Ketika Cinta Bertasbih 1
Habiburahman El Shirazy
3
BIDADARI
DARI DAARUL QURAN
Azzam bangun sepuluh menit sebelum azan Subuh berkumandang. Ia
masih punya kesempatan buang hajat dan sikat gigi. Dan setelah itu ia
mengambil air wudhu. Ia teringan belum shalat Witir. Ia sempatkan untuk Witir
tida rakaat. Selesai shalat ia sempatkan untuk menyebut-nyebut ibu dan adik-
adiknya dalam munajat.
Azan Shubuh berkumandang. Ia bangkit membuka gorden kamarnya. Jalan
utama kota Alexandria masih lengang. Hanya satu dua mobil yang berjalan.
Kabut tipis tampak rata menyelimuti gedung-gedung. Kaca jendela sedikit
mengembun. Udara diluar berarti dingin. Alexandria memang sedang memasuki
peralihan musim. Peralihan dari musim dingin ke musim semi. Sisa-sisa musim
dingin masih terasa. Saat subuh tiba udara masih menyengat hawa dinginnya.
Dalam kondisi seperti itu melingkarkan tubuh di tempat tidur dengan
kehangatan selimut tebal terasa sangat nyaman. Lebih nyaman daripada bangkit
menuju masjid.
Hayya 'alash shalaah.
Hayya 'alash shalaah.
Hayya 'alal falaah.
Hayya 'alal falaah.
Ash shalaatu khairun minan nauum.
Ash shataatu khairun minan nauum. Ketika Cinta Bertasbih 1
Habiburahman El Shirazy
Suara azan menggema, memantul dari gedung ke gedung. Menyusup masuk ke
rumah-rumah menggugah jiwa jiwa yang lelap. Suara itu nyaring bagaai burung\
camar, terbang ke tengah laut. Dan mencumbui laut dengan mesra. Shalat itu
lebih baik dan tidur. Shalat itu lebih baik dari tidur.
Allahu akbar
Allahu akbar.
Laa ilaaha illallah.
Suara suci itu bergerak dengan lembut dan cepat. Menyapa alam.
Menyapa pasir-pasir di pantai. Menyapa kerikil-kerikil. Menyapa aspal. Menyapa
pohon-pohon kurma. Menyapa embun-embun. Menyapa ombak yang berdesir.
Menyapa gelombang yang naik turun. Menyapa kabut yang lembut. Menyapa
udara. Menyapa, alam semesta. Menyapa apa saja. Semuanya menjawab.
Semuanya shalat. Semuanya menyucikan dan mengagungkan asma Allah.
Semuanya bertakbir kecuali yang tetap tidur.
Seolah mengiringi takbir alam di pagi itu, bibir Azzam bergetar mengucap
takbir menjawab azan. Dengan tenang ia melangkahkan kedua kakinya
meninggalkan hotel yang masih lengang. Sampai di masjid ia mendapati Pak Ali