DEMESNE XX : AMBUSH

3.1K 310 8
                                    


am·bush

/ˈamˌbo͝oSH/

A surprise attack by people lying in wait in a concealed position.





Leonardo da Vinci suatu waktu pernah berkata, ada tiga tipe manusia: dia yang melihat, dia yang melihat bila diperlihatkan, dan dia yang tidak melihat. Bagiku, aku ketiga-tiganya. Aku melihat cewek berpakaian gotik di bilik pertama sedang merokok seakan-akan poros hidupnya berputar pada puntung kematian itu. Kemudian aku melihat dua orang dimasukkan ke dalam karung dan berpotensi sekarat. Dan aku tidak melihat siapa manusia-manusia kurang ajar yang mendorongku hingga terjatuh.

Begini, mari kita ulang daftar tersangka yang ada di bukuku (yang omong-omong sudah basah sekarang).

1. Natasha Nebula.

2. Brigitta Astronomi.

3. Hendrik John Titan.

*Berdasarkan petunjuk buta: Valentina Satelit, Molly Moon, Bobby Mark Janus.

Empat orang sudah aku ketahui wujudnya, yaitu Natasha, Brigitta, Valentina, dan Molly. Sementara itu, ada dua cowok lagi yang sedikit asing namanya, yaitu Hendrik dan Bobby. Sudah kukatakan, 'kan, dengan tiga ribu anak di gedung sekolah ini, mustahil dapat menemukan mereka dalam sekali lirik. Tapi, perkara itu dapat dibahas nanti. Yang penting adalah, sekarang aku baru saja kena sodok di bagian pipi oleh kaki terkutuk Valentina. Cewek itu ternyata benar-benar mirip dengan Natasha, hanya saja bibirnya lebih tebal lagi (sama sekali tidak seseksi Angelina Jolie atau Nicki Minaj, tapi yang membuatku bertanya-tanya, is thick lip becoming a trend now?!) dan tubuhnya bisa dibilang semok. Baju yang dia kenakan terlihat begitu sesak, dipadukan dengan rok mini ketat yang menonjolkan bagian-bagian tubuhnya. Aku tidak tahu apakah itu melanggar peraturan atau tidak karena Visual Angkasa tidak terlalu ketat dalam peraturan berpakaian mereka, tapi yang penting sekarang adalah cewek itu berusaha menduduki yang sedang terjatuh dalam posisi terlentang.

"Hai, rambut yang bagus." Cewek itu menyentuh dan membelai rambutku penuh perhatian. Karena jijik (dan karena otakku sudah berpikir kalau dia mungkin sama seperti Natasha yang adalah seorang biseksual- euwww! Maafkan aku, semuanya, sebagaimana manusia, aku pun memiliki batas tertentu yang memaksaku tidak dapat menyukai kaum demikian walaupun banyak sekali temanku yang ikut dalam kampanye Love Wins), aku menampar pipinya dengan keras, kemudian mengangkat kedua kakiku lalu menyodokkannya ke punggung cewek itu, membuat cewek itu lengah. Lalu dengan sekuat tenaga, aku mendorong cewek itu hingga dia jauh dari jangkauanku. Aku segera berdiri, tapi dari belakang ada seseorang yang berusaha mencekikku. Pasti si Molly. Rupanya cewek tukang makan pure kentang itu bersekongkol dengan Valentina. Aku  berusaha keras untuk menepis Molly, tapi cengkeraman cewek itu terlalu keras. Aku nyaris tidak bisa bernafas.

Sementara itu, Valentina sudah bangkit berdiri dan dia mendekati aku. Dia tersenyum.

"Sepertinya aku tahu siapa kau. Aquaris Meteor, teman Natasha juga. Aku melihatmu di pesta waktu itu.  Jadi, apa yang membawamu kemari?"

Hal tidak terduga yang membuatku nyaris muntah adalah dia mengecup pipiku.

DIA MENDARATKAN BIBIR BERLEMAKNYA DI PIPI RAMPINGKU !

Shit, aku kutuk bibirnya yang lebar itu biar makin seperti telinga gajah. Berkat kejijikanku yang sudah mencapai level tinggi, aku mendorong cewek itu hingga dia menabrak bilik kamar mandi, lalu menyelipkan tanganku ke antara tangan Molly yang sedang menahanku dari belakang, lalu mencengkeram pergelangan  tangan kanannya, lalu dengan tangan kiriku aku menonjok wajahnya sekuat tenaga. Hidung cewek itu sukses berdarah. Di depanku, Valentina sudah bersiap menjotos wajahku, tapi aku menepisnya dengan cepat, mencengkeram pundaknya, lalu mengarahkan lututku ke perutnya. Dua tendangan cukup lah.

TPE : Seven Rivalry (2014)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang