CHAPTER 5.1: AFTER SCHOOL IS ALWAYS GOOD

4.1K 349 14
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ricco Theodore


Biasanya aku tidak senang dengan angka dua, tapi angka dua yang satu ini benar-benar membuatku kegirangan. Meaning what

Meaning, we finally went home, baby !

Yep, akhirnya kami pulang juga setelah delapan jam yang melelahkan di sekolah. Hari ini kurang menyenangkan, sejujurnya. Callen merasa seperti ada yang terjadi di sekolah ini, yang berhubungan dengan miniatur yang dia maksud, padahal menurutku setelah ditelusuri lebih lanjut, tidak ada apa-apa. Aku melihat wanita aneh yang berdiri diam seperti orang bingung dan banyak masalah, mengejutkanku bagaikan putri sadako, yang ternyata adalah seorang guru bernama Tracy, walaupun begitu, aku masih tidak paham tujuan beliau melakukan hal itu. Lalu Alan yang mengutak-atik alat mungilnya yang mirip GPS secara diam-diam, membuatku tertarik untuk mengajaknya mengobrol soal itu. Kemudian pandangannya ke Callen yang agak membuatku kesal karena siapa yang tidak kesal kalau pacarnya dilirik orang lain? 

Aku menceritakan itu semua pada Ethan dan Carlo. Seperti biasa, Ethan yang memang cuek dari sono nya hanya menganggap semua ini kerjaan orang iseng (tulisan di kertas Callen), lalu Carlo bilang tidak ada hantu di sekolah ini yang berkeliaran di sekitar miniatur (wanita yang aku kira hantu) selain roh penjaga perpustakaan yang selalu berseliweran kapanpun bahkan saat kami sedang berada di dalam kelas, mungkin beberapa lagi yang hobi bersembunyi di toilet, dan di kelas-kelas kosong. Javier juga bilang kalau Alan sebenarnya baik karena dia sempat membantu Javier mengerjakan beberapa soal Matematika yang memang menjadi kelemahan sebagian besar dari kami.

"Santailah, kalian semua terlalu berlebihan," kata Ethan sambil menyetir santai seakan-akan dia sedang ada di Malibu untuk liburan keluarga.

Sierra dan Callen sedang membicarakan sesuatu di belakang dengan asyik, sementara aku dan Jay duduk sambil mengangkat kaki kami bak bos besar yang siap membagi-bagikan sembako.

"Bukan berlebihan, aku merasa aneh aja. Alat apa yang dipakai Alan? Buat apa alat itu? Cara dia megang juga mencurigakan banget, nggak salah dong aku curiga," ujarku masih bersikeras dengan pendapatku soal Alan. 

Aku sudah berusaha menjelaskan semuanya, mulai dengan bahasa formal,informal,gaul, sampai bahasa Inggris aksen Italia, tapi mereka tetap tidak percaya. Okelah, mungkin aku tunggu saja sampai salah satu dari mereka benar-benar mengalami ini.

"Paling game, kayak nggak tahu cowok zaman sekarang aja," sahut Carlo sambil membaca sebuah brosur yang ada di jok mobil Ethan. 

"Tapi kan aku sudah bilang, ada grafik-grafiknya, apa itu game?Game apa coba? Aku nggak pernah main game begituan, lo."

"Sudahlah, Ric. Jangan diperpanjang. Besok semuanya baik-baik saja kok, nggak usah terlalu dipikirkan. Dan kalau kamu kepo, mending kamu tanya aja, siapa tahu kalian bisa multiplayer gitu," kata Javier menoleh padaku.

TFV Tetralogy [2] : Paranoid (2013)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang