CHAPTER 9: HESITANT

4.7K 335 21
                                    

Callensy Reece

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Callensy Reece

 Aku panik berat saat memberitahu Sierra tentang tulisan yang aku temukan lagi di buku paket sosiologinya Javier. Kemarin saat pelajaran, tiba-tiba Javier datang padaku dan memberitahukan soal tulisan Aku Callen yang lagi naik daun itu. Sudah beberapa hari terakhir aku mendapati tulisan itu dimana-mana, aku tidak tahu pasti kenapa orang iseng itu hrus menulis Aku Callen, maksudku, apa tidak ada yang lain, sesuatu yang lebih bagus seperti Callen Kamu Cantik Sekali atau Aku Fans Beratmu ? Pantas saja buku Javier itu hilang, berarti ada orang iseng yang sengaja mengambilnya untuk dipakai menerorku. Yang aku tidak habis pikir cuma satu, kenapa orang itu begitu iseng sampai menulisi bukuku sendiri dan buku orang-orang dengan tulisan Aku Callen? Keisengannya sudah level mana sih?

"Di kelas nggak ada CCTV, ya?" tanya Sierra polos.

Ah, benar juga, kenapa tidak terpikir olehku? Seharusnya aku langsung saja memeriksa CCTV. Kenapa aku bodoh banget tidak kepikiran sampai situ?

"Ada sih, tapi apa boleh kita ngeliat dengan langsung gitu? Maksudnya, pasti kita dilarang."

"Kalau kamu jelaskan ketakutanmu dan masalah ini, mungkin guru-guru mau mengizinkan. Ini kan menyangkut kesejahteraan murid juga." Sierra menyahut sambil memainkan rambutnya.

"Kalau nggak mau? Kita harus nyari tahu gitu?"

"Jelas dong, kalau kamu merasa terganggu, kamu kudu cari tahu, tapi kalau nggak ya sudah diam saja dan biarkan orang itu bosan sendiri. Lagipula, kamu harus anggap seperti kamu nggak terganggu dengan ini, Len. Kalau kamu menanggapi, orang tuh pasti bakal gencar mengerjai kamu terus-terusan."

"Asal kamu tahu, Sayang, aku amat sangat terganggu dengan hal itu. Di sisi lain aku kepingin mencari tahu tapi ya, dipikir-pikir aku kurang kerjaan banget kalau harus mencari tahu hal yang sebenarnya tidak terlalu penting," kataku sambil memikirkan kata-kataku sendiri. "Benar nggak sih?"

"Benar, kalau begitu, tunggu saja sampai dia melakukannya lagi dan kita akan cari tahu," katanya singkat. 

Dia menggerak-gerakkan tangannya ke depan dan belakang seperti gerakan mengipas,  kode yang biasa dia lakukan kalau sedang gugup. Setelah ini dia akan melakukan kampanye pemilihan ketua OSIS. Pasti dia gugup berat karena harus berbicara di depan orang banyak.

Kalau aku sih, sangat tidak mungkin gugup. Malah ini kesempatanku untuk mengobrak-abrik sekolah. Aku pasti akan membuat acara-acara seru yang pastinya diidam-idamkan semua murid di seluruh dunia. Misalnya aja, libur selama lima hari dalam seminggu, pulang jam sepuluh pagi setiap minggu ke dua dan tiga, makan di kelas kapanpun, boleh masuk kelas kapanpun, terlambat disuruh pulang saja, di skors selama-lamanya, nilai minimal 20, dan masih banyak kegiatan lain yang akan aku tanamkan di sekolah ini.

Aku bukannya cewek bejat yang hobi memberontak, tapi terkadang peraturan yang ditanamkan di negara-negara tertentu agak menyiksa. Aku cukup senang dengan sistem pendidikan negara ini dan kupikir tidak terlalu bermasalah, selain kalau kami harus mempelajari hampir seluruh jenis mata pelajaran demi mendapatkan nilai bagus dan lulus ujian nasional nantinya.

TFV Tetralogy [2] : Paranoid (2013)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang