CHAPTER 22 : RISE OF THE CRUELEST

3.2K 306 31
                                    

Brilliant



Hari ini gue berasa lebih keren dari superheroes mana pun. Serius deh, dengan bodi gue yang mirip roti sobek begini dan muka oke di atas standar, gue beraksi layaknya agen rahasia yang diutus untuk membekuk penjahat tingkat dunia. Aduh, duh, gue bener-bener kepingin tulis di bio Instagram gue, semacam Secret Agent atau apalah biar kelihatan lebih keren.

Bersama Keith dan Yosua gue mencari Olive, cewek sialan yang ternyata adalah psikopat itu. Si rambut merah yang kalau ke sekolah selalu pakai wig aneh guna menutupi rambutnya yang merah merona seperti bunga mawar. Gue akui, gue pernah kepincut sama si licik itu. Tenang saja, gue menyesal setengah mati kok. Jangan menghina gue dulu, namanya manusia yang bisa polos dan salah sangka, gue pikir dia manusia baik-baik, tapi rupanya dia iblis bermuka seribu yang udah seperti utusan neraka saja.

Sekarang gue harus bantu sepupu gue, Ricco, yang nyawanya diujung tanduk. Apalagi temannya, Sierra, cewek cantik berhati malaikat, hilang diambil pacar baru Olive, si Alan. Dasar Bicara soal si bajingan Alan, gue jadi tergoda untuk mencabik-cabik wajahnya hingga habis tidak berbentuk. Ingat-ingat Miranda, mantan cewek gue yang nyaris ditiduri olehnya tambah bikin gue kesal banget. 

Asli, saking jengkelnya wajah gue sampai memerah emosi.

"Bro, kita harus nyari Olive di mana?" tanya Keith sambil menyingkirkan kardus-kardus yang menghalangi pandangan kami.

Sementara Ricco dan teman-temannya berada di sekolah mereka, aku dan Keith dan Yosua memutuskan untuk mencari Olive di sekitar rumah Alan. Niat awal gue sih pingin nyari remote yang ada di Alan itu, tapi Olive dan Gavin masih keluyuran di sekitar sini, jadi gue harus menghajar dua orang itu.

Gue, Keith, dan Yosua sudah berputar-putar di sekitar rumah ini namun dua bocah itu tidak ketemu. Sori ya, walaupun mereka psikopat tingkat dunia, gue juga lebih pintar dari mereka. Setidaknya karena otak gue lebih normal daripada mereka yang terlalu gila sampai otak mereka busuk semua. Gue yakin Olive dan Gavin pasti ada di sini. Pesta masih berlangsung, jadi mereka tidak mungkin berkeliaran di sana. Pasti mereka ada di sisi lain dari rumah ini.

"Kita pencar aja, gimana bro?" usul Yos yang mulai bosan karena tidak menemukan apapun.

Yep, rasanya lebih baik berpencar karena kemungkinan kita menemukan mereka berdua lebih besar daripada langsung nyari bertiga.

"Iya, kita udah muter-muter dan nggak nemuin mereka," sahut Keith.

"Mereka ada di sini kan, bro?" tanya Yosua pada gue.

Gue mengangguk mantap.

"Mereka nggak akan ke mana-mana. Mereka pintar secara strategi, tapi nggak pintar secara logika. Gue nggak tahu apa dua hal itu berhubungan, pokoknya, mereka bakal terpukul mundur."

"Sadis amat, bro," kata Yosua si wajah Josh Hutcherson sambil menoleh pada gue.

"Lo sama Keith nyari Gavin, gue yang handle si ular Olive," kata gue sambil langsung memisahkan diri dari mereka.

Gue tidak bakal banyak omong. Mereka cukup pintar walaupun terkadang juga rada-rada bego begitu. Sebenarnya, lokasi ini sempat mati lampu begitu walau itu hanya berlangsun cepat banget, sekitar satu menitan. Saat itu, gue benar-benar tidak bisa bergerak karena terkurung total di ruangan yang gelap. Tapi begitu lampu menyala, gue buru-buru cari itu anak dua dengan memboyong dua teman gue sementara temen-temen Ricco dan dia sendiri mengejar perginya Alan. Gue cukup yakin sih kalau mereka tidak bakal bareng, karena tampaknya mereka bodoh banget kalau bawa kabur anak orang bareng-bareng. Kalau ketahuan, sumpah deh, mereka bakal skakmat dan tidak bisa berkutik.

TFV Tetralogy [2] : Paranoid (2013)Där berättelser lever. Upptäck nu