1

6 0 0
                                    

Sheila On 7 - Hari Bersamanya

Seharusnya tuhan hanya menciptakan cewek jutek, bukan cowok jutek!

Tatapan tajam diperlihatkan ke sebuah Mini Market tidak jauh dari rumahnya. Seketika dia menutup buku novelnya dan berjalan memasuki Mini Market tersebut dengan mata yang berbinar.

"Hallo, selamat malam dan selamat berbelanja di Indomaret." Sebuah sambutan hangat itu datang dari salah satu karyawan disana, Nina hanya membalasnya dengan senyuman.

Nina tidak habis pikir jika seandainya saja dia mempunyai pacar, pasti dia akan mendapatkan ucapan manis seperti itu setiap harinya.

"Pacar?"
Hanya itu kata yang yang keluar dari mulut Nina, dia bingung bagaimana bisa dia memikirkan hal seperti itu.

Nina memang mempunya pikiran yang berbeda, dia tidak ingin mencari pacar hanya karena enggan sendiri. Bagainya kesepian itu tidak akan hilang meskipun sudah mempunyai pacar sekalipun. Itu hanya akan menyakiti hati orang lain.

Setelah keranjang belanjaan nya terisi penuh, Nina berjalan ke arah kasir untuk membayar. Karena kasirnya cukup ramai, dia memilih untuk membaca novelnya kembali sembari menunggu antriannya selesai. Lima menit menunggu, kini giliran Nina untuk meletakkan keranjang belanjaannya diatas meja kasir. Matanya masih saja fokus pada buku novel yang dipegangnya sampai sampai saat kasir menyebutkan semua total belanjaannya pun Nina tidak sadar. Karena Nina terlalu asik sendiri pada buku novelnya, kasir itu memutuskan untuk mencolek lengan Nina dan barulah Nina tersadar.
"Hah? Tadi berapa?" Jawabnya yang terlihat sangat kaget.
"150.000 rupiah" Jawab seorang kasir tersebut. Nina merogoh uang yang dia simpan dalam tas selempangnya dan memberikannya kepada kasir.
"Bayarnya dengan uang pas ya?!" Tegas kasir itu sembari memberikan belanjaan itu ke Nina.

"Aduh, kak tolong pegangin dulu sebenyar ya?" Ucap Nina kepada kasir itu karena merasa repot dengan barang barangnya sendiri. Kasir itu beberapa kali senyum senyum ke arah Nina, Nina yang menyadari hal itu hanya memasang ekspresi sedatar mungkin karena dia benar benar merasa repot dengan barang barangnya.
"Makasih ya kak" Ucap Nina seraya tersenyum malu kearah kasir yang dari tadi memperhatikan gerak geriknya.

Nina memang manis dan terlihat menggemaskan sekali, hanya saja dia sering melakukan hal hal yang diatas kewajaran cewek pada umumnya. Jika cewek lain berusaha menutup mulutnya jika tertawa, maka Nina membiarkan mulutnya terbuka saat tertawa. Jika cewek lain terlihat anggun ketika sedang makan, maka Nina membiarkan pipinya bergelembung karena terlalu penuh menyimpan makanan. Tapi biar bagaimana pun Nina tetap saja terlihat manis dengan tetap menjadi dirinya sendiri.

Setelah keluar dari Mini Market, Nina masih tetap saja kepikiran dengan cerita novel yang dibacanya itu. Bisa dibilang, Nina memang pecandu novel karena waktunya dihabiskan hanya untuk membaca bahkan disekolah laci mejanya hanya diisi penuh dengan buku novel.

Nina mulai membuka buku novelnya lagi dan membaca halaman dimana tokoh cewek dalam novel itu masih saja sayang dengan cowoknya padahal selalu disakiti. Karena kesal dengan cerita pada halaman itu, refleks Nina mengorak orakan salah satu motor yang ada di parkiran Mini Market tersebut dengan berkata "Kenapa si cewek itu masih aja sayang sama cowoknya padahal terus terusan disakitin!"
Karena kencangnya orakan Nina pada motor itu, akhirnya motor itupun terjatuh dan Nina pun kaget dengan apa yang baru saja dia lakukan.

"Lo apain motor gue!" Teriak seorang cowok yang diyakini Nina adalah pemilik motor satria yang dia jatuhi nya itu. Dengan wajah yang pucat karena sangat takut, Nina memberanikan diri untuk melihat cowok itu dan meminta maaf.
"Maaf tadi ak-"
"Gara gara lo motor gue lecet!" Potong cowok itu sembari mengambil helmnya yang gelinding dan mulai mendirikan motornya kembali.
"Ta-tapikan udah minta maaf!" Jawab Nina terbata bata karena sangat takut. Cowok itu hanya menatap Nina dari ujung kepala samapai ujung kaki dengan tatapan sangat menyeramkan dan meninggalkan Nina tanpa sepatah kata pun. Nina yang melihat itu hanya bisa memajukan bibirnya karena merasa kesal dengan kelakuan cowok sombong itu.

"Baru lecet sedikit aja udah kaya mau makan orang, apalagi lecet banyak? Lagi pula kan gue tadi minta maaf, tapi malah ditinggal gitu aja. Emang muka gue mirip cabe cabean apa?! Dasar cowok jutek!" Cerocos Nina kesal.

***

Setelah sampai dirumah Nina memasukkan belanjaannya kedalam kulkas, dia masih saja kepikiran dengan cowok jutek itu. Apakah dia sudah dimaafkan?
Dengan langkah gelisah Nina membuka pintu kamarnya dan membanting badannya dikasur dengan badan membentuk bintang. Matanya kosong menatap langit langit kamar.

"Tadi diketawain mbak kasir, terus diparkiran? Gue jatohin motor yang lagi diparkir! Udah yang punya jutek banget lagi!" Keluhnya mengingat kejadian itu.
"Ahh, ngapain juga mikirin ituan. Lagi pula gue gak kenal ini, jadi gue gak perlu takut." Ucapnya seraya menenangkan diri.

Saat sedang asik berbicara sendiri, tiba tiba handphone Nina pun berbunyi menandakan ada telepon masuk. Nina yang hafal dengan nada dering handphonenya pun langsung melihat handphonenya.

Ari calling..

Gue chat ko gak bales?


Hp nya gue tinggal dirumah

Emang lo dari mana?


Mini Market

Kenapa gak bilang gue si? Kan bisa gue anter?


Deket ko makasih

Ya udah sekarang lo tidur, good-

Nina memutuskan sepihak teleponnya. Sebenarnya Nina merasa terganggu dengan perhatian yang diberikan Ari kepadanya. Hanya saja Nina merasa tidak enak untuk mengatakannya kepada Ari agar tidak lagi mengkhawatirkannya seperti ini. Lagi pula Ari bukan pacar Nina, jadi seharusnya Ari tidak perlu berlebihan seperti itu kepada Nina.

Ari sebenarnya cukup ganteng, dia baik dan pemberi perhatian dengan kualitas terbaik kepada Nina. Tapi tetap saja, hati tidak bisa dipaksa untuk di jatuhkan kepada siapa. Nina kadang merasa sudah sangat jahat kepada Ari karena terlalu cuek, tapi Nina tidak ingin Ari salah mengartikan kebaikan Nina, makanya Nina terpaksa cuek agar Ari tidak salah paham.

Kadang cinta serumit itu, kita menjatuhkan hati ke dia tapi dia menjatuhkan hatinya ke orang lain. Ada yang sebagian mengatakan itu adil, dan sebagiannya lagi mengatakan itu tidak adil.

Andai saja Nina mempunyai mesin waktu, rasanya dia ingin kembali ke waktu dimana dia tidak sengaja menjatuhkan motor cowok jutek itu. Nina tidak ingin kejadian memalukan itu terjadi dalam hidupnya.

Nina pun mematikan hanphonenya, lalu bersiap siap untuk tidur agar tidak terlalu larut dalam memikirkan apa saja yang sudah terjadi hari ini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 06, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

HUJAN dan TETESNYAWhere stories live. Discover now