"Oh, ya? Ya udah atuh, Tante ke belakang dulu, ya, Geulis!" Perut Sisil rasanya mual.

Yang lebih membuat Sisil tidak mengerti lagi kenapa para bibinya itu sangat julid terhadapnya. Padahal Sisil merasa dan sangat ingat tidak punya hutang kepada mereka, atau dasar memang dari sananya menyebalkan.

"Bapak sama Ibu gak bisa datang, titip amplop saja buat kamu." Kini perhatian Sisil mengarah pada Tante Lisna ---adik bungsu ayahnya--- bibi yang paling netral dan cukup Sisil sukai.

"Padahal Sesil kangen sama mereka."

"Nanti kita videocall aja kalo acara udah selesai. Sisil, Tante ke dalem dulu." Sisil melempar senyuman tipis dan kembali menatap lurus kedepan.

Tidak ada yang menarik untuk dilihat sebenarnya, sebelum akhirnya sosok tinggi bernama Juan muncul mengenakan kemeja putih serta celana khaki, bersama ayah dengan pakaian senada.  Juan terlihat banyak tertawa akhir-akhir ini, selain itu Sisil juga sempat menguping jika usaha bakminya tengah viral dan memiliki pemasukan melejit. Usaha yang Sisil tahu betul bagaimana jatuh bangunnya Juan saat itu, sekarang tengah berada dititik tinggi.

Sisil refleks tersenyum tipis. Juan tampan, sudah mapan, sudah menikah dan sebentar lagi memiliki anak. Bahagia sekali hidup pria itu, sedangkan dia masih begini-begini saja.
Dengar, Sisil mungkin bisa bersikap biasa saja pada Sesil karena wanita itu adiknya, tapi pada Juan tidak akan pernah. Entah sampai kapan namun Sisil tidak akan memaksa perasaannya untuk menerima pria itu sebagai adik iparnya. Tch, usia Juan saja sudah mau kepala tiga, adik ipar dari mana? Mungkin sampai kapanpun Sisil Tidak akan pernah membukakan pintu maaf bagi pria itu.

"Iya, Bu. Bulan agustus nanti rencananya anak saya si Meli mau lamaran. Alhamdulillah pacarnya yang anak bupati itu udah ada niatan serius. Ya ... mungkin karena Meli cerdas juga jadi mereka nyambung."

Nah 'kan, drama akan segera dimulai lagi!

"Wah, jadi nanti punya mantu anak bupati, dong?" Sisil melirik Siska yang cengengesan manja.

"Do'ain aja semoga jadi. Saya sih, ya seneng dapet menantu anak pejabat. Lihat Teh Nina dapet mantu anak pengusaha terus bentar lagi momong cucu, saya juga jadi iri gitu." Dia mengangkat sudut atas bibirnya. Kenapa suara Tantenya mendadak jadi lemah gemulay begitu?

"Iya, ya, kalau dipikir-pikir saudara Pak Jordan menantunya pada hebat-hebat. Sesil juga suaminya punya usaha yang lagi viral itu 'kan?"

Siska tersenyum kecut. "Iya, Bu. Tapi sayang anak pertamanya masih belum dapat jodoh, kalo sudah menikah pasti lebih lengkap lagi."

Sisil mendesis pelan, dia mengorek telinganya yang terasa panas. Ujung-ujungnya pasti kesana. "Gak usah dengerin, Kak. Tante 'kan emang kayak gitu," ujar Sesil yang sejak tadi duduk disampingnya seraya mengelus lengannya. Dia tidak akan pernah mengerti!

Tapi kalau keseringan kan Sisil dongkol juga. Ini yang membuat dia malas berkumpul seperti ini, pasti ada saja ajang banding membandingkan anak satu sama lain. Sisil tidak suka!

"Sisil emang ada pacar? Kok, saya lihat gak pernah bawa pacar ke rumah, ya, Bu Murni?" Tetangga samping rumah sekarang bertanya pada mamanya.

"Iya. Sisil kemana-mana suka sendiri, kalo hari liburpun kayaknya dia gak kemana-mana. Bu Murni gak takut anak sulungnya gak nikah-nikah? Nanti kayak anak temen saya, lho. Gak nikah tapi punya anak. Serem!"

Sisil mengkepalkan tangannya dengan kuat saat melihat mamanya yang kini hanya melemparkan senyuman tipis dan membalas dengan begitu pengertian. Jika dia menjadi Mama pasti sudah mengulek mulut mereka satu-satu.

"Betul, Bu Murni! Kalo Sisil gak nikah tapi malah keluar masuk sama laki-laki, itu lebih bahaya. Mending dikawinin aja!" Kedua bola mata Sisil membulat sempurna, wanita itu lantas bangkit dari duduknya membuat Sesil terperanjat.

"Maaf, ya! Tante pikir saya kambing pake acara dikawinin segala? Harusnya ada anak tetangga belum nikah tuh, do'ain! Bukannya malah ngomong jelek!" Semprotnya dengan berapi-api, membuat seluruh tamu menatap kearahnya.

"Kak, udah!"

"Enak aja! Saya itu belum nikah karena emang jodohnya belum ada, kalo udah ada mah dari dulu saya nikah! Emang jodoh saya ada ditangan Tante? Om? Ya, udah kalo gitu, kesiniin jodoh saya. Tak nikahin sekarang juga!" Unjuk Sisil secara tegas dan jelas, tidak peduli lagi dia bisa saja merusak acara adiknya.

Sisil tidak mau direndahkan, dia juga punya harga diri yang tidak bisa di injak hanya karena masih single. Hidupnya ada ditangannya tetapi semua tetap dalam kendali Tuhan, bukan mereka.

"Assalamualaikum!"

Ruangan mendadak senyap seketika, perhatian semua orang kini menatap kebelakang Sisil dan serentak membalas salam orang tersebut. Hingga akhirnya suara sang ayah berhasil membuatnya menegang, "lho? Sisil kok berdiri? Duduk dulu, dong. Maaf ya, semuanya menunggu lama. Perkenalkan, ini calon menantu saya. Inshaa Allah calon suaminya Sisil." Ayah menepuk bahu pria jangkung disampingnya dengan penuh bangga.

Tubuh Sisil membatu, atensinya tidak mampu beralih dari presensi pria yang sudah lama tak dia tatap dan juga dengar suaranya. Pria berkemeja putih, yang kini tengah tersenyum dengan sangat manis kearahnya.

***

***

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।




Ditulis;
Sukabumi, 18 Juli 2022
Dipublish;
Sukabumi, 28 Juli 2022

Kawin, Yuk! (TAMAT)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें