DEMESNE VIII : GLIMPSE

5.2K 458 6
                                    


Glimpse

/glimps/

See or perceive briefly or partially.

Chloris duduk di sebelahku sambil menyodorkan segelas cokelat panas. Aku meminumnya seteguk demi seteguk sambil mendengar sahabatku itu menuturkan opini rakusnya.

"Psikopat tak tahu diri. Apa dia tak bisa pikir lebih panjang kalau kondisi psikis seseorang dapat terganggu dengan tingkah mereka?"

Yang dimaksud Chloe tentu saja Alan Matahari dan seorang cewek yang kami temukan di sebuah kamar di lantai atas rumah Natasha. Keadaan kedua manusia itu benar-benar mengenaskan, bahkan salah satunya dikabarkan meninggal.

Hanya ada satu pertanyaan yang berputar di kepalaku saat ini, siapa orang tidak sadar diri yang berani-beraninya melakukan perbuatan itu pada dua orang innocent?

Tentu saja kejadian itu sudah direncanakan dengan matang, karena kalau tidak kami pasti menemukan beberapa barang bukti yang terdapat di sana. Masalahnya, si Alan sudah berada di bawah sana, kemungkinan cukup lama sebelum pesta dimulai, jadi jelas sekali kalau si pelaku tidak tahu diri ini telah mempersiapkan semuanya, dan dia hanya tinggal menunggu waktu sampai semua orang heboh dan boom, pesta kembang api yang meriah meledak.

"Keadaan mentalmu terganggu?" tanyaku pada Chloe.

Cewek itu menggeleng tegas. "Kau kira aku gila mendadak? Enak saja. Aku 'kan peduli dengan kondisi orang lain di luar sana. Ada yang langsung muntah-muntah begitu melihat darah berliter-liter Alan."

Aku berusaha menahan gejolak di perutku agar tidak ikut keluar, sambil menjejalinya dengan cokelat panas.

"Si pelaku pasti sudah merencanakan semuanya dengan matang, Al, aku yakin itu. Buktinya dia bahkan sempat mengikat si cewek malang di kursi dan pakai acara mematikan lampu segala. Kita juga tak menemukan barang-barang bukti selain lipstik yang kau temui di meja rias itu."

"Kau tak menemukan sesuatu di lokasi kejadiannya Alan? Atau Xander?"

Chloe menggeleng. "No, Xander yang matanya tak dapat diandalkan itu mana mungkin kelihatan barang-barang yang kecil? Ada orang yang kamu curigai, barangkali?"

Aku berpikir sejenak. Selama aku bersekolah di Visual Angkasa, aku jarang banget curiga dengan orang. Tapi, kalau disuruh menyebutkan beberapa nama, aku bisa menyebutkan empat sampai lima nama orang-orang dengan kelakuan paling mencurigakan, yang berpeluang besar untuk menyerang Alan dan si cewek malang. Tapi, aku memutuskan untuk menyimpan saja itu, daripada aku umbar-umbar lalu aku dan Chloe berasumsi buruk terhadap nama-nama terdakwa, dan ketika diperiksa rupanya mereka tidak bersalah. Aku bisa meninggal atas rasa malu.

"Sejauh ini tak ada. Semua orang di pesta kayaknya menikmati pestanya, tak ada yang kelihatan muram dan kepingin menggorok orang. Mungkin ini orang dari luar pesta yang nekat datang padahal tam diundang? Saat kita masuk 'kan tak ada yang memeriksa undangan kita," usulku memberi pendapat.

Chloe mengangguk-angguk. "Berarti, kemungkinan orang dari luar yang nekat masuk? Tapi bisa jadi orang yang diundang ke pesta. Mungkin saja saat kita lagi pada panik kayak orang sinting, orang itu ikut panik. Alibi sekarang sudah bervariasi, Al, dan para psikolog suka kesulitan membaca orang. Terutama psikopat."

"Ada benarnya. Tapi, aku mencurigai beberapa hal juga. Kayak tulisan "G U L A" yang ditulis di jidat Alan. Apa maksudnya itu? Mana mungkin si pelaku ini bercanda saja menulis begitu? Untuk bikin sensasi? Pasti ada maksudnya, 'kan?"

"Terus, seluruh tubuhnya Alan dipenuhi makanan, saus-saus, jijik lah pokoknya! Belum lagi si cewek malang itu dicabik-cabik bajunya, dan oke ... hampir seperti orang tak pakai baju. Seperi orang habis di..."

TPE : Seven Rivalry (2014)Where stories live. Discover now