BLIND BUT SHARP

27 2 0
                                    

"Oek..oekk...oekk", yah benar yang kalian dengar Itu suara tangisan bayi. Tapi, salah jika kalian berpikir bahwa hal ini terjadi di rumah sakit. Sepasang bayi kembar telah dilahirkan di sebuah lab yang berada di rumah, dimana lab ini dimiliki oleh sepasang Doktor bernama Dr. Griffin dan Dr. Ekhidna. Ekhidna melahirkan kedua anaknya dengan bantuan Griffin dan dua karyawan mereka, mungkin kalian bertanya tanya siapa Griffin dan Ekhidna ini, mereka adalah Doktor yang bahkan bisa melebihi kepintaran seorang professor sekalipun. Mereka telah melakukan banyak eksperimen pada tubuh manusia, meskipun tidak banyak yang berhasil, namun tidak sedikit pula yang dapat berhasil menjadi manusia modifikasi. Kegilaan mereka tidak hanya kepada orang lain saja, melainkan kedua anak kembar mereka pun tidak luput dalam hal ini dan menjadi bahan percobaan eksperimennya.

Tiga bulan setelah dilahirkanya Carlmina dan Keanett, dua bocah malang yang digunakan sebagai bahan eksperimen oleh orang tuanya sendiri. Ekhidna dan Griffin melakukan eksperimen pertama mereka kepada Keanett si bungsu yang tampan, dia dijadikan eksperimen yang pertama dengan cara menggabungkan sel genetika landak dengan sel tubuh Keanett sendiri, percobaan ini dilakukan tetapi hasilnya naas, percobaan ini gagal dan menyebabkan Keanett mengalami kebutaan. Namun, hal ini tidak memutuskan harapan kedua doktor gila ini mereka melakukan percobaan kedua kalinya kepada si sulung Carlmina, mereka tetap menggunakan sel genetika hewan, tetapi tidak dengan landak mereka menggantinya dengan sel genetika kucing, sama seperti Keanett, sel dari tubuh Carlmina pun di satukan dengan sel hewan tersebut, anehnya hal yang terjadi pada si sulung berbeda dengan si bungsu. Si sulung tidak mengalami kebutaan bahkan eksperimen yang dilakukan oleh kedua orang tuanya berhasil dilakukan dan tubuhnya pun memberikan respon yang baik. Hal ini membuat Ekhidna dan Griffin pun merasa bahagia karena telah berhasil memodifikasi manusia setengah hewan.

Sejak kecil Carlmina selalu berlatih untuk menggunakan kelebihan yang dimilikinya, yaitu memiliki ciri khusus seperti kucing, ia bisa memanjat pohon, menyukai makanan berbau laut, bahkan matanya pun berbentuk layaknya kucing, berbeda dengan si bungsu Keanett, ia tidak dapat melatih kelebihannya, dia bisa berjalan cepat 1 km/menit, tetapi karena kebutaannya dia susah untuk berjalan bebas ia harus menggunakan kemampuan indranya yang lain. Kini mereka berdua telah beranjak remaja sudah tiga belas tahun lamanya mereka hidup dengan memiliki kemampuan seperti hewan, Carlmina selalu riang dan bertingkah lucu serta selalu menjaga adiknya Keanett, mereka selaluberdua dimana ada Keanett disitu ada Carlmina begitu pula sebaliknya. Berbeda dengan Carlmina, Keanett sangat lah pemalu dan pendiam, dia selalu bersembunyi dibalik tubuh Carlmina. Carlmina selalu melindungi Keanett meskipun Keanett adalah anak laki laki, ia tidak segan segan menggunakan kemampuannya layaknya kucing, jika ada sesuatu yang mengganggu adiknya. Keanett hanya bisa menangis dibagian belakang sang kakak karena takut kepada preman preman itu.

Setelah Carlmina menghajar semua preman preman itu, ia dan Keanett bergegas pulang. Seperti biasa saat mereka pulang hanya Carlmina yang disambut kedatangannya tidak dengan Keanett, mereka menganggap Keanett hanyalah produk gagal yang tidak seharusnya ada disini bahkan untuk hidup sekalipun tidak ada gunanya. Keanett selalu menjadi bahan bullying entah itu di sekolahnya, entah itu di daerah dekat rumahnya. Kehidupan sehari harinya tidak pernah lebih dari sekedar mendengarkan lagu di kamar tidurnya dan membaca buku dengan indera perabanya untuk memahami isi buku tersebut, ia hanya keluar rumah untuk bersekolah saja, ia bersekolah pun karena Carlmina yang meminta ke orang tuanya Carlmina berkata tidak akan mau pergi ke sekolah tanpa adanya kehadiran sosok Keanett, hal itu lah yang membuat kedua orang tua mereka terpaksa harus menyekolahkan si bungsu. Jika Keanett pulang ke rumah ia tidak pernah mendapatkan sapaan apalagi pelukan, yang ia terima hanyalah cemoohan, amarah, bahkan terkadang pukulan fisik. Contohnya pada hari ini Ekhidna melihat keadaan Carlmina yang berantakan sedangkan Keanett menangis dibelakangnya hal itu bukan membuat Ekhidna merasa iba kepada anak bungsunya itu, ia malah memarahinya karena tidak bisa menjaga dirinya sendiri.

Blind But SharpOnde as histórias ganham vida. Descobre agora