CHAPTER 20 - SHOULD HAVE BE CAREFUL

1.9K 258 20
                                    

JAVIER



Seharusnya aku tahu. Ketika instingmu mencurigai seseorang, kau harus memercayainya. Dari segala hal di dunia ini yang tampak dapat dipercaya, sepertinya insting adalah satu-satunya kandidat unggul. Ketika kesadaranku sepenuhnya kembali, aku meronta berusaha melepaskan diri dari keparat yang menculikku diam-diam, membuatku pingsan (walau hanya beberapa menit, karena sepertinya aku baru saja memejamkan mata) sebentar, dan membiarkanku pergi tanpa pertanda pada Ethan yang tentunya pasti bingung mencari-cariku saat ini. Aku bukannya ingin kepedean, tapi Ethan bukan orang tidak peka yang baru sadar temannya hilang setelah dirinya mandi dan makan. Berani taruhan, saat ini mereka sedang berusaha mencariku. 

Tapi situasiku saat ini bukanlah yang terbaik untuk berteriak-teriak. Yang lebih penting adalah keselamatan nyawaku yang terombang-ambing dalam ruangan dengan penerangan minim dan kuning, sebelum akhirnya mendarat dengan kepala lebih dulu terantuk di lantai dan suara mengerang yang dalam situasi normal pasti bakal dikira Gris seksi banget. Kesempatan itu kugunakan untuk menyeimbangkan tubuh dan merapat ke tembok sambil mengamati siapa penculikku. 

Bayangannya tidak terlihat begitu jelas lantaran pengaruh obat bius yang masih tersisa membuat pandanganku sedikit kabur, namun dari bayangan rambutnya yang berkibas ketika dia menoleh ke samping, aku cukup yakin pelakunya perempuan. Yah, aku jadi tahu sih kenapa rasanya perjalananku menuju tempat pengurunganku rada lama dan belum apa-apa aku sudah siuman dari obat bius, rupanya karena tubuhku yang berbobot ekstra ini menyulitkan cewek ini. Hahaha, rasanya kepingin menertawakan dia dan bosnya atas tindakan konyol mereka. Kalau ada satpam di sekitar villa, pastinya dia sudah nangis-nangis minta ampun. Tapi, bagaimana bisa Ethan tidak mendengar apa-apa ya kalau memang proses pengangkutanku memakan waktu? Setidaknya dia mendengarku meraung?

Bodoh amat, aku bisa menuntutnya untuk itu nanti. Yang terpenting sekarang adalah tidak membiarkan diriku terkurung di sini begitu saja. 

"Sialan, apa yang kamu lakukan?" Aku tidak percaya hanya itu yang keluar dari mulutku. 

"Apa maksudmu?" Benar dugaanku, penculikku adalah seorang cewek. Namun rasanya suaranya terdengar familiar. 

"Sepertinya kebodohanmu masih terus berlanjut ya, butuh berapa lama untuk mengangkutku kemari sampai aku bangun lebih dulu dari obat biusmu?" 

Pandanganku mulai jelas kali ini, namun tubuhnya berwarna hitam kelam akibat membelakangi cahaya. Satu-satunya yang dapat kulihat adalah topi bisbol yang digantungkan di celananya. Tidak salah lagi, dia cewek yang bersama om-om tetangga villa Ethan yang judes itu. 

"Itu karena aku memutuskan untuk menendang kepalamu, bodoh. Untung saja temanmu itu sedang panik dan meninggalkanmu di belakang. Lebih untungnya lagi, rasa penasaranmu menuntunmu padaku sendiri. Siapa yang lebih bodoh?" 

Yah, kuakui, kalau saja aku tidak melamun seperti orang bego tadi, mungkin aku sudah bakal sampai di dalam villa dan mandi air hangat sambil ngobrol dengan Sierra. Omong-omong soal cewek itu, apa dia mengkhawatirkanku? 

"Jadi apa alasanmu? Kamu mau pinjam pisau atau gunting rumput tapi takut tidak dipinjamkan karena ayahmu judes banget?" 

Cewek itu membuang muka dan terlihat tersinggung, namun tetap membalas. 

"Kalau bukan karena ada yang kucari, aku tidak bakal repot-repot menggotongmu kemari dan mengambil resiko diburu oleh teman-temanmu itu. Si cewek berponi itu kelihatan garang banget. Belum pernah melihatnya."

"Yah, bagus deh kalau kamu takut. Belle memang seram banget kalau lagi ngamuk. Jadi, lebih baik kamu segera kembalikan aku pada teman-temanku, dan tindakan konyolmu ini akan kuampuni dan menjadi rahasia di antara kita saja." 

TFV Tetralogy [3] : Lego House (2014)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora