CHAPTER 14 - THE BOYS SECRET SHOW

2.6K 239 12
                                    

Sierra


Aku terbangun dalam keadaan lemas. Aku rasa pengaruh angin yang bercampur dengan air tadi cukup membuat masuk anginku semakin menjadi-jadi. Aku memakai jaket tertebalku—ditambah dengan jaket bulu milik  Sam yang tentunya sengaja dibawa agar aku melihat lalu mengenakannya—lalu duduk di pinggir tempat tidur. Aku melihat Belle dan Sam sedang main kartu. Aku ingin menghampiri mereka berdua. Ups, tidak, bukan hanya berdua saja. Ada Carlo dan Javier di sana.

"Hei, udah bangun, nih?" tanya Carlo padaku, dengan lembut. 

Seperti biasa, cowok itu menyunggingkan senyuman manis yang pasti membuat semua cewek yang mudah kepincut cowok langsung mengejar Carlo berhubung dia jarang banget bisa senyum-senyum begitu. Kuakui, wajah Carlo memang terlihat 1000 kali lebih ganteng kalau sedang tersenyum. Heran juga kenapa dia memilih bersembunyi dibalik kostum gotiknya yang membuat penampilannya mirip Chris Angel dan kadang membuat orang takut dengan keberadaannya yang dianggap mengundang setan.

Aku tersenyum sambil mengangguk.

"Mau ikutan, Sier?" tawar Javier sambil duduk lebih tegak.

Kusadari dia baru saja mandi. Aku melihat jam. Sudah jam lima sore, nyaris setengah enam. Astaga, selama apa aku tidur? Setelah mandi tadi, aku dan Belle menggosip sebentar selama beberapa saat, lalu Sam masuk untuk ikutan gosip, lalu aku izin untuk tidur. Tapi aku merasa lebih segar. Setidaknya aku sudah cukup istirahat hari ini.

"Nggak deh, kalian main aja," kataku sambil tetap duduk di samping Sam.

Sam lalu membuka tiga kartu dengan angka sama dan dua lagi dengan angka berbeda yang sama, membuatnya langsung berteriak, "Pollo, baby!". Dia menyeringai padaku dan menawariku teh. Aku tidak pernah bisa bermain kartu, tapi kalau dilihat dari ekspresi mereka semua yang langsung lemas dan membuka semua kartu mereka, bisa kuasumsikan kalau Sam menang telak.

"Memang kartu kalian nggak ada yang bagus, gitu?" ujar Sam sengak. 

"Jangan bangga gitu deh, salahin yang ngocok kartu. Jav, traktir kita semua bakso besok pagi, ya!" 

"Kenapa jadi aku yang traktir?! Kan aku hanya melakukan tugas!" Javier jelas tidak terima, lalu kembali merapikan kartu-kartu yang berserakan. "Ogah! Kalau aku iyain, kalian bully aku terus."

"Kalian udah mandi semua?" tanyaku polos.

"Ya sudah lah, Sier. Kamu tuh yang belum mandi," kata Belle sambil memegang rambutku dan memain-mainkannya seperti biasa. "Sana mandi, terus kita ke bawah. Aku dengar Bi Sri baru beli sekardus jagung."

Jagung bakar? Ide yang bagus. Aku langsung melesat ke kamar mandi dan keluar dengan keadaan lebih segar lagi, tapi tetap saja badanku tidak fit. Aku mengenakan pakaian yang sama seperti tadi, lalu segera turun bersama mereka ke bawah. Aku bertemu dengan Ethan yang sedang membawa kayu-kayu bakar keluar.

"Mau apa, Than?" kataku menyela kegiatannya.

Ethan yang sedang berkeringat menoleh padaku. Oh tidak, kenapa wajahnya ganteng sekali saat ini?  Yang jelas, aku kelihatan bodoh sekali sekarang. Wajahku pasti polos dan memalukan sekali, terbukti dengan Ethan yang menatapku dengan pandangan kenapa-kamu-langsung-melongo-begitu-apa-karena-wajahku-memang-ganteng.

"Kamu nggak liat apa yang aku bawa, Sier?" katanya dengan lembut. Kemudian dia menyerahkan sebuah kayu padaku. "Mau bantu bawa satu buah?"

Aku mengangguk ."Dua atau tiga juga boleh."

"Nggak, tanganmu masih sakit, lagian aku nggak pernah sudi menyulitkan cewek." Oh God, ini orang romantis juga. "Ayo, keluar. Kita mau bikin api unggun nih. Di dekat gazebo sana. Kan hawa di luar dingin, pas buat acara api unggun."

TFV Tetralogy [3] : Lego House (2014)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang