CHAPTER 4: ANOTHER SAME NEWS

3.3K 261 4
                                    

SIERRA



"Sier, sudah lama nunggunya? Maaf ya," kata Ethan yang muncul dengan beberapa kantong plastik di tangannya. 

Aku langsung menawarkan diri untuk membawakan beberapa, karena dia terlihat kesulitan sekali. Walaupun aku tahu biasanya dia membawa barang-barang berbobot luar biasa (yang sudah pasti adalah hasil belanjaan mamanya), tetap saja tidak afdol rasanya kalau tidak menawarkan bantuan.

"Nggak, sebentar kok. Sini aku bantuin, banyak banget belinya!"

"Nggak," kata Ethan sambil menepis tanganku dengan sekali gerakan. "Kamu jalan aja kayak biasa, ini sih, kayak ngangkat kresek berisi tiga butir telor," lanjutnya santai sambil berjalan.

"Aku bawa satu." Aku tetap memaksa menyambar salah satu kantong belanjaan. "Jadi kita mau ke mana ini?" 

Setelah menghabiskan beberapa waktu dengan Ethan sambil berjalan-jalan dan makan, kami berdua kemudian segera melesat ke mobil untuk pulang ke rumahku. Beruntung sekali rumahku dan Ethan dekat, hanya terpisah oleh gang. Sebenarnya aku juga tidak menyangka kalau bakal tetanggaan sama Ethan dan Javier. Aku tidak mengenal mereka dulu, jadi aku tidak sadar kalau mereka tinggal bersamaku di kompleks perumahan yang sama. Berkat itu juga, Ethan jadi tidak perlu susah-susah berjalan jauh kalau ingin menghampiriku. Dia tinggal jalan kaki saja dan voila, sampai di rumahku.

Beberapa meter sebelum kami sampai di depan rumah, Ethan mengajakku berbicara.

"Sier, menurutmu kenapa ya Kevin itu bisa hilang? Seharusnya jelas penyebab hilangnya," kata Ethan, membahas masalah Bu Jane, seorang wanita yang tinggal di kompleks yang sama dengan kami.

Aku sudah melupakan peristiwa itu, tapi bagaimana si Kevin hilang secara misterius membuatku berpikir ratusan kali, apa gerangan yang terjadi di balik hilangnya bocah imut itu.

"Entahlah, aku rasa karena si pencuri itu handal sekali, jadi dia sudah terbiasa masuk dan keluar dari kompleks tanpa sepengetahuan satpam. Bisa jadi, kan?" jawabku monoton.

Ethan mengangguk. "Bisa saja, cuma aku nggak habis pikir, Sier. Dartadi mendadak pikiranku ke sana terus. Rasanya seperti ada yang memanggilku untuk melakukannya lagi. Kamu tahu kan, penyelidikan-penyelidikan itu."

Mendadak perasaanku jadi tidak enak. "Hei, kamu nggak pingin peristiwa Jac Harrison terulang lagi, kan?"

Ethan menoleh padaku. "Tenang, tenang. Aku nggak akan biarin siapapun menyakitimu dan yang lain lagi. You got me."

Aku menatapnya dengan pandangan ingin tahu. Kemudian dia langsung salah tingkah dan membetulkan posisi duduknya.DIa berdeham.

"Maksudku, kamu punya aku, Carlo, Javier, Sam, dan banyak orang. Jadi, kamu tenang saja. Nah, kita udah diliatin pak satpam brengos di depan itu, lebih baik kamu turun. Aku nggak mau disangka bakal ngapa-ngapain anak orang di dalam mobil."

Aku mengangguk sambil mengucapkan terimakasih padanya lalu segera turun dari mobil. Aku tidak banyak basa-basi dengan Ethan, segera masuk ke dalam rumah. Untung saja Sam kakakku yang stand by setiap saat itu ada di ruang tamu, jadi aku bisa langsung duduk di sebelahnya sambil senyum-senyum.

"Hei, udah pulang?" katanya sambil merangkulku. Aku langsung bersandar padanya, dan dia menaruh tasku di sebelahnya. "Ngapain aja tadi?"

"Yah, tipikal orang jalan deh. Cari yang mau dicari, makan, jalan-jalan..."

"Sementara aku boring garing di sini. Daritadi mau ajak Belle makan keluar sulit banget. Katanya belum selesai catokan lah, apa lah..."

Saat kami menyebut nama Belle, cewek itu mendadak muncul di belakang kami. Rambutnya tampak rapi dan terlihat amat serasi dengan kaos polos kebesaran yang dipadukan dengan celana pendek jins sobek-sobek dengan potongan berani. Bagaimana lagi, Belle lama sekali tinggal di Amerika, cara berpakaiannya pun bakal lebih berani seperti itu.

TFV Tetralogy [3] : Lego House (2014)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang