"Ah!"

Taeil memekik setelah ia sudah ingat. Hari ini memang bukan pertemuan pertamanya dengan sang pemilik kamar sebelah.

"Aku udah ingat sekarang," ucap Taeil.

Senyuman Haechan kembali merekah. "Serius?" tanyanya antusias. "Kita emang pernah ketemu di taman, kan?"

Taeil mengangguk. "Maaf, aku punya daya ingat yang kurang. Jadi aku benar-benar lupa dengan pertemuan kita di taman Kota."

"Tapi seenggaknya sekarang kamu udah ingat," ucap Haechan yang tak melunturkan senyumannya. "Itu udah cukup bikin aku lega."

"Ya, aku udah ingat," sahut Taeil sambil tersenyum manis. "Maaf karena aku sempat lupa."

Haechan mengulurkan tangan kanannya. "Kita belum kenalan," kata pemuda itu. "Namaku Lee Haechan."

Taeil menjabat uluran tangan tersebut. "Aku Moon Taeil."

Mungkin ini terdengar menggelikan karena seseorang yang Haechan cari selama seminggu ternyata tinggal begitu dekat dengannya. Namun itu sebuah kenyataan bukan halusinasi semata.

Kini Haechan tak perlu lagi mencari sang penyuka permen lolipop. Karena dia bisa melihat sosok indah itu kapapan ia mau.

Semoga setelah ini hubungan mereka bisa lebih dekat lagi. Bukan hanya sekedar tetangga kamar sebelah.

.
.
.

Tbc.

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: Nov 30, 2023 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

Lolipop Cinta (HyuckIl)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora