DEMESNE XII: EMULATE

4.2K 389 12
                                    

em·u·late 

/ˈemyəˌlāt/

Match or surpass (a person or achievement), typically by imitation.



Sepanjang berjalan kembali ke kelas selesai mengantar Victor, aku kembali memikirkan perkara mimpi dan kata-kata ROSE 50 yang aku lihat sepuluh menit yang lalu dari balik kaca jendela. Semua itu begitu janggal dan tidak masuk akal. Masalahnya, aku tidak pernah mengalami hal-hal yang aneh, kecuali beberapa hari terakhir ini. Aku juga terus memikirkan masalah tiga anak yang diserang dengan brutal dua hari ini. Kenapa semuanya mendadak berubah 180 derajat? Maksudku, kita masih berada di dunia, 'kan? Seakan-akan hari yang sebelumnya cerah ceria dengan matahari yang bersinar terang berubah drastis menjadi langit berawan yang gelap dan suram, serupa dengan cuaca belakangan ini di kota kami. Tapi aku pun tidak bisa menghindari hal itu.

 Sampai di depan kelas, aku melihat keadaan di dalam. Anak-anak masih tetap dalam posisi mereka, tidak berubah. Aku memutuskan kalau aku bakal bosan kalau berlama-lama di dalam sana, jadi aku mencari Chloe dan Xander di kelas mereka. Aku masuk ke kelas ekonomi dan menemui kedua temanku itu sedang saling menjambak rambut (tentu saja tidak keras-keras, mereka kan hanya bermain) dan menghina-hina satu sama lain.

"Dasar gorila sinting! Kau kira rambutmu yang panjang ini keren, hah?! Mereka terlihat hampir sama lurusnya dengan garis petunjuk jalan, bau minyak pula, pakai cat apaan sih?! Cat poster?! Tak usah sok menyamakan diri dengan Rambo, deh!" Suara serak basah Chloe terdengar.

Xander membalas dengan suaranya yang tidak kalah serak dan maskulin, membuat mereka terlihat seperti dua petarung yang siap saling merobohkan satu sama lain atas nama uang.

"Pakai ngatain aku gorila sinting lagi, dasar empedu kuda! Ini rambut keren! Tak ada cowok yang punya rambut sekeren ini di Visual Angkasa, mereka semua pengecut tak berani memanjangkan rambut sepertiku! Aku kan manusia anti-mainstream!"

"Hey, bro, kau jangan menghinaku begitu dong! Kau berusaha mengatakan kalau rambutku yang jumlahnya nol ini tak bagus? Kau barusan mengataiku pengecut? Kau ingin kupiting, hah?!" bentak seorang cowok berbadan besar yang memang botak cling. 

Otot-ototnya menonjol dari balik kaus putihnya yang sepertinya sudah kesempitan dan butuh ukuran yang jauh lebih besar. Xander tahu kalau dia masih berani macam-macam dengan cowok ini, dia bakal langsung dikukus jadi perkedel, jadi dia langsung memohon maaf, lalu kembali meneruskan perdebatannya dengan Chloe.

"Rambutmu memang bawa sial, 'kan? Pangkas saja sana! Apa perlu aku pangkas dengan brutal pakai gunting rumput?! Atau mau pakai gergaji mesin?" serang Chloe tanpa ampun.

"Berani sekali kau menyamakan rambutku dengan rumput makanannya sapi?!" Seakan-akan seluruh dunia tidak tahu saja kalau sapi makan rumput. "Siapa yang mulai dulu, hah?! Siapa?! Makanya, jangan asal hina orang dong! Kau tahu kan kalau yang namanya karma itu hidup?!"

"Karma bukan manusia, dia tak punya jantung paru-paru dan dada, jangan sok tahu deh kalau dia memang hidup! Memang dia tinggal di belahan bumi bagian mana, Alaska?!"

"Hei,hei! Kalian berdua, berhenti!" selaku di tengah-tengah mereka. Tampaknya mereka terkejut saat melihatku, dan segera kembali ke tempat masing-masing sambil tetap berusaha untuk tidak terlihat sedang emosi walau sudut mata mereka masih saling melontarkan cemoohan berbagai level. "Apa sih masalah kalian? Kenapa tak bisa tenang?! Begini caranya kita betulan bisa diusir dari sekolah!"

"Sahabatmu yang sok cantik tuh yang memancing amarahku yang sudah tersembunyi di bawah lambung! Aku sedang sibuk mengerjakan tugas lalu difoto-foto pakai efek Chipmunks, belum lagi dia mengancam akan menyebarluaskannya di berbagai jejaring sosial, bagaimana aku tak terbawa emosi?!"

TPE : Seven Rivalry (2014)Where stories live. Discover now