Love from A Strange Boy

112 3 1
                                    

Di dunia ini, ada beragam jenis cinta.

Cinta tulus, cinta suci, cinta sejati, bahkan cinta buta.

Ialah mereka yang terlalu mencinta, hingga buta hati dan logika.

Sekarat karena mendamba.

Sakit karena mencinta.

Meski begitu, mereka tetap memaksa.

Walau cinta berbalik menyakitinya.

.

.

.

.

"SAKIT"

An original fiction, created by hus and yun, on 2017

..................

Faiz adalah seorang dokter muda—umurnya masih dua puluh dua, tapi tingkah dan tutur katanya persis seperti pria dewasa.

Tampan, mapan, muda dan dewasa. Ditambah tinggi badannya yang menjulang, kira-kira sekitar 180 senti. Refanaldo Faiz Ananda—lengkapnya—ibarat paket lengkap. Calon suami idaman yang menjadi magnetnya para kaum hawa. Namun, dengan kesantunan yang luar biasa, Faiz berhasil menolak setiap wanita yang datang kepadanya. Mereka datang lalu pergi dengan rapi tanpa sedikitpun merasa sakit hati. Entah bagaimana caranya, Faiz seolah punya keahlian dalam mengolah dan memanipulasi kata.

Empat tahun menempuh pendidikan pre-klinik, ditambah sekarang menjalani masa klinik atau koas selama satu setengah tahun. Selama itu pula Faiz bertahan untuk sendiri. Bukannya dia tak suka wanita, dia cukup religius dan tentu saja orientasinya lurus. Hanya saja, selama itu pula, tidak ada wanita yang berhasil menggugahnya selain dia.

Ya, dia.

Hanya dia satu-satunya.

Setidaknya sekarang, Faiz fokus untuk menyelesaikan masa kliniknya, sambil berusaha mengejar dia—wanita yang berhasil menggugahnya.

Secara diam-diam tentu saja.

Bahkan senin pagi yang biasanya terasa menyebalkan, jadi memercikkan api semangat baru bagi Faiz yang menunggu kembalinya wanita itu. Tak bisa dipungkiri ia bahagia sekali. Setiap gerakan tubuhnya seolah meneriakkan perasaan suka cita.

Parasnya yang rupawan, terus membagikan senyuman hangat dan sapaan ramah pada siapa saja yang ia temui di bangsal yang ia kunjungi. Baik tua, muda atau remaja. Tidak terkecuali perawat, pasien bahkan sesama dokter lainnya. Sepanjang ia melaksanakan 'tugas jaga', belah bibirnya terus menyunggingkan lengkungan sempurna. Tangannya bekerja dengan telaten, memeriksa setiap pasien sembari meninggalkan beberapa patah kata. Seperti; jangan melewatkan obat, semoga cepat sembuh, bahkan ucapan sepele seperti tetap semangat saat ia mengunjungi kamar milik seorang pasien anak pejuang kanker paru yang dideritanya.

Selepas dari bangsal anak, Faiz pindah ke bangsal penyakit dalam. Mengunjungi kamar nomor dua puluh satu milik Nenek Santi. Nenek Santi itu semacam pasien tetap di rumah sakit ini. Walaupun secara kasat mata kondisinya tampak baik-baik saja, namun penyakit yang dideritanya merupakan ancaman serius. Terlebih di usianya yang sekarang sudah masuk usia senja.

Faiz melepas stetoskop dari telinga, lalu tersenyum cerah pada pasien nenek paruh baya yang baru saja ia periksa.

"Syukurlah, semuanya normal, Nek. Sepertinya doa nenek supaya bisa pulang hari ini terkabul."

Sang nenek ikut tersenyum cerah. Dengan halus membelai lengan jas dokter Faiz. Wajahnya yang dipenuhi kerutan usia tampak teduh dan bahagia.

"Cucuku pasti senang kalau dia melihatku pulang di hari ulang tahunnya. Terima kasih, Nak Faiz."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 04, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SakitWhere stories live. Discover now