CHAPTER 21- SOME SUSPICIOUS THOUGHTS

2.3K 232 14
                                    

ETHAN




Seharusnya aku curiga sejak suara Javier mendadak menghilang dari radarku. Yah, dia memang bukan pacar yang butuh kuperhatikan setiap saat, atau seperti Sierra atau Sally mungkin, namun kami baru saja menghadapi situasi menegangkan di mana kami terjebak di dalam lautan kabut yang nyaris memangsa nyawa dan kesadaran kami. Kalau saja aku terbawa suasana, kami berdua sudah pasti bakalan jadi Sam atau Ernest, dan satu villa pasti bakal tidak aman.

Untungnya, aku dapat menyadarkan Javier yang nyaris jatuh ke dalam pengaruh hipnotis dan berhasil membawa kami berdua selamat dari rumah Lego itu. Tentu saja aku harus menginterogasi Javier soal mengapa dirinya diam membatu seperti patung saat kami berada di dalam (aku kan khawatir dia kesurupan sesuatu, mana Carlo sedang tidak ada bersama kami, pula, bagaimana seorang biasa dapat mengatasi anak berkemampuan khusus yang kesurupan setan?), tapi sepertinya daftar itu harus mundur ke nomor bawah.

Ketika aku sampai di depan ruang tamu, kusadari bahwa Javier menghilang. Aku tidak tahu harus terkejut atau tertawa, tapi yang jelas kalau beritanya menyebar hingga ke telinga Carlo dan yang lain, mereka pasti bakal panik dan mulai menyambungkan segala sesuatunya dengan peristiwa-peristiwa yang telah berlalu.

Aku sempat kembali ke luar untuk memeriksa keadaan, tapi hasilnya nihil. Hatiku seperti ingin menjerit ketika hasil nihil itu berubah dalam sekejap menjadi Lumayan Ada Hasil ketika ujung mataku menangkap sekelibat gerakan dari rumah Pak Rafa, tetangga villa ku yang temperamen dan hidupnya seakan ingin marah-marah terus. Aku sempat menangkap bayangan penculiknya, yang tak lain adalah anak perempuan Pak Rafa yang kata Javier baru pulang dari Melbourne.

Yah, aku tidak terkejut sampai bakal guling-guling, tapi dalam otakku saat ini, prioritasku bergeser dari bersenang-senang dengan Sierra menjadi menyelamatkan Javier tanpa membuat keributan. Kupikir bakal sia-sia kalau aku menerjang ke sana dan mulai mengobrak-abrik rumahnya yang percayalah, adalah hal terakhir yang kuinginkan. Kalau pun ini memang aksi penculikan, aku jadi kehilangan banyak bukti dengan mengobrak-abrik kediamannya. Jadi, lebih baik aku susun rencana untuk mengeluarkan Javier tanpa seorang pun yang tahu kecuali kami berempat. Yah, aku sendiri tidak kaget kalau yang terlibat dalam hal ini adalah aku, Javier, Pak Rafa, dan anak perempuannya.

"Than! Darimana aja? Si Javier mana? Kok nggak ajak-agak gue sama anak-anak? Mau menjalin kasih, ya?!"

Pertanyaan beruntun itu diajukan oleh Bri, yang diikuti oleh Belle dan tentu saja Sierra di belakang mereka.

Aku menggeleng ringan, berusaha menyembunyikan pengetahuanku soal keberadaan Javier.

"Tadi kita mampir-mampir dulu, cuma lihat-lihat aja, kok. Pas mau balik, ternyata kita bertemu bibinya Javier lagi liburan dengan keluarganya kemari. Jadi, dia lagi kumpul-kumpul sama keluarganya. Tadi dia titip pesan padaku buat kalian."

"Yah." Belle mengerang sedih. "Kan dia sudah janji duluan sama kita, memang bibinya menginap di sini?"

Aku mengangguk. "Katanya itu bibi yang merawat dia dan mamanya sejak Javier kecil. Dan karena kalian sudah tahu papa Javier sudah nggak ada, dia jadi berhutang banget dengan walinya itu. Dia bakal balik ke villa nanti malam atau besok pagi, kok."

Mereka tampak kecewa (mungkin karena aku adalah seorang pembohong yang payah), namun mengangguk saja dan kembali ke dalam. Sementara itu, sosok yang kepo luar biasa di hadapanku malah menuntut info lebih. Aku sudah harus bisa menduga sih, karena Sam bilang sejak kecil Sierra memang punya tingkat kepo di atas rata-rata. Lebih-lebih lagi, dia sulit sekali diyakinkan.

"Tumben banget Javier pergi begitu aja, Than. Biasanya dia nggak begitu?"

Biasanya? Apa ini berarti mereka berdua kenal lebih jauh? Oke, kenapa aku sekarang malah mengedepankan perasaan cemburuku?

TFV Tetralogy [3] : Lego House (2014)Where stories live. Discover now