DIAM

5 0 0
                                    

Ting tong ting tong... dilanjutkan suara perempuan yang terkesan muda dan menarik. Memberi arahan tentang jalur kereta siang ini. Lucu. Aku tak mau bergerak sedikitpun. Aku tak peduli perkataan perempuan itu. Aku tetap duduk di ruang tunggu. Diam, sendu, sayu.

Tidak banyak yang aku ucapkan ditelepon semalam. Bisuku lebih dominan, diamku lebih menang. Tapi dia tau, pikiranku seluruhnya tentangnya.

Wajar. Karena mungki saja cerita-cerita yang pernah kita lalui hanya sebatas ini. Tapi tak menghapus harap, kita akan membuat cerita yang lebih menarik.

Semalam. Diam.
Semalam. Muram.
Semalam. Kalam, kelam.

Wahai kamu yang sudah belasan pekan tak kutemui. Apa kamu baik-baik saja? Apa sakitmu akan sembuh? Apa kamu akan cepat pulih?

Ahhh, menyebalkan. Mengapa harus sekarang kamu seperti ini? Tidakkah kamu kasihan kepadaku? Aku ini jauh, hubungan kita akan mudah rapuh, kamu bisa saja banyak keluh dan lama sembuh.

Diam ini tak akan menyelesaikan. Entah kamu, atau aku yang harus memulai meluruskan. Kita ini apa, dan aku siapa bagimu. Perhatianku tak akan jadi lebih, sebelum kepastian datang atau kita jemput dengan lembut.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 05, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DIAMWhere stories live. Discover now