DEMESNE XVI: DEVASTATION

3.9K 346 9
                                    

dev·as·ta·tion

/ˌdevəˈstāSHən/

Great destruction or damage ; severe and overwhelming shock or grief.





Lokasi bersantai kami kali ini adalah di taman belakang sekolah. Sudah tiga hari sejak kami bertemu dengan Veronica Flux, yang kabarnya adalah presdir sebuah komunitas bernama Pax Panacea Comity. Berbagai hal tidak masuk akal dijelaskan saat kami berada di cabang markasnya, yaitu di sebuah kamar bernama ROSE 50. Kami diberitahu mengenai persaingannya dengan komunitas lain, Nefarious Comity, yang dilakukan demi kursi kosong di sebuah perusahaan di Manhattan. Kami diberitahu mengenai Seven Deadly Sins dan Seven Heavenly Virtues yang menjadi pokok permasalahan yang menimpa PPC-singkatannya Pax Panacea Comity.

Menurut mereka, pada periode keempat dari persaingan mereka dengan Nefarious, lawan mereka menggunakan cara kekerasan untuk memenangkan persaingan, yaitu dengan mengutus perwakilan mereka yang tergabung dalam Seven Deadly Sins untuk menyerang bahkan membunuh perwakilan dari Seven Heavenly Virtues. Selama enam hari ini, sudah ada tiga anak yang sekarat, satu diantaranya mati. Selain itu, Vero (panggilannya Veronica Flux) memberitahu bahwa kami bertiga adalah patron, sesuai dengan kunci masing-masing. Aku memegang Keberanian, Chloe memegang Kebijakan, dan Xander memegang Keadilan. Ada satu lagi, setelah aku browsing-browsing, namanya adalah Temperance alias Pengendalian Diri. Aku masih tidak tahu siapa satu patron yang lainnya, tapi Vero mungkini akan memberitahu kami saat kami ke markasnya nanti. Dan actually, aku tidak terlalu peduli sama sebutan Patron yang tidak jelas dan sinting ini, yang jelas aku ikut saja dengan semua sebutan yang diberikan Vero.

Anyway, kami sedang sibuk mencari-cari siapa kira-kira perwakilan dari Seven Deadly Sins ini. Setelah ini kami akan berdiskusi mengenai oknum-oknum yang kami anggap bahaya.

Aku menutup buku diariku (yang memalukan dan tidak akan pernah kusebar ke mana-mana) dan kembali bersandar di pohon.

Sore-sore seperti ini, banyak anak-anak yang masih tinggal di sekolah. Sebagian dari mereka malas pulang, karena mereka pasti akan disuruh belajar oleh orangtua atau wali mereka. Beberapa lagi memilih untuk membatu di perpustakaan, bermesraan dengan buku-buku di sana. Sisanya, seperti aku dan kedua temanku, memilih untuk tidur-tiduran di bawah pohon sambil berharap peperangan di muka bumi segera berakhir. Tapi tentu saja aku sudah memasang koran di batang pohonnya, jadi aku tidak perlu khawatir dengan ancaman serangga yang bisa datang kapan saja.

"Oknum pertama kita, Natasha. Dia wakil dari Lust. Kemungkinan besar dia yang menyakiti si cewek bernama Angela itu, Al."

"Tunggu, siapa kau bilang? Angela? Siapa tuh?"

Aku menoleh pada Xander. Tentu saja, dia kan tidak ikut saat aku, Chloe, dan Aqua (omong-omong aku kangen dengan cewek pemilik nama merk minuman ini, di mana ya dia?) berusaha keras untuk menyembunyikan tubuh si Angela ini.

"Singkatnya, satu korban lagi ada di lantai atas rumah Natasha. Waktu itu aku dengan Chloe iseng-iseng naik ke sana dan menemukan itu cewek  sudah tergeletak tak berdaya. Tubuhnya berdarah-darah, dan nyaris tak mengenakan sehelai kain pun."

"Euw, tega banget pelakunya. Jadi menurut kalian, si Natasha yang melakukan itu ke Angela? Maksudku, apa dia memang setega itu?"

Chloe mengangguk mantap. "Menurut observasiku, iya. Dia yang melakukan dengan setega itu ke Angela. Hanya satu saja yang menganggu pikiranku, motifnya itu, lo. Masalahnya, tak lama kemudian, Alan ditemukan di bawah meja. Jadi apa, dia melakukannya dua kali? Dan sekedar info saja, dia adalah tuan rumah malam itu."

Aku memiringkan kepalaku untuk berpikir. Entah kenapa, instingku berkata kalau pelakunya lebih dari satu. Masalahnya, kita belum yakin apakah Natasha ini benar-benar pelakunya karena kalau ingin diteliti dari berbagai sudut, cewek itu berada di bawah sepanjang waktu, menyambut tamu-tamu yang datang dan bersosialisasi dengan baik. Jadi, aku tidak bisa memutuskan dulu. Chloe kemudian terus membahas semua nama yang menurutnya patut dicurigai, seperti Briggita misalnya. Cewek gembrot itu dijadikan terdakwa oleh Chloe, tapi sekali lagi, kami masih belum tahu apa motif dari pelaku untuk menyakiti korbannya.

TPE : Seven Rivalry (2014)Where stories live. Discover now