CHAPTER 14: STARTED TO SMASH

3.9K 326 8
                                    

Javier Liem

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Javier Liem



Sudah sepuluh menit lebih aku menahan agar tidak ngompol dan bikin malu diri sendiri juga mama papa dan sekolah, tapi toilet di tempat ini benar-benar sulit ditemukan.

Kupikir penjelasan si manajer tadi di pembukaan sudah cukup, tapi aku tidak memperhatikan dan malah sibuk bermain. Lagipula, aku tadi lebih fokus mengamati suasana pabrik. Menurut si Ricco, dia kudu mengawasi apa pun yang bakal terjadi karena makin hari si Alan makin mencurigakan saja tingkahnya. Kalaupun ada sesuatu yang kemungkinan terjadi, tempat ini adalah tempat yang paling ideal. Namun sekarang aku harus menanggung semuanya. Tapi aku tidak bisa begini terus! Ini panggilan alam dobel! 

Aku langsung melesat ke kamar mandi tanpa banyak bacot. Lantai dua cukup ramai. Banyak pekerja pabrik yang mondar-mandir. Ada yang membawa sekantong bahan baku pembuatan es krim jenis ini, ada yang membawa gula dengan berbagai macam jenis itu, sepertinya untuk diuji, banyak kegiatan yang tidak aku mengerti di sini.

Kuputuskan untuk bertanya pada salah satu pekerja dimana toiletnya, dan beliau menunjuk ke ujung koridor, sebelah kanan di dekat tangga.

Aku langsung ke sana dan... FUAAAH, lega banget setelah mengeluarkan semuanya. Setelah empat jam lebih aku menunggu untuk buang air, akhirnya kesampaian juga.

Saat aku sedang mencuci muka, perasaanku yang rada kuat benar-benar merasa seperti ada yang mematikan lampu kamar mandi. Aku menoleh ke belakangku, saklarnya masih menyala.

Damn, kenapa tiba-tiba mati sendiri? Dengan pelan dan tetap waspada, aku tetap mencuci mukaku, berusaha tidak memikirka hal-hal yang berbau negatif. Tapi kalau dipikir-pikir, masa iya ada orang yang mau mengintipku? Ah, itu terlalu jauh dan tidak mungkin, jadi aku cepat-cepat mencuci tangan dan kemudian setelah selesai, aku membetulkan seragamku.

 Aku masih berpikir, apa benar lampunya mati sendiri? Atau ada yang mematikan?

Aku memutuskan untuk keluar dan melihat apa yang terjadi, barangkali memang listriknya sedang konslet. Ternyata tidak. Di luar juga agak gelap. Sepertinya satu pabrik memang sedang mati lampu. Beberapa pegawai keluar masuk ruangan dan berbicara satu sama lain lalu masuk kembali ke ruangan mereka. Ada yang turun ke bawah dan naik ke atas untuk memberitahu yang lain. Aku memutuskan untuk kembali ke anak-anak, barangkali aku ketinggalan berita.

Aku turun dengan cepat ke bawah, menemui Ethan dan Sierra yang mengamati sesuatu.

"Ada apa ini?" tanyaku langsung, membuat mereka menoleh padaku dan mengabaikanku begitu saja. 

Oke, aku rada merasa dikucilkan, tapi tetap memasang wajah badak dan ikut memperhatikan apa yang menarik perhatian mereka.

"Apa masih lama kita harus menunggu? Cepat panggil ambulans! Anak ini sekarat!" 

Itu suara sang manajer yang sedari tadi berbicara tidak berhenti satu detik pun dan selalu menyebut kata Oke di setiap kalimatnya, membuatnya rada-rada frik begitu. Tapi bukan itu yang menarik, melainkan seorang siswa kelas 10 yang terbujur kaku dengan mulut mengeluarkan busa, seperti diracuni.

TFV Tetralogy [2] : Paranoid (2013)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang