TIGA KATA (CELIA)

81 1 0
                                    

(Darah, Jendela dan Syal)

*****

"Celia! Celia! Celia!"

Aku berteriak ingin memeluk tubuh Celia, gadis yang kucintai. Namun begitu banyak tangan menghalangiku, menjauhkanku darinya. Aku hanya terus meronta memohon namun yang sanggup kulihat hanyalah tubuh mungil Celia bersimbah darah. Kulihat jelas darah masih keluar dari kepalanya. Aku tak bisa lagi meraihnya, tubuh dan kakiku melemas dan hanya mampu melihat pintu sialan UGD tertutup rapat untukku.

*****

"Kau mau jalan-jalan Celia?" tanyaku pada gadis berambut panjang sebahu yang kini tengah memandang langit dari jendela rumahnya. Aku memang selalu mengunjungi rumahnya setiap hari. Aku selalu ingin bersamanya, namun kami dilarang untuk keluar jalan-jalan terlalu jauh.

"Tentu. Kau mau mengajakku kemana?"

"Tergantung."

Kulihat Celia mengerutkan dahinya sambil berjalan duduk di sofa sampingku. Dia menatapku dengan penasaran atau bersemangat lebih tepatnya.

"Kau jangan berharap aku akan mengajakmu jauh-jauh dari taman dekat perumahanmu, Celia. Kau tahu, Ibumu tidak akan setuju."

Kulihat ekspresi wajah Celia berubah kecewa. Aku tahu dia sangat bosan. Hampir di seluruh hidupnya terkurung dalam rumah mewahnya. Dilarang keluar, dilarang capek dan dilarang bekerja keras. Untuk sekolah saja, Celia hanya bisa memanggil guru kerumah.

Aku ingat betul pertama kali aku bertemu dengannya adalah saat aku menggantikan Kakakku untuk menjadi guru pianonya. Saat itu Kakakku mendapat beasiswa kuliah di Jepang sementara aku memang sedang menganggur sejak keluar dari SMA tempatku mengajar dulu dan saat itu usiaku dan Celia hanya terpaut 4 tahun. Aku benar-benar terhipnotis akan dirinya dan tanpa sadar sudah tergila-gila padanya.

Kulihat Celia kini bertopang dagu dengan sebal. Aku membelai rambutnya lembut. Dia benar-benar cantik dalam ekspresi apapun. Semburat rona memerah di wajahnya, membuatnya terlihat semakin cantik.

"Aku tahu Celia, kau bosan. Tapi kau tahu khan, semua ini demi kebaikanmu. Kami semua menyayangimu Celia, dan hanya ini yang bisa kami lakukan. Hanya ini yang bisa dilakukan keluargamu selama 20 tahun ini. Menyelamatkan hidupmu."

Celia mengangguk lemah dan pasrah. Sebuah nasib yang buruk bagi Celia. 1 banding satu juta mungkin. Seorang gadis sepertinya menjadi yang sial diantara satu juta karena menderita penyakit Von Willbreand Disease. Sebuah penyakit yang hampir mirip dengan hemofilia tapi ini lebih sering dialami oleh kaum wanita. Jika terlalu lelah dia akan mengalami lebam dan bahkan bisa jadi cacat. jika sudah terluka dan berdarah, dia bisa mengalami pendarahan parah. Itulah kenapa, Orang tuanya selalu mengurungnya di sini. Di rumah mewah ini.

Celia kembali berdiri dan menghampiri jendela rumahnya. Matanya menunjukkan ekspresi kesedihan.

"Seperti apa dunia di luar sana?" lirihnya.

"Tergantung."

"Maksudmu?"

"Semua di dunia ini memiliki positif dan negatifnya. Ada jahat, ada baik. Jika kau melihat kebaikannya, diluar sana ada banyak kebahagiaan seperti Mall, taman bermain dan lain-lainnya."

"Negatifnya?"

"Ada banyak orang jahat di luar sana. Perampokan, penculikan, dan lain-lain. Selain itu, ada juga kecelakaan parah dan kematian."

"Semua orang akan mati."

"Memang. Itulah kenapa kematian bisa jadi kebaikan, bisa jadi keburukan. Kenapa kta justru membahas ini? Ah, Celia. Aku punya sesuatu untukmu." kataku sambil menepuk bahunya ringan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 05, 2012 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TIGA KATA (CELIA)Where stories live. Discover now