CHAPTER 17 - NIGHTMARE SEEMS REAL

2K 240 11
                                    

JAVIER



Dan aku terbangun. 

Bohlam lampu di atasku masih mati, menandakan tidak ada yang terbangun dengan dramatis lantaran aku bangun dalam keadaan bersimbah keringat dan suara napas berisik. Aku mengusap wajahku sekeras mungkin, berharap itu semua hanya mimpi. Aku menoleh ke tempat tidur Carlo dan Bri, mereka masih tertidur dengan nyenyak seakan-akan gempa bumi pun tak akan membangunkan mereka. 

 Aku baru tidur selama satu jam dan sudah diganggu dengan mimpi buruk yang nyaris membuat nyawaku melayang. Aneh sekali, rasanya seperti baru lima menit aku berada di dalam dunia mimpi. Aku menarik napas sekali lagi untuk menenangkan diri, lalu segera kembali ke posisi tidurku, saat aku melihat wajah Carlo sudah ada di depanku. Dalam situasi biasa, aku mungkin bakal mendorongnya hingga mental ke tembok karena sikapnya yang lebih agresif daripada Gris. Tapi mengingat Carlo berpenampilan mirip Chris Angel bahkan ketika sedang tidur, rasanya jadi seperti bakal dikorbankan menjadi tumbal dalam perkumpulan sekte terlarang.

Namun bukan itu yang membuat jantungku serasa berhenti berdetak dan tubuhku kontan memanas. Cowok itu memegang sebuah pisau yang diarahkan padaku. Dia sudah melayangkannya, dan tatapan matanya begitu kaku, tapi aku segera menahan.  

"Carlo, damn! Apa yang kamu lakukan? Hentikan, hei, Bri! Bangun!"  

Tapi cowok itu tidur dengan pulasnya. Sial, aku salah membangunkan Bri. Dia tidak bakal bangun sampai alarm berbunyi. Bahkan suara marching band pun tidak akan membuatnya terbangun dari tidurnya. Dengan konyol hatiku berkata bahwa sebuah kecupan dari Belle mungkin akan membangunkannya, namun aku tidak mungkin berteriak keras pagi-pagi buta begini. Bisa-bisa, Sam yang buas bakal ikut menerkamku. 

Aku kembali fokus pada Carlo yang masih berusaha menikamku dengan pisaunya.  

"Carlo, sadar, hei! Carlo! Ini aku, Javier!"

Tapi Carlo masih tetap mengarahkan pisaunya padaku, bahkan dia semakin kuat. Matanya menatapku lekat-lekat seperti macan yang tidak ingin melepaskan rusa makan siangnya. Adegan ini mirip seperti apa yang ada di mimpiku. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa hidup menjadi anak indigo bakal seberat ini? Jujur saja aku tidak berpikir sampai situ. Aku menahan tangan Carlo yang masih memegang pisau, berusaha mencari waktu saat dia lengah untuk menendang dan menjauhkan pisaunya dariku.  

"Carlo, sadar! Kamu sedang memegang pisau dan akan menusuk temanmu, Javier!"  

Sialnya, Carlo sama sekali tidak menjawab. Dia masih memandangku dengan tatapan dinginnya sambil bersiap untuk melayangkan pisaunya ke arah jantungku. HIdungnya membesar dan mengempis, seakan-akan dia sedang mengumpulkan tenaga untuk menghabisiku. Aku sampai memaksa otakku untuk berpikir, apa yang sudah kulakukan yang telah membuatnya semarah ini. Bahkan untuk menembus pikirannya saja rasanya sulit. Selain karena konsentrasiku yang pecah mendadak karena harus menyelamatkan diri dari tikaman mematikan, rasanya aku tidak berpikir hingga ke sana.

"Carlo! Man, sadar! Tinggal tiga senti lagi hingga pisau itu menusuk jantungku dan membunuhku!" 

Lalu Carlo seperti tersentak. 

Dan hal yang tidak kuduga terjadi, dia tertawa.  

"Ternyata kamu benar-benar takut, ya?" tanyanya sambil menjauh dan melempar pisau itu jauh-jauh. 

Aku bersandar di tembok, sedikit marah padanya. Dia hanya bercanda? Yang benar saja. Aku sudah nyaris mati ditusuk dan dia masih bisa tertawa? Benar-benar minta ditendang masuk ke kandang kingkong.  

"Dasar sinting! Kamu kira aku nggak takut, apa?! Kalau pisau itu betulan nancap di kepalaku, masih mau kamu bilang ini bercanda?!"

Carlo menghentikan tawanya dan langsung berubah datar seperti biasa. "Maaf, maaf membuatmu takut. Aku nggak nyangka. Aku lihat kamu tidurnya gelisah banget, jadi muncul keinginan jahil buat ngerjain kamu."  

TFV Tetralogy [3] : Lego House (2014)Where stories live. Discover now