Chapter 1: "Hey, I miss you"

73 6 1
                                    


Aku menghisap rokok di beranda apartemen lantai empat. Melihat jauh kearah kerlap kerlip kota di tengah malam yang dingin. Aku menghembuskan nafasku yang membeku bersama dengan asap rokok yang pahit dan hangat. Hari ini terasa begitu sepi. Di malam musim dingin yang suhunya sampai 2 derajat celcius ini, seharusnya aku menghabiskan waktuku bersama penghangat di dalam ruangan apartemen yang kecil ini.

 Namun aku tidak ingin masuk kedalamnya. Semua ruangan di dalamnya, semua titik dan jengkal langkah diatas lantainya yang telah mendingin, dan semua debu yang berterbangan di dalamnya, semuanya dipenuhi oleh aroma dan jejak kehadiranya. Aku tidak ingin mengingatnya, setidaknya untuk hari ini. Aku yang bodoh ini hanya akan menunggu di luar bersama dinginnya malam daripada bersama dengan sosok khayalnya yang ada di dalam ruangan itu.

Aku menatap HP ku yang layarnya kontras dengan warna langit malam ini. Aku membuka kembali chat yang telah kuterima 2 jam yang lalu tanpa adanya balasan dariku. "Iwa-chan, aku merindukanmu" tertulis dengan jelas dalam pesan itu. Aku ingin menulis balasan, namun yang ku lakukan hanya menulis dan menghapusnya kembali hingga akhirnya tidak ada yang bisa aku kirimkan padanya. Aku kembali menutup handphone ku dan layar kunci di HP ku menunjukan pukul 23.05.

"Aku menunggumu, Oikawa bodoh." Aku menghela panjang nafasku dan mematikan puntung rokokku yang telah habis. Angin malam berhembus kearahku, aku menarik erat jaketku dan merekatkan kedua tanganku ke tubuhku. Aku menarik kursi yang berada di dekatku dan duduk diatasnya sambil melihat kearah langit kosong tak berbintang. Pikiranku melambung sembari melihat kearah jam di layar hp ku yang terkunci. 

Aku juga merindukannya, aku sangat ingin bertanya banyak hal padanya. Aku ingin menanyakan tentang bagaimana harinya, apakah ia melakukan pekerjaanmu dengan baik? Apakah ada sesuatu yang terjadi? Kenapa ia menghindari pandangan mataku? Aku ingin ia melihatku, hanya padaku. Aku sangat ingin mengatakannya namun aku tidak bisa. Akhirnya aku hanya bisa menyalahkan jemariku yang mulai membeku oleh dingin karena tak mampu menyampaikan sepatah pesanpun pada pria itu. Sebenarnya.. sejak kapan semua ini menjadi begitu rumit?

"Oikawa bodoh, kenapa sekarang semua ini sangat rumit?". Aku mengerutkan alisku sambil memijat keningku. Sekali lagi aku melihat chat terakhir yang masih belum bisa kubalas itu. Malam semakin dingin, namun keberanianku tidak kunjung datang. Aku menutup mataku sambil berfikir kembali ke masa lalu.

Tripped [iwaOi]Onde histórias criam vida. Descubra agora