CHAPTER 17: TEAMS BEGAN TO SUSPECT

4K 314 7
                                    

Callensy Reece

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Callensy Reece


"Sierr! Lama banget sih? Kamu habis mengemban misi ke Gunung Tibet atau apa'an toh?" 

Dia tertawa lalu memegang rambutku yang memang tampak sedikit berkilau.

"Aku ngurus rambut nih, Len. Rambutmu habis di creambath?" tanyanya sambil tersenyum manis. "Warnanya jadi tambah merah aja. Nggak takut disuruh ngitemin di sekolah?"

Aku memegang rambutku yang memang tampak halus. "Nggak tuh, kelihatan kayak di creambath ya?" kataku agak pede. "Halah, Maria yang rambutnya agak ungu-ungu aja nggak kena masalah, tuh?  Apalagi cuma merah begini, nggak ada apa-apanya mah!"

Dan memang betul. Angkatan atasku yang kebanyakan terdiri dari siswa-siswa yang dandanannya Korea banget saja tidak kena masalah saat rambut mereka berwarna cokelat mulai dari yang warnanya terang sampai gelap, bahkan yang pirang aja ada (tapi disuruh si Pak Seram pakai penutup kepala sih, jadilah itu anak menutup kepalanya dengan beanie agar rambut kuning kinclongnya tak terlihat). 

Dia hanya tertawa dan akhirnya kita mulai jalan-jalan. Seperti biasa, mall selalu ramai saat hari Sabtu. Banyak cowok ganteng berseliweran, membuat pemandangan kami segar luar biasa, tapi tetap saja hatiku setia untuk Ricco. Memang sih, ada yang modelnya sudah kayak Tyler Posey saja, tapi aku kan bukan tipe cewek yang mudah kepincut sana sini. Di sebelahku, si Sierra menarik perhatian banyak orang dengan outfit seperti itu. Banyak cowok yang noleh ke dia setiap dia lewat. Tidak salah sih, dia masih single, walaupun hubungannya dengan Ethan sedang panas sekarang, sedangkan aku sudah punya pacar. Kalau ada cowok yang mau kenalan sama dia, dia berhak menjawab mereka.

"Len, kita duduk yuk, aku laper nih."

Akhirnya aku dan Sierra memutuskan untuk makan sushi di salah satu restoran sushi terkenal langgananku di mall ini. Setelah memesan makanan, kami akhirnya ngobrol.

"Udah lama kita nggak ngobrol gini, Sier."

"Iya, Len. Aku jadi kangen sama kamu, kamu sih sibuk sama Ricco terus."

"Kalau aku culik kamu buat jalan, kira-kira aku bakal dipenggal Samuel nggak ya? Dia kan jutek banget kalau sama orang luar," ujarku menyinggungku kakak laki-laki Sierra yang protektif luar biasa dengan adiknya.

Dia memutar bola matanya. "Aku capek ah, Sam perhatiannya berlebihan gitu sama aku, aku juga pingin bebas sesekali. Jadi, kalau kamu ngajak, aku kan jadi ada alasan. Sam pasti ngizinin banget kalau kamu yang ngajak. Yah, walau kadang dia annoying banget sih," jelasnya jujur.

Maklum, sebagai satu-satunya anak perempuan dan satu-satunya hawa di keluarga itu, mereka jadi suka panik kalau Sierra kabur atau pergi entah ke mana. Karenanya si ayah selalu mengutus Sam untuk mengawasi jam pergi Sierra. Seringkali dia bete dengan perlakuan Sam yang sebenarnya menurutku tidak masalah itu, karena dia itu enak banget bisa punya saudara. Lain denganku yang sendirian. Untung saja ada Ricco dan dia, kalau tidak, aku benar-benar tidak tahu pelarianku bakal ke mana.

TFV Tetralogy [2] : Paranoid (2013)Where stories live. Discover now