I. Rembulan dalam Temaram

300 6 0
                                    

Langit senja menghamburkan gradasi kuning kemerahan di ufuk barat. Seolah ingin memamerkan betapa cantik jelitanya sang jingga. Senja perlahan datang lalu pergi tergantikan oleh keremangan malam. Pemandangan indah yang hanya dapat dinikmati dua kali dalam sehari.

Sejauh ini, masih banyak orang yang menyoroti mereka. Dua wanita itu tak enyah dari pandangan mata setiap pejalan kaki hilir mudik melewati dihadapannya. Mereka berjalan beriringan melintasi taman yang terdapat bunga warna-warni. Seluruh tubuh mereka terlapisi kain serba hitam. Bahkan separuh wajahnya pun tertutup. Hanya kedua matanya saja yang nampak oleh dua wanita itu. Lantas siapa kah dibalik pakaian serba hitam itu?

"Shena, gimana one day with niqob nya,"
"Semoga nyaman ya." lanjut Adel.
"Ketika kita mencoba nyaman, tapi ada hal lain diluar sana yang bikin ga nyaman bagiku, Adel. Banyak mata memandang kita layaknya tak seperti orang pada umumnya. Padahal kan kita sudah berusaha menutup hampir seluruh bagian tubuh." ungkap Shena.

Adel menghela nafas sejenak lalu tersenyum tipis, "Apa yang kamu rasakan saat ini persis seperti apa yang aku rasakan awal mulai memakai niqob,"

"Shena coba dengarkan, setiap memulai sesuatu pasti diperlukannya usaha, dan usaha itu ga jauh dari yang namanya ujian. Mereka tak mengerti sebesar apa usaha kita memakai niqob. Rosulullah SAW ketika diperintah oleh Allah SWT melalui malaikat jibril untuk berdakwah secara terang-terangan, Beliau lah yang dijamin oleh-Nya masuk surga, satu-satunya manusia pilihan yang sangat dicintai-Nya justru mendapat cibiran, cacian, hinaan dan masih banyak lagi. Lantas siapakah kita? Hanya manusia biasa, Shena. Bismillah, kita istiqomah bareng-bareng ya." Adel menjelaskan panjang lebar kepada sahabat satu-satunya itu.

"In syaa Allah. Jazakillahu khayran, Adel. Beruntungnya aku didekatkan oleh orang baik sepertimu, sahabat sampai Jannah-Nya." Keduanya kini saling menatap satu sama lain. Shena tak mampu membendung luapan air didalam bola matanya. Shena memeluk erat tubuh sahabatnya itu. Tangis haru membasahi pipinya. Menurutnya, hanya Adel-lah tempat dimana Shena melepas keluh kesah, curahan hati atau bahkan hanya sekedar candaan yang mengundang gelak tawa.

Persahabatan keduanya dimulai semenjak menempuh pendidikan sekolah dasar di sebuah desa yang tak jauh dari tempat tinggal mereka. Keduanya memiliki hubungan erat bahkan layaknya saudara kandung. Meskipun keduanya pernah berpisah untuk sementara waktu selama enam tahun lamanya dikarenakan Adel harus merantau melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren MUB Bandung. Sedangkan Shena bersekolah di Madrasah, menetap di kota kelahirannya, Jogjakarta.

Langit tenggelam dalam temaram. Senada dengan warna baju yang mereka kenakan saat ini, hitam pekat. Memaksa keduanya untuk enyah dari singgahan kursi taman yang berwarna kecoklatan itu. Tak lama adzan maghrib berkumandang. Kebetulan pula masjid berada di seberang taman. Keduanya pun memutuskan untuk sholat maghrib berjamaah terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah.

Bangunan masjid yang begitu mewah, terlihat pancaran luar bernuansa putih dilengkapi kubah berwarna emas. Tak heran jika banyak orang terpesona; melihat ruang dalamnya yang nampak dihiasi dengan lampu berlian amat besar, ditambah dinding-dinding berlapis keramik motif granit yang berkilauan terpancar dari sudut ke sudut ruangan serta lampu kecil tersusun rapi membentuk kaligrafi bertulisan kalimat dzikir yang memenuhi luasan atap masjid tersebut.

Tak terburu-buru mereka beranjak pergi meninggalkan masjid megah itu.
"Maa syaa Allah. Sungguh indah sekali." ucap Adel kagum. Terlihat keduanya terpesona melihat keindahan didalam masjid itu. Mata mereka terbelalak tak berkedip hampir semenit menelisik seluruh penjuru ruangan.

"Mau disini sampai kapan shen?" tanya Adel sambil memasang cadar bandana hitam miliknya.
"Oke, setelah ini kita pulang, tapi aku mau ke toilet dulu, kamu tunggu didepan masjid aja." sahut Shena sambil beranjak dari duduknya.

Wanita Dibalik Kain HitamWhere stories live. Discover now