CHAPTER 10 : A WELL-SPENT MOMENT

2.9K 254 4
                                    

ETHAN



Berkat udara pagi yang dingin, kami akhirnya sampai juga di villa. Karena ruang keluarga masih kosong, dapat kutebak bahwa Ernest masih di atas dan yang lain masih mandi (atau tidur lagi), jadi Sierra dan Belle segera kembali ke kamar mereka untuk mandi-mandi, sementara aku dan Javier kembali ke kamar untuk mengambil koperku yang ada di kamarnya. Ketika kami sampai di kamar, Javier tiba-tiba meraih lenganku dan menahannya.

"Ethan, aku nggak bermaksud ngerebut Sierra dari kamu. Jadi kalau kamu ngerasa nggak enak, kamu bisa minta aku buat nggak deket-deket sama dia."

Aku menatap matanya yang terlihat serius. Apa gerangan cowok ini berkata demikian? Kenapa tiba-tiba dia mengatakan itu padaku? Kenapa pula dia pakai tahan-tahan tanganku segala? Kita kan jadi kelihatan drama banget!

"Javier, aku nggak masalah." Aku berusaha berkata dengan tenang walaupun otakku sedang berkecamuk saat ini. "Aku tahu yang sebenarnya. Jadi, kalau memang kamu mau mendekati Sierra, aku nggak ngelarang. Kita bersaing secara sehat, seperti yang kemarin aku bilang."

Setelah itu, aku meninggalkan Javier keluar dari kamar, jelas saja aku masih dapat mendengar suara pikirannya dengan jelas. Walaupun begitu, seperti Javier yang biasanya, cowok itu tenang-tenang saja dan langsung mandi. Aku  masuk ke dalam kamar dan menemui Ernest dan Sam yang sedang membereskan koper mereka. Aku segera masuk ke kamar mandi, dan dalam sekejap aku sudah selesai dan duduk di kursi untuk ngobrol bersama kedua orang itu.

"Aku nggak nyangka, Sierra tambah cantik aja. Padahal dulu dia mirip upik abu gitu deh," sahut Ernest jahil.  

Sam hanya tertawa mendengarnya.

"Ya, dulu aku juga nggak seprotektif itu sama dia. Tahu sendiri, kan? Waktu dia jatuh pas mau masuk ke kamarku, aku ngebiarin dia," kata Sam sambil mengenang perbuatan tidak berperikemanusiaannya itu. "Gila, aku kaya sipir penjara banget. Kalau saat ini dia mau membalasku seribu kali pun aku nggak bakal marah."

"Ya, tapi dia nggak banyak bacot. Dia cuma diam
sambil senyum, lalu pergi. Dan sikapnya itu masih disimpan sampai sekarang."

Sam mengangguk. "Yap, tapi sesuatu terjadi. Dia jadi rada murung dan pendiam dibanding dulu."

Ernest langsung menoleh pada Sam. "Apa maksudmu? Ada yang menyerangnya gitu?"

"Kenapa pembicaraannya jadi ke arah situ? Than, mungkin kamu mau cerita," tawar Sam yang jelas saja malas menceritakan kisah adiknya berkali-kali. 

Aku berusaha mengingat kejadiannya. Tidak, Sierra tidak gila atau sinting, cewek itu juga tidak depresi sampai mau bunuh diri, tapi ketika seseorang mengalami suatu kejadian yang tidak menyenangkan, tentu saja itu akan mengubah dirinya. Setangkai mawar yang segar dan merah pun bisa layu bila tidak diberi asupan air dan dirawat baik-baik. Aku jadi semakin ingin melindunginya. Lalu aku menceritakan serentetan peristiwa yang menyebabkan Sierra celaka, lengkap dengan seluruh nama yang perlu disebutkan. Sesekali Ernest menyela dengan "sepertinya aku tahu orang itu". Saat ceritaku berakhir, dia hanya geleng-geleng kepala. Aku melihat dia sedang membayangkan nasib Sierra waktu itu.

"Patricia, aku kenal cewek itu. Lebih tepatnya, dia adik dari temanku yang sekarang kuliah di Singapura. Memang anaknya agak sengak gitu. Kalau ketemu, kepingin aku kerjain rasanya," kata Ernest sedikit kesal. "Yah, jangan judge aku, ya. Aku emang suka sentimen gitu sama orang-orang yang ngeselin, dan aku nggak pandang bulu soal itu."

"Ya, tapi untung saja, adik sepupumu ini datang tepat waktu. Sierra jadi bisa berubah sekarang, walaupun masih malu-malu dan terkesan diam," kata Sam sambil melirikku.

Sialan, aku merasa tersindir banget sekarang.

"Oh, jadi 'S' yang kamu maksud di BBM itu ya Sierra?" 

TFV Tetralogy [3] : Lego House (2014)Där berättelser lever. Upptäck nu