CHAPTER 9: HE MET HIS FRIEND

2.6K 269 14
                                    

ETHAN



Saat aku tahu bahwa Javier sudah menolong Sierra, perasaanku langsung tidak enak. Aku merasa kalau cowok itu memang menyukai Sierra dari awal. Aku sudah pernah membahas hal itu, tapi dia berlagak seperti dia tidak menyukai siapapun, seakan-akan dia tercipta untuk menjomblo hingga tua. Tidak perlu alat pendeteksi untuk membuktikan ucapannya. Aku langsung tahu begitu dia menyebutkan kalimat itu, bahwa dia memang menyimpan rasa dengan Sierra. Sementara itu, Sierra terus mengatakan kalau dia baik-baik saja dan liburan ini membantunya untuk melupakan pikiran-pikiran buruk dari masa lalu. Aku khawatir sekali kalau sesuatu terjadi dengannya, walaupun hanya sekedar terpeleset lumut atau apa. Kalau sampai cewek itu pulang dengan kepala benjol, bisa-bisa kakaknya yang ganas dan lebih galak daripada tante-tante itu menuntutku hingga ke pengadilan.

"Nanti pulang, kamu jalan di depanku, aku nggak mau tahu." 

Aku baru sadar ucapanku itu terdengar otoriter sekali ketika cewek itu memberengut.

"Kok kamu jadi protektif kayak Sam gitu sih?" tanya Sierra sedikit kesal.

"Aku cuma nggak mau sesuatu terjadi padamu, Sierra." Aku menatapnya cukup lama sambil berharap wajah jutek itu kembali lembut seperti semula. "Aku peduli sama kamu."

Cewek itu hanya terdiam. Dia menggigit bibir, sepeti yang biasa dilakukannya kalau sedang gugup, lalu kemudian memiringkan wajah sambil tersenyum.

"Thanks," katanya sambil melirikku dengan tatapan matanya yang khas dan menusuk itu. "Udah peduli sama aku."

"Anytime," kataku membalas senyumannya.

Kami kemudian ngobrol soal sekolah yang akan datang, sambil sekali-kali menggosipi Bri dan Belle yang sedang sibuk-sibuknya PDKT. Aku sudah mewanti-wanti cowok itu agar tidak melakukan apa pun pada Belle. Karena Belle adalah sepupu Sierra, jelas aku peduli dengannya juga. Dan kalau sampai terjadi apa-apa pada sepupunya, Sam sudah pasti bakal berubah wujud jadi beruang kutub dan mulai mencakar siapapun yang menyakiti orang-orang terdekatnya. Entahlah, sepertinya aku terobsesi dengan semua yang berbau Sierra. 

Saat aku sedang berkutat dengan pikiranku sendiri, aku mendengar Carlo mengatakan sesuatu yang berbau negatif. Aku langsung menoleh ke arah cowok itu berbicara dengan makhluk yang jelas disebut hantu. Aku menyuruh Sierra untuk bergabung bersama Bri dan Belle sementara, yang jelas merupakan kemenangan besar bagi Bri karena cowok itu terobsesi dengan Sierra dari awal, kalau saja Sierra tidak punya "aku". Carlo dan Javier mundur beberapa langkah. Tidak bisa disangkal, aku merupakan satu-satunya di antara mereka yang tidak bisa melihat hal-hal supranatural, padahal sebenarnya aku punya keinginan. Mereka mengatakan sesuatu yang aku kenali sebagai "pergi dari sini", kemudian segera menoleh ke belakang, ke arahku.

"Ada apa ini?"

Carlo menunjuk si hantu (yang jelas saja tidak bisa kulihat) dengan polos. "Orang kurang kerjaan."

Aku menoleh ke arah udara kosong sambil berharap mendapatkan pencerahan dari atas, namun segera kuurungkan kalau mengingat-ingat banyaknya petualangan seruku dengan Carlo yang harus berhadapan dengan dunia lain. 

"Memang apa yang dia lakukan?"

"Dia membawa batu yang bersimbah darah, horor banget, kan? Dia bilang, dia dibunuh disekitar sini. Dia ingin mencari orang itu. Aku tidak bisa memaksanya untuk pergi ke Cahaya yang aku ceritakan waktu itu. Dia tetap ngotot."

Aku sekali lagi menoleh ke arah udara kosong yang membuatku kelihatan seperti orang idiot.

"Terus kenapa kamu ngatain dia kurang kerjaan?"

TFV Tetralogy [3] : Lego House (2014)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu