CHAPTER 2: PENT UP

5K 392 18
                                    


Ricco Theodore

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ricco Theodore



Parah banget Callen melupakan Javier yang juga ikut bersama Ethan dan Sierra. Tadi saat aku bertanya-tanya soal bagaimana cara membaca kosakata ini dan ono agar terlihat bagus di matanya, aku sebenarnya menghampiri si Leo, teman sebangku Javier yang rambutnya keriting indah dengan warna kulit kecokelatan ala orang Latin. Jadi, bisa dipastikan kalau sepertinya dia hanya menyadari kepergian Sierra dan Ethan yang ngomong-ngomong belum balik sampai sekarang.

Setelah pelajaran Ms.Naomi berakhir, aku mencari-cari Callen yang tidak ada di tempat duduknya. Aku bertanya pada beberapa cewek yang sepertinya ngefans banget sama aku (beginilah, aku memang kalau punya kepercayaan diri di atas rata-rata), dan mereka menggeleng genit.

Euw. 

"Bro, Ethan mana? Daritadi nggak nongol itu bocah," kata Pierre menghampiriku sambil membersihkan kacamatanya dengan gaya sekaku robot.

Aku melihat langit-langit kelas yang akhir-akhir ini dijadikan laba-laba sebagai tempat bersarang mereka.

"Nggak tahu, memangnya dia ada urusan separah apa sih sampai Javy dan Sierra ikut-ikutan?"

"Masalah kemarin kali, sudah ah biarin mereka yang nyelesaikan. Aku mulas mengingat-ingat wajah psikopat yang nyaris membunuh Sierra ku..."

"Jay, please deh. Biarin Sierra bahagia bersama Ethan," ucap Pierre pasrah sambil tetap sibuk dengan laptopnya.

"Apa?! Jadi mereka sudah jadian? Kenapa nggak bilang-bilang?" protes Jay kecewa.

"Memang semua-semua harus laporan sama kamu dulu, nggak kan?" sahutku pada Jay yang sepertinya kecewa setelah mendengar Sierra bersama dengan Ethan. "Tuh, si Timmy sama Tiara, baru pedekate dua hari sudah gandengan tangan, nggak kamu kepoin sekalian?"

Ya sebenarnya aku tidak tahu pasti sih, tapi rasa-rasanya mereka punya satu hubungan. Aku memutuskan untuk bertanya pada Callen karena secara, Callen teman baik Sierra, sekarang.

"Mana Callen?" tanyaku pada Jay dan Pierre yang duduk diatas meja sambil mengangkat kaki mereka dengan pose ala-ala penjaga warung yang bermoto YOLO alias you only live once banget dengan hidup mereka.

"Tadi kalo nggak salah sih keluar. Kenapa bro? Kejar gih," usul Jay sambil memukul lenganku.

"Iya dong. Sama pacar masak nggak kangen. Tapi jangan pukul-pukul aku gitu dong! Tangan aku kan bukan puding!"

"Ya aku cuma bercanda kali! Nggak usah ngamuk kayak Hulk gitu juga! Santai aja!" sahut Jay sambil turun dari meja dan mengotak-atik ponselnya.

Kalau dipikir-pikir, sebetulnya hubunganku dan Callen bisa dikatakan aneh. Kami berada di sekolah yang sama, mungkin sering berpapasan satu sama lain. Tapi kami tidak pernah benar-benar berbicara sebelum peristiwa kamp waktu itu. Setelah itu, hubungan kami membaik setelah aku memutuskan Fifi, pacarku sebelumnya, sehingga tidak lama kemudian, kuputuskan untuk menyatakan perasaanku yang dengan mengejutkan diterima oleh Callen. Ini seperti lotre, kan?! Bukan hanya apa adanya, Callen juga berparas cantik, dengan rambut kemerahan dan mata bulat besar yang memandangmu ingin tahu, senyum lebar merekah dibalik bibir tebal yang selalu dipoles lip gloss, dan tawa renyah yang membuatku tidak pernah bosan di sampingnya. 

TFV Tetralogy [2] : Paranoid (2013)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang