SECTOR XXVIII: THE FIRST FINAL ASSAULT

8.4K 720 71
                                    


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Betapa senangnya aku saat melihat wajah kasihan Dylan. Sudah cukup lama kami tidak bertemu—kupikir, hampir satu hari? Kenapa pula kupikir itu waktu yang lama?—aku yakin dia juga kangen padaku. Aku menoleh pada Leena yang tampaknya senang melihat bahwa teman-teman kami baik-baik saja. Tapi Veata dibelakangku tampaknya kurang senang. Dia terus memperhatikan orang-orang yang ada di depan kami, di depanku saat ini.

Benar, kenapa aku tidak memperhatikan orang-orang sok keren ini? Aku mundur dan refleks melindungi Leena serta Veata. Orang-orang itu terdiri dari empat orang, salah satu di antaranya memakai jaket berwarna merah (pilihan yang tidak up to date sekali). Kemudian saat aku melihat dengan seksama wajah orang itu, aku langsung mengumpat dalam hati.

Bapak berjaket merah itu berdiri dari singgasananya dan bertepuk tangan layaknya telah menonton pertunjukkan sirkus yang terkenal. Dia tersenyum pada Xena, Dylan, lalu padaku dan Leena. Leena maju sedikit menyamai posisiku, lalu dia berbisik.

"Sam, orang ini kan... "

"Aku tahu. Sudah pasti dia. Savannah benar tentang orang ini."

"Hahahahaha, ternyata, tanpa dipaksa pun kalian semua datang sendiri ke sini. Anak-anak manis," katanya sambil tertawa senang, seakan-akan pertemuan kami adalah pertemuan yang amat ditunggu-tunggu.

Jelas, kami di sini sama sekali tidak mengharapkan eksistensinya.

Beberapa saat kemudian, beberapa anak buahnya yang tadi mengejarku datang. Sisa dua, karena si gempal yang sempat menyerang Leena itu sepertinya mati ditempat saat si penembak berwajah Eminem gagal menembaknya secara tidak sengaja. Dari sisi Dylan, ada tiga orang juga yang datang. Mereka semua berkumpul di antara bos mereka, mengelilingi pria itu dengan formasi melindungi. Jumlahnya ada 10 orang, bersama dengan bosnya. Oke, kalau aku boleh menggambarkan keadaan kami saat ini, yang tentunya amat gawat berhubung kami berenam—Leena,aku,Xena, Dylan, Veata, dan Patrick—tidak bakal bisa melawan mereka semua. Apalagi Veata sepertinya trauma bertemu dengan para penembak ini, dia tidak bisa diandalkan untuk bertarung. Bukannya aku bersikap rasis, demi apa pun juga, aku hanya bersikap realistis di sini. Kalau ada yang harus dilindungi pertama kali, orang itu adalah Veata. Gawat, tidak mungkin aku akan mati di sini. Aku tidak ingin mati secara tidak terhormat.

"Leena Adamaris, putri pertama dari teman tercinta Ray Adamaris," kata orang berjaket merah itu sambil mendekati Leena. Dia nyaris menyentuh pipi Leena, tapi segera ditepis dengan kasar oleh cewek itu.

"Tidak perlu kontak, pak," ujarnya tegas.

Orang berjaket itu mengangkat sebelah alisnya sambil menoleh padaku. Dia kemudian menepuk-nepuk bahuku, seakan-akan kami pernah bertemu sebelumnya, walau aku cukup yakin, sampai dunia terbelah dua pun, aku tidak akan pernah sudi bertemu dengannya baik secara sengaja ataupun tidak.

TRAPPED : "The Runic Forest" (2013)Where stories live. Discover now