DEMESNE XXI : INFLAGRANTEDELICTO

3.2K 339 10
                                    

!! 17+ mengandung kata-kata kasar !!




in fla·gran·te de·lic·to

/ˌin fləˈgräntā dəˈliktō,fləˈgrantē/

 In the very act of wrongdoing, esp. in an act of sexual misconduct.


Valentina dan Molly terlihat di ujung jalan. Setelah bersusah payah mengejar mereka, akhirnya mataku bertemu dengan punggung mereka, sekitar 12 meter dari tempat aku berdiri. Mereka berbelok ke kanan, ke sebuah jalan yang aku ketahui sebagai jalan ke arah Apartemen Milky Way. Tanpa menunggu Victor yang berjalan dengan santai dan aku yakin nyaris tertinggal saat ini, aku mengejar dua cewek itu. Cowok itu sudah jelas bakal bertanya, "Kenapa kau meninggalku? Kita kan tim!" atau "Kau tak punya rasa solidaritas, ya?". Tapi aku yakin cowok berpakaian serba putih itu akan mengerti, terlebih lagi tampaknya dia tahu bahwa aku menyimpan dendam khusus dengan dua cewek yang telah hilang dari jarak pandangku ini.

Aku menambah kecepatan berlariku (trims untuk Mr. Marino yang telah mau bersabar untuk menjadi pelatih lari seorang atlit amatir yang kecepatan berjalannya sama seperti siput) dan berusaha mendekati dua orang itu. Tidak butuh waktu lama untuk benar-benar melacak jejak sepatu mereka. Mereka berbelok ke sebuah gang, tepat dua blok sebelum Apartemen Milky Way. Bagus, kalau aku bisa menangkap mereka di sini, aku tidak perlu susah-susah  untuk membawa mereka ke markas PPC. Mungkin aku hanya tinggal menyeret kepala mereka hingga membentur-bentur tangga dengan keras dan mendaratkannya di depan meja kerja Vero. Aku kemudian mengeluarkan ponselku dan mengirim pesan pada Vero.

Ada dua orang yang kuduga adalah wakil dari Nefarious dan sins. Aku bakal tangkap mereka, tapi ada dua korban di sekolah, Baby Namora dan Jason Albedo. Dua-duanya sekarat. Tolong kirim bantuan kemari. Dua blok sebelah Barat Milky Way.

Setelah mengirim pesan, aku berbelok ke gang tempat dua cewek itu menghilang. Bukannya aku mengutuk semesta, tapi nyatanya pada waktu-waktu tertentu semesta pantas dikutuk. Alih-alih menemukan Valentina dan Molly yang siap untuk kuratakan dengan tanah, ada seseorang lagi yang berdiri di antara mereka. Wajah orang itu tampak begitu familiar. Seorang cowok dengan perawakan tinggi besar. Ada banyak tato di tangan sebelah kanannya yang kuyakini hanya dikenakannya sebagai aksesoris gaya saja. Di pipi sebelah kiri cowok itu ada luka yang mengering, seperti luka sabitan. Belum lagi di lehernya ada luka bekas cakaran kuku seseorang yang mungkin sangat tajam, seakan-akan dia baru selamat dari pembantaian massal. Astaga, kenapa tubuh orang ini penuh luka? Masalahnya, walaupun dia penuh luka seperti orang babak belur, dia tidak seperti orang yang sekarat. Sebaliknya, dia kelihatan berbahaya dan sangar, seakan-akan siapapun yang dekat-dekat dengan dia bakal dibogem habis. Kembali ke masalah nama, cowok ini bernama Hendrik John Titan (kelihatan banget, kan, namanya saja telah menggambarkan bentuk tubuhnya). Aku tahu orang ini karena dia adalah mantan pacarnya Natasha, yang berarti juga kenal denganku. Dia bahkan pernah ikut menginap di rumahku saat Natasha menginap di sana. Yep, jangan ditanya, orangtuaku jarang sekali di rumah. Rumahku bebas dimasuki penyusup baik yang resmi maupun tidak resmi.

Valentina yang menyadari keberadaanku langsung memasang wajah sengaknya yang membuatku ingin segera memasukkannya ke dalam kubangan lumpur.

"Cewek ini penganggu! Kita harus habisi dia. Aku tak ingin yang kita lakukan berantakan karenanya. Mumpung jalanan sedang sepi!"

Aku melirik ke kanan dan kiri, menyadari kalau jalanan memang sepi. Oke, sebut aku apa saja, tapi aku sedang mencari-cari si Victor sekarang. Cowok itu seharusnya berada di belakangku. Tapi aku lupa kalau aku berlari lebih cepat dari dia, dan cowok itu pasti sedang menikmati acara jalan-jalannya, di luar skenario, bisa saja dia bertemu cewek di jalan dan malah memutar haluan dengan membawanya ke kafe terdekat. Barangkali dia sudah pulang juga. Sudahlah, tidak perlu memikirkannya. Lagipula, kenapa harus memikirkannya? Aku dapat menghadapi tiga orang ini sendirian. Valentina dan Molly dapat diatasi dalam waktu kurang dari beberapa puluh detik, dan si Hendrik, walaupun butuh tiga kali lipat menit lebih banyak dari kedua cewek di sebelah-sebelahnya, tapi aku pernah menghadapinya, jadi tidak masalah bagiku.

TPE : Seven Rivalry (2014)Where stories live. Discover now