Just a Day with Siblings

123 4 0
                                    

"Dek, sepatu kakak yang kemarin mana?" Suara Up menggema di ruang tamu.

"Apaan sih, kak? Sepatu yang mana?" PP yang merasa tertuduh langsung sewot.

"Ck, itu yang kemaren kado dari Pikaw. Ish!"

"Ya ampun, itu kan udah aku balikin di kamar Kak Poomi, udah aku masukin kotak lagi." Jawab PP

"Oh, iya ya. Hehe."

"Makanya jangan nuduh sembarangan!" Sahut PP kesal sambil memutar bola matanya.

"Mau kemana sih, kak?"

"Mau ke Siam sama Pikaw." Sahut Up merapikan rambutnya di depan kaca.

"Titip eskrim dong, kak!"

"Ck, males ah. Suruh Billkin aja sono ah." Up menolak PP dan membuat adik cantiknya itu cemberut.

"Aku lagi marahan sama P'Kin."

"Kenapa lagi kalian berdua?" Up yang sudah hapal tabiat adik dan pacarnya yang tak pernah akur itu cuma geleng-geleng kepala.

"Dia nyebelin, masak aku cuma upload selfie sama Pawat aja dia sewot." PP memanyunkan bibirnya.

"Lah, ya jelas lah dek! Udah tau Billkin posesif banget. Kamu kok masih cari gara-gara." Up tidak habis pikir sama kelakuan adiknya.

"Ya habis, hari itu Pawat ganteng banget, kak. Udah gitu ototnya tambah gede. Aku jadi nyesel kenapa dulu nggak ngejar dia." PP menerawang mengingat masa beberapa tahun lalu.

"Heh, ganjen banget lo dek! Lagian itu Pawat demennya sama yang montok kayak Nanon. Bukan yang kerempeng kayak lo!"

Bantal sofa berhasil mendarat ke muka Up.

"Eh sialan lo, kak! Gini gini gue sexy ya. Banyak cowok yang antri tau! Apes aja gue dapet modelan kayak Billkin."

"Huss, gitu-gitu lo juga sayang setengah mati." Up mencoba menyadarkan adiknya.

"Iya, sih. Nggak tau kenapa hati gue malah kecantol sama cowok tengil begitu."

Meski ucapannya pedas, Up tahu bahwa adiknya itu benar-benar mencintai Billkin. Buktinya saja, dia senyum-senyum sendiri selama ngomongin Billkin.

"Ada apa nih ribut-ribut?" Ternyata Kao yang datang.

"Aw, sawaddee Phi." Sapa PP sopan.

"Sawaddee." Balas Kao.

"Pikaw, yuk jalan sekarang." Up langsung menggelayut manja ke lengan Kao.

"Idih, manja banget." Nyinyir PP.

"Heh, lo ngaca kalo sama Billkin!" Sahut Up tak terima.

"Udah, udah. Ini Phi bawain buat kamu." Kao mengulurkan kantong berisi eskrim kesukaan PP.

"Wuah, thanks Phi. Memang Kak Poomi peletnya manjur banget bisa ngegaet cowok macem Khun Noppakao."

"Heh, gue sobek ya mulut lo biar nggak bisa nyinyir lagi!" Up sudah mau mendekati PP kalau tidak keburu ditahan Kao.

"Eh, eh, udah dong sayang. Ayo, kita jalan." Up cuma bisa nurut. Gimana nggak nurut kalau ditatap pakai mata teduhnya Pikaw. Meleyot lah si Poomi.

"Bye anak dajjal." Up melambaikan tangannya.

"Lah, kalau gue anak dajjal, lo juga bego!" PP sempat-sempatnya membalas. Tentu saja disambut pelototan Up.

Begitu Kao dan Up pergi, PP merasa kesepian. Sambil memakan eskrimya, dia membuka ponsel. Ternyata ada 15 panggilan tak terjawab dari Billkin.

"Halo, P'Kin. Kenapa?" Tanya PP setelah dia menelepon balik.

"Kamu lagi dimana?"

"Di rumah sendirian." Kode.

"Kak Poomi?"

"Jalan sama Pikaw."

"Oh, mau aku kesitu?"

"Terserah."

"Kamu masih marah?"

".... "

"Aku udah didepan. Bukain gerbang."

"Hah?!" PP kaget kemudian lari kedepan.

Benar saja, disana sudah ada Billkin yang berdiri di depan mobilnya. Segera saja PP membuka gerbangnya.

"Nih, buat kamu." Kata Billkin sambil mengulurkan sebuah kantong kertas.

"Apaan, nih?"

"Buka aja."

Ternyata, setelah dibuka, PP mendapatkan sebuah kalung yang sudah sebulan ini diidamkannya.

"Ini beneran?" Tanya PP.

"Iyalah, apa mau aku balikin lagi ke tokonya?" PP mendekap erat kalung itu sebelum direbut kembali.

"Jangan lah!"

"Udah nggak ngambek kan?" Tanya Billkin.

"Hm." Gumam PP sambil mengangguk.

"Maaf aku kemaren posesif banget. Tapi kamu tau kan gimana ketar ketirnya aku kalau lihat kamu sama cowok lain. Apalagi ini Pawat yang pernah jadi crush kamu waktu SMA." Jelas Billkin.

"Ck, ngapain pake cemburu segala. Kamu  juga udah tau kalau hati aku udah kekunci buat kamu. Nggak perlu khawatir lah. Lagian Pawat juga udah punya Nanon." Jawab PP.

"Iya, iya. Yuk, masuk."

"Mau ngapain?" Tanya PP.

"Kamu maunya diapain?" Tanya Billkin sambil mengerling nakal dan berakhir dengan genggaman tangan PP yang menyeretnya masuk ke dalam rumah.

-end-

Вы достигли последнюю опубликованную часть.

⏰ Недавно обновлено: Mar 14, 2022 ⏰

Добавте эту историю в библиотеку и получите уведомление, когда следующия часть будет доступна!

MY CUP OF TEA (short story compilation) Место, где живут истории. Откройте их для себя