CHAPTER 3: OPEN DISTRACTION

4.1K 346 9
                                    

Callensy Reece

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Callensy Reece


"Hei, Sier! Akhirnya kita bertemu lagi!" kataku pada Sierra yang akhirnya bisa kulihat dalam keadaan sehat setelah peristiwa psikopat gila dua bulan yang lalu.

Aku sedang duduk di sebelah Sierra, sementara cewek itu mengikat rambutnya. Semua terlihat sama, anak-anak pun masih menjalani kegiatan belajar dengan baik dan khusyuk, hanya saja wajah Sierra tidak terlihat sesenang dan sesehat biasanya. Kali ini, warna wajahnya lebih pucat dan putih, nyaris membuatnya mirip vampir albino yang terkena salju setinggi sepuluh meter.

"Hei, Len! Gila, kamu sudah jadian aja sama Ricco?" Aku menoleh pada Ricco yang berlagak pura-pura tidak tahu sambil bersiul.

Aku lupa bilang, Fifi, pacar Ricco , ternyata jalan sama cowok lain saat kami sedang kamp. Ricco akhirnya memutuskan cewek centil itu, karena itu saat kami pulang kemarin, mereka berdebat hebat sampai nyaris jambak-jambakan segala. Entah hanya aku atau aku melihat cowok itu mengitik-ngitik perut si Fifi, tapi yang penting mereka akhirnya tak ada hubungan lagi. Katanya, Fifi duluan yang memutuskan hubungan. 

Dan kenyataannya, Ricco tidak terlihat sedih atau tertekan. Malah anehnya, dia terlihat sebebas burung yang baru pertama kali dilepas dari sangkarnya. Sementara Fifi sibuk dengan 'yayang' barunya yang seorang fotografer, Ricco malah hepi-hepi dengan hidupnya yang bebas 'Fifi'. Yah, setidaknya burung itu bertemu dengan burung betina lainnya di dunia luar.

"Congrats, ya!" kata Sierra sambil menyalami aku dan Ricco yang tampak malu-malu.

"Sier, gimana kakimu?" tanya Ricco pada Sierra, perhatian dengan teman lamanya.

Sierra melihat lebam-lebam berwarna kebiruan di kakinya yang sudah mulai hilang. "Lumayan, sudah bisa dibuat lari," jawabnya sambil tersenyum.

Ricco hanya mengangguk-angguk saja. "Nggak ada masalah lagi, kan?"

"Nggak, Ric. Semuanya aman kok, beberapa hari yang lalu Sam dan papa ke kantor polisi untuk menemui Jac dan Harrison. Dan mereka akan dijebloskan ke penjara, di Amerika sana, karena ternyata mereka juga buronan di sana."

"Bagus lah, kami semua khawatir sama kamu, Sier," kata Ricco sambil mengangguk-angguk. "Habis mereka gila banget. Aku bareng Callen aja hampir mampus di terowongan bawah sana."

Melihat sikap Ricco yang tampaknya superperhatian begitu terhadap Sierra, aku tidak cemburu sih, karena bagaimanapun juga, Sierra adalah teman baik Ricco. Dia lebih dulu kenal dengannya, aku tidak punya hak untuk menjauhkan mereka atau apa, walau kuakui aku sedikit cemburu. Tapi toh, aku percaya dengan Ricco bahwa yang ada di pikirannya hanya aku. Setidaknya aku jauh lebih percaya lagi karena Sierra dekat dengan teman kami juga, mana cewek itu digosipkan dekat dengan idaman sekolah, Ethan. Mana mungkin ada yang berani mencoba mendekati cewek itu kalau saingannya seorang Ethan? Tapi caranya membawa-bawa soal peristiwa di terowongan saat kamp itu membuatku jadi teringat akan hari-hari penuh peluh dan emosi itu.

TFV Tetralogy [2] : Paranoid (2013)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt