Deby Sang Pemberani

36 4 2
                                    

Pada suatu hari, hiduplah seekor Domba kecil yang sedang duduk termenung di sudut hamparan padang ilalang. Ia sedang menangis tersedu dan menahan lapar yang amat sangat.

"Hixs hixs hixs ..." Ia terus menangis sambil memegang perutnya yang keroncongan.

"Krusuk krusuk ..." tiba-tiba ia mendengar suara dari balik ilalang itu. ia pun beranjak dan bergegas untuk melihatnya. Dengan perlahan ia melangkah dan membuka ilalang yang lebat itu.

"Tolong ... tolong saya." Terlihat seekor Rusa yang sangat mungil berjalan sempoyongan. Kemudian si Domba kecil pun menghampirinya dengan penuh ketakutan. Namun rasa ibanya terus mendorong si Domba untuk menolongnya.

"Wahai Rusa mungil, mengapa kamu seperti ini?" Si Domba bertanya pada sang Rusa sambil membantunya untuk berjalan.

"Ke-lu-argaku di-serang bina-tang buas disana. Ibu dan ayah menyu-ruhku untuk berlari dan per-gi sejauh mungkin." Jawab sang Rusa mungil itu dengan nafas yang terputus-putus.

"Mengapa masih ada binatang yang jahat disana?" Si Domba mungil pun bertanya kembali dengan penuh keheranan.

"Entahlah, aku juga tidak tahu. Ibu dan ayah tak pernah bilang bahwa paman serigala itu jahat. Tapi kejadian tadi malam membuat aku tahu, karna aku melihatnya sendiri si paman menyerang beberapa tetanggaku." Sang Rusa menjelaskan kejadiannya pada si Domba.

"Nama kamu siapa, wahai Rusa?'' Si Domba memulai perkenalan.

"Aku Ruby, Domba," jawab sang Rusa.

"Waaaaaah keren ... Namaku Deby. Nama kita hampir mirip ya?!" Ujar si Domba dengan penuh kegembiraan.

Kemudian mereka berdua pun beristirahat di tempat biasa si Domba. Di bawah pohon beringin yang sangat rindang nan teduh. Mereka berbincang-bincang dan bertukar cerita dengan asyik. Tanpa mereka sadari hari pun mulai sore dan matahari sudah beranjak untuk pergi menemui sang malam.

"Wahai domba. Betapa indahnya suasana malam di luar. Sebelumnya aku tidak pernah melihat bintang-bintang berkelip dan bertebaran dilangit," ucap sang Rusa mungil sangat kagum dengan keindahan malam itu.

"Aku juga baru tahu beberapa hari ini, wahai Rusa," jawab si Domba

"Mengapa kamu hidup sendiri disini, Domba? Apakah kamu tidak memiliki keluarga?"

"Aku kesal dengan ibu dan ayah yang selalu melarangku untuk bermain. Padahal aku tidak pernah malu meskipun tubuhku tidak memiliki bulu sebagai baju."

"Jadi kamu melarikan diri dari orang tua kamu, Deby?" Tanya Ruby tak menyangka. Deby hanya mengangguk dan masih memandang bintang yang bertebaran di langit malam.

"Syiuuuuuuuuuuuut ...." Tiba-tiba ada bintang jatuh.

"Hoeeeeeeeeee ...." Deby dan Ruby bersorak gembira. Kemudian mereka saling memandang, dan tersenyum.

"Ayo berdo'a, Ruby." Ajak Deby. Kemudian mereka dengan sangat khusyu mengungkapkan keinginan mereka. Berharap bintang yang jatuh memang benar-benar membawa keberuntungan bagi mereka.

Malam pun semakin larut. Mereka terlelap di hamparan luas, berselimut harapan, berteman dinginnya angin yang begitu menusuk persendian.

~ @ ~ @ ~ @ ~

Pagi itu, matahari bersinar tampak lebih indah dari semelumnya. Sinarnya menghangatkan tubuh Deby dan Ruby. Mereka terbangun dari mimpinya yang panjang.

"Krucuk krucuk ...." perut Deby berbunyi.

"Aku lapar, Ruby" Ucap Deby lirih.

"Coba bunyikan sekali lagi, Deby. Aku ingin mendengar nyanyian perut kamu yang sedang kelaparan. Hi hi hi ...." Goda Ruby sambil menempelkan telinganya ke perut Deby.

"Sudah tiga hari aku tidak menikmati lezatnya rumput, Ruby. Sungguh, Aku lapar." Ucap Deby dengan wajah yang sangat memelas.

"O iya, Deby. Aku teringat sesuatu. Ibuku dulu pernah berkata. Disebelah barat sana, terdapat padang rumput yang saaaangat luas dan hijau. Tapi aku tidak tahu itu cuma sekedar dongeng ataukah memang benar adanya."

"Bagaimana kalau kita coba kesana saja, Ruby," sahutDeby dengan semangat.

"Tapi aku takut. Di sekitar sana banyak serigala yang berkeliaran. Perjalanannya pun akan memerlukan waktu yang banyak."

"Tenang, Ruby. Kita menyamar saja, biar paman serigala dan teman-temannya tidak mengenali kita."

"Iya, aku setuju dengan pendapatmu. Tapi harus seperti apa kitaubah penampilannya?" Ucap Ruby mulai kebingungan.

"Ahaaaaa ... Aku punya ide buat kamu, Ruby." Deby berlari mengambil ranting pohon yang bertebaran di tanah. Deby memilih ranting pohon yang lekuknya sangat cantik dan mengambilnya. Kemudian ia kembali berlari menghampiri Ruby.

"Ruby, ini cocok untuk kamu kenakan di kepala sebagai bandu. Kamu pasti akan terlihat sangat cantik dan gagah," ujar Deby sambil meberikan ranting itu kepada Ruby. Lalu Ruby pun mencari cara untuk menempelkan ranting itu di kepalanya. Ia berjalan bersama Deby, menyusuri hutan mencari pepohonan yang memiliki getah. Akhirnya mereka pun menemukannya.

Kini Ruby si Rusa mungil itu sudah memiliki bandu cantik yang menempel di kepalanya. mereka kembali ke padang ilalang dan bermain disana. Tanpa disadari, ada sebagian bulu-bulu ilalang yang menempel di badan Deby yang terkena getah tadi. Ruby tertawa geli melihat penampilan Deby seperti itu, dengan bulu yang menempel di bagian kanan punggungnya saja.

"Hihihi ... Deby lucu sekali," ucap Ruby sambil tertawa.

"Mengapa kamu menertawakanku, Ruby?" Tukas Deby

"Ada bulu yang menempel di bagian punggung kanan kamu, Deby." Ruby menjelaskan. Deby pun merabanya, dan ternyata benar. Ada beberapa bulu yang menempel si bagian tubuh di punggung sebelah kanannya.

Deby tersenyum dan berlari ke hutan tempat tadi mereka mencari getah.

"Ayo, Ruby. Bantu aku membalutkan getah ini di sekujur tubuhku" Ucap Deby. Ruby pun mengikuti apa yang telah diperintahkan oleh Ruby. Setelah tubuhnya sempurna terbalut getah, ia kembali berguling-guling di padang ilalang. Hingga kini tubuhnya telah indah terbungkus bulu yang putih kekuning-kuningan.

"Sempurnaaaaaaaaa ...." Ruby bersorak takjub melihat Deby.

~ @ ~ @ ~ @ ~

Deby dan Ruby memutuskan untuk pergi ke padang rumput di sebelah barat itu. Mereka dengan penuh semangat dan kegembiraan menyusuri hutan. Ditengah perjalanan di hutan belantara, mereka menemukan paman serigala yang sedang kesakitan karena tertimpa pohon yang tumbang dan lumayan besar. Paman serigala itu merengek kesakitan meminta tolong. Ruby yang melihat peristiwa itu sangat kebingungan, karna ia takut dilukai paman serigala. Namun Deby terus meyakinkan Ruby, bahwa paman serigala sangat membutuhkan pertolongan mereka.

"Permisi paman, sepertinya paman membutuhkan bantuan kami?" Dengan beraninya Deby menghampiri paman serigala dan berucap seperti itu. Paman serigala hanya dapat menjawab dengan kedipan mata yang sangat layu karna lelah menahan sakit.

"Tapi sebelumnya aku ingin mengajukan permohonan kepada paman, untuk tidak mengganggu dan melukai teman kami sang Rusa," ujar Deby. Paman serigala mengangguk dan meneteskan air matanya. Kemudian dengan sigap Deby dan Ruby menganggkat pohon itu dengan bandu yang mereka kenakan. Terbebaslah si paman serigala itu dari kesakitan.

"Terimakasih anak-anakku yang baik," ucap paman serigala dengan nada yang parau.

"Aku bahkan akan berjanji untuk selalu melindungi kalian dan semua binatang yang ada di hutan ini,"ujarnya dengan penuh penyesalan.

Akhirnya merekapun berdamai. Si paman serigala mengantarkan Ruby ke orang tuanya dengan membawakan ranting-ranting pohon dan getah untuk dikenakan di kepala mereka sebagai ucapan perminta maafannya, dan mengajak orang tua Deby untuk tinggal samping padang ilalang.

Terciptalah kerukunan di hutan itu, tak ada lagi permusuhan, tak ada lagi yang tersakiti, semua sudah aman dan tentram, karna kepemimpinan sang paman serigala. Persahabatan Deby dan Ruby semakin erat dan harmonis, mewarnai keindahan hutan dan segala apa yang ada di dalamnya.

~ Selesai ~


Deby Sang PemberaniWhere stories live. Discover now