Prolog

147 2 0
                                    

Prolog

            Sejak dulu, bahkan ketika dirinya menginjakkan kaki di depan sekolah dasar di kota kecil daerah Jawa, yang selalu merendahkannya bukan lagi hal biasa. Cacian, makian, olokan, hingga jahilan selalu Ia rasakan, membuatnya murung hingga mentalnya terguncang. Dia tak memiliki teman, satu pun. Temannya hanya mereka benda mati yang sering bergelung di tempat tidurnya, Ia menangis ditengah malam hanya untuk berceloteh dengan isakan diamnya. Menceritakan kisah pahitnya di sekolah yang selalu mengusik ketenangan hatinya.

            Beranjak remaja Ia bukan lagi sosok ceria seperti dirinya yang masih berusia empat tahun. Semua berubah ketika hatinya yang lembut mulai mengeras, matanya yang halus mulai menajam, hatinya yang rendah menjadi tinggi. Bukan, dia tidak sombong. Tapi dia sekedar ingin membuktikan. Dirinya bukanlah Keisa yang rendah, bodoh, tolol, dan pemalu. Yang ada saat ini adalah Keisa. Bintang paling terang yang masih dikerumuni legamnya langit. Tapi Keisa bukan lagi gadis cengeng yang selalu mengharapkan kasih sayang dan pertemanan, tapi sebuah keberhasilan, dan dirinya akan menjadi Bintang. Yang akan terang untuk mereka yang Keisa sayangi dan menyayangi Keisa.

               Karena Keisa yakin, tak semua yang menangis akan selalu menangis. Kelak, ada saatnya nanti dia yang akan tersenyum. Bukan hanya untuk kesenangannya, tapi juga mereka yang menyayanginya.

Bintang Itu Adalah AkuWhere stories live. Discover now