CHAPTER 13 : A FLIN'ROCK' WOMAN

2.3K 237 10
                                    

Sierra



Aku mundur setelah mendengar suara itu. Suaranya terdengar lembut dan menghanyutkan, seakan dia menyimpan rahasia yang tidak ingin dibaginya dengan kami. Tapi dari nada bicaranya, aku bisa mengatakan kalau dia sedikit mengancam. Dia tidak memunculkan kepalanya atau apa, tapi dengan mendengar suaranya saja aku sudah gemetar. Ethan berdiri di depanku, bersama Javier, sedangkan Belle berada di belakangku.

"Suara apaan tuh?"

"Udah jelas-jelas itu suara dari situ. Kamu kenapa pake acara lupa sih?" tanya Ethan kesal.

Javier hanya mendengus. "Bisa aja kan aku mendengar suara dari tempat lain gitu."

Ya, kalau yang  itu lebih menyeramkan lagi. Mungkin Ethan tidak terbiasa seperti Javier yang pastinya sering mendengar suara-suara aneh. Lain dengannya, cowok itu pasti bakal langsung menganggap suara itu berasal dari goa mungil itu. Sedangkan Javier mungkin bakal merasa suara itu berasal dari atas kepalanya, atau dari belakang pohon di sebelah kami, atau mungkin dari dalam tanah. Aku berusaha tenang dengan tidak terlihat panik. Suara itu lalu muncul lagi.

"Kalian sudah dilacak... sudah dilacak..."

Berani bersumpah, orang ini seperti penyair yang terusir dari teater.  

"Apa yang dia maksud dengan dilacak?" tanya Belle bingung. "Gila, emosi aku masih belum stabil dengan yang tadi, masa sekarang harus emosi lagi?!"

"Hei, siapapun kamu, tolong jangan main-main dengan kami. Tunjukkan dirimu kalau berani," kata Javier dengan nada menantang. 

Aku melihat dia mengambil sebongkah batu yang cukup besar untuk barangkali dilemparkan pada siapapun suara sialan yang muncul tanpa diundang itu.

Terdengar suara tawa yang menggelegar. Aku sampai harus mundur dua langkah lagi agar tidak gemetar mendengar suaranya. Ethan memegangi tanganku dan menyamai langkahnya dengan langkahku.

"Sierra, kalau nanti aku bilang ke kamu lari, kamu harus ikutin, oke?"

"Terus, kamu gima.."

Dia mengacungkan telunjuknya di depan bibirku. "Kamu dengar, kan? Lari. Kamu pikir aku selemah apa sampai harus dikhawatirin kayak begitu, hmm?"

Aku langsung terdiam setelah dia mengatakan hal itu. Aku tidak pernah merasa segugup ini sejak terakhir kali aku dan Ethan berduaan. Dan itu berarti tadi pagi. Ethan menatapku dengan tajam, matanya yang segalak singa hutan pasti bisa membuatku pingsan dan koma selama beberapa bulan kalau saja aku tidak kenal dia dekat. Walaupun sudah berlari-lari di sekitar air terjun tadi, bau badannya juga tetap oke. Aku menduga dia memakai parfum yang sama dengan Sam. Badannya yang tegap dan gagah (oke, aku akui kalau aku sering mengagumi niatnya untuk olahraga rutin) menutupi pandanganku dari goa di depan dengan nenek lampir yang tak kunjung keluar di dalamnya.

Aku hanya bisa mengangguk setelah itu, dan berharap si nenek lampir segera keluar supaya aku bisa mengukur kekuatannya. Barangkali, dia bisa kukalahkan atau semacamnya.

"Kalian, masuklah. Kenapa diam saja di luar sana?" ujar suara itu. 

"Kamu pikir kita bodoh? Kalau mau, kamu yang keluar," sahut Belle dengan berani. "Man, aku nggak bisa menahan diri untuk nggak mengata-ngatai semua orang hari ini."

Aku sempat kaget melihat seorang Belle bisa berlagak seberani itu. Biasanya dia hanya bisa bersembunyi dibalik Sam atau aku, seperti peristiwa nonton The Ring bareng waktu Belle pertama kali ke sini. Yah, dibandingkan denganku, dia memang jauh lebih bar-bar, sih. Buktinya dia bisa memimpin perdebatan dengan ibu-ibu tadi, tapi kalau berurusan dengan hal-hal supranatural, biasanya dia langsung mundur. Seperti peristiwa nonton bareng kemarin, dia sampai minta aku menemaninya pergi ke toilet setelah si setan muncul mendadak di depan layar.

TFV Tetralogy [3] : Lego House (2014)Where stories live. Discover now