CHAPTER 18: DISASTER-DAY PARTY

3.2K 289 4
                                    

Ricco Theodore

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ricco Theodore



Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Kupikir anak-anak bakal bersemangat karena kami berpotensi membuka kejahatan seseorang yang sudah mencapai level sadis, tapi bahkan hingga setengah jam sebelum acara saja, beberapa dari kami masih kewalahan dengan kostum. Yang satu bingung bagaimana caranya menggunakan dasi, sisanya lagi mengalami insiden kecil seperti celana yang basah. 

"Lo di mana sih! Gue udah di depan rumah lo, nih! Buruan keluar, celana gue basah! Gue mau pinjem celana! Perut lo kagak buncit, kan? Berarti gue bisa muat pakai celana lo!" teriak Bri dari telepon. 

Aku ngakak-ngakak mendengar celotehannya yang tidak habis-habis itu. Daritadi dia meneleponku dan berharap aku akan membukakan pintu untuknya, walaupun dia tahu aku ini orangnya lemot banget kalau harus membuka pintu atau bahkan sekedar mengangkat telepon. 

Kebetulan, aku dan Bri bakal pergi bareng dengan dua temannya yang lain, Yosua dan Keith, dua bocah yang sebenarnya lebih mirip anak kembar daripada teman baik. 

"Bro, kasian nih si Bri. Bukain gih," kata Yosua, salah satu teman Brilliant yang punya wajah mirip Josh Hutcherson, rada imut-imut gitu bagi cewek walaupun menurutku dia belum pantas disebut sebagai pria dewasa yang jantan dan gagah berani.

"Celananya basah daritadi, bisa-bisa nembus sampe dalemannya kalo nggak buruan dibukain, Ric," sahut Keith. 

Yang ini wajahnya lebih oriental, dan lebih oke daripada si Yosua. Karena kasihan dan tidak ingin Bri semakin memaki-makiku atau bahkan membuat kami semua terlambat, akhirnya aku turun ke bawah dan membukakan pintu untuk mereka. Setelah berada di kamarku lagi, Bri langsung membongkar-bongkar lemariku. 

Sepertinya dia mencari celana yang cocok untuk kemejanya yang dia bilang baru dia beli di Zara dan ada belasan warna. Dia memang hobi koleksi kemeja, katanya sih setiap acara kita harus memakai kemeja dengan warna atau motif berbeda, biar kelihatan berduit dikit begitu. Maklum, terkadang dia rada matre. 

"Gimana ceritanya sih bisa sampai basah? Ngapain aja lo?" tanyaku pada Bri.

 Teman-temannya duduk di kursi raksasaku sambil menunggu sohibnya yang berbadan kekar ini berganti celana.

"Tadi ada ibu-ibu nyiram bunga, terus kaget pas ngeliat gue, ya gue kena siram, untung kagak gue hajar itu ibu-ibu," sahutnya sembari membuka resleting.

"Lo juga sih, punya badan segede Hulk begitu, lo tau kan, kemungkinan laki-laki berbadan besar dapet cewek cantik dan manis itu kecil dan langka banget," sindirku sambil menahan tawa.

"Lo pikir nggak susah bikin badan sampai kayak gini?! Ini butuh perjuangan kali! Dan kalau gue jalan semua cewek juga pada ngeliatin gue, kok!" Aku tertawa, begitu pula dengan Yosua dan Keith.

"Ya udah, buruan ganti sana, udah jam lima nih. Setengah jam lagi acara mulai," kataku menyuruhnya cepat.

 Setelah berganti celana, kami semua naik mobilku dan pergi ke rumah Alan yang untungnya tidak terlalu jauh, hanya berjarak sekitar 10 menit dari rumahku. 

TFV Tetralogy [2] : Paranoid (2013)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang