DEMESNE XVIII: SCRUTINIZE

3.8K 329 10
                                    

scru·ti·nize

/ˈskro͞otnˌīz/

Examine or inspect closely and thoroughly.





Ketika kami sampai di kantor kecil Vero, wanita itu duduk santai sambil menyesap teh dan menonton siaran ulang pertunjukan balet Anna Karenina, entah dia melakukannya karena formalitas belaka atau studio balet yang dia katakan memang serius beroperasi.

"Aku mendapatkan laporan mengenai empat korban sekaligus yang masuk ke rumah sakit hari ini. Semua laporan datang dari rumah sakit. Dua wakil seven heavenly virtues diserang lagi. Kuakui, aku salah sih, tidak memberitahu kalian terkait nama-nama anggota."

Vero duduk di sofanya kali ini, sambil menghabiskan tehnya. Aku duduk di depannya, di sebuah kursi tanpa sandaran yang cukup tinggi, sementara Chloe dan Xander berdiri di dekat jendela yang sudah ditutupi korden tebal. Kami menuturkan semua kejadian yang kami lalui, baik di sekolah maupun di apartemen Amanda.

"Jadi, Amanda juga diserang? Menurut laporan yang aku terima ... dari kalian, dia adalah anggota dari Nefarious, berarti salah satu dari perwakilan seven deadly sins. Bagaimana bisa dia ikut diserang?"

"Itulah yang membawa kami kemari, Vero. Kita ingin tahu, apa motif seven deadly sins untuk menyerang anak-anak yang tidak berdosa itu, dan lebih parahnya, menyerang anggota sendiri. Kau sendiri yang bilang virtues tidak bakal menyerang sins dengan cara kasar, 'kan? Karena menurut yang telah kami teliti, setiap korban selalu celaka dengan cara yang berbeda-beda, walaupun sebagian besar sama sih," kata Xander sambil menarik sebuah kursi dan duduk di atasnya.

"Motif? Tentu saja untuk memenangkan persaingan ini. Mereka melakukannya untuk Nefarious," jawab Vero santai. "Tapi menarik juga mereka menyerang dari dalam. Aku jadi bertanya-tanya apa motifnya."

Chloe menggeleng. "Bukan begitu, Ibunda Bos." Vero tampak kesal saat Chloe memanggilnya dengan sebutan yang terdengar mengesalkan itu. "Motif mereka untuk menyakiti lima korban. Angela, saat aku dan Alle dan salah seorang teman kita menemukannya di lantai atas rumah Natasha, dia berdarah-darah, tapi dengan pakaian yang sudah robek-robek, nyaris seperti ditelanjangi. Lalu Alan, dia ditemukan dengan kondisi badan penuh dengan saus-saus makanan, dan mulutnya disumpal banyak sekali makanan. Melengkapi itu, ada tulisan " G U L A" di jidatnya."

Vero menaruh cangkir tehnya lalu duduk tegak. Hari ini, kostumnya tidak seformal kemarin. Wanita cantik itu mengenakan dress simpel berwarna putih dengan sabuk tipis berwarna hitam metalik. Ya, setidaknya dia terlihat lebih santai hari ini dibandingkan setelan rapi berupa blazer dan rok span berwarna beige yang membuatnya tampak seperti perwakilan perusahaan saham terbesar di kota.

"Ada tulisan apa tadi kau bilang? GULA?"

Chloe mengangguk. "Itu ada hubungannya dengan Garam atau Merica, 'kan?

Vero menggeleng cepat dan segera menyuruh salah seorang pegawainya untuk mengambilkan laptop. Wanita itu membuka laptopnya lalu menyuruh kami bertiga untuk duduk di kursi yang berada di depannya.

"Menurut board yang kumiliki, GULA adalah sebutan lain dari Gluttony, atau kerakusan. Gluttony berhubungan dengan makanan. Jadi, sudah pasti kalau itu berhubungan dengan makanan. Kalian bilang, di sekitar Alan ada makanan?"

Aku mengangguk. "Lalu apa hubungannya dengan GULA?"

"Aku masih berpikir mereka ada hubungan khusus dengan GARAM atau MERICA, lo."

Xander mendengus bete pada Chloe sementara cewek itu mengibaskan rambutnya tidak peduli.

Vero mengangguk-anggukan kepalanya. Dia mengetikkan sesuatu di laptop, lalu menunjuk Chloe. "Lanjutkan ceritamu mengenai para korban, detail."

TPE : Seven Rivalry (2014)Where stories live. Discover now