Chapter 13: CONFESSION

5.4K 481 40
                                    

Sierra Laney 


Posisiku sekarang sedang enak sekali: duduk di atas sofa empuk yang tampaknya diimpor langsung dari Jerman, bersama Carlo di sebelahku yang tampak santai menunggu interogasi berikutnya, juga dengan secangkir  teh yang gratis disiapkan oleh para paramedis, tentu saja atas perintah inspektur di depanku. Kami sudah duduk di sini selama hampir 30 menit, aku pun sudah menguap beberapa kali, jadi kuharap ini semua cepat selesai agar aku bisa mendapatkan tidur delapan jamku yang keramat.

"Saya butuh kalian semua karena kalau mereka memberitahu informasi yang palsu, kami bisa mengetahuinya," kata Pak Mario sambil memimpin jalan. "Jangan banyak omong kalau saya tidak suruh kalian berbicara, paham?" Kami semua mengiyakan perkataan Pak Mario yang masih sibuk menulis sesuatu yang tak penting.

Kami akhirnya tiba di sebuah ruangan. Di dalamnya sudah ada Kiara yang bertampang lusuh dengan tangan dicancang menggunakan borgol. Ada dua polisi wanita yang berjaga di belakangnya, seakan-akan takut cewek setan ini bakal lepas dan mulai menyemburkan api dari mulutnya. Dilihat dari situasi ruangannya, sepertinya ini interogasi individu. Kami berdiri di belakang para polisi wanita yang tadi aku jelaskan. Kalau kalian tanya bagaimana tampangku sekarang, aku berlagak biasa saja (ingat, aku mengantuk luar biasa), sementara teman-temanku yang lain tampaknya sangat menikmati situasi seperti ini. Maksudku, kapan lagi mereka bisa memasang wajah sok bagaikan bos kalau bukan di saat-saat seperti ini? 

Kiara duduk di sebuah kursi dan menatap kami dengan tatapan mata penuh kebencian.Pak Mario yang masuk terakhir duduk di depannya, diam selama beberapa saat sembari menyiapkan beberapa pertanyaan.

"Kalau bapak nggak mau ngomong, mending saya keluar aja dari sini. Lama sekali." 

"Diam. Jangan banyak bicara!" bentak salah seorang polisi bertampang garang. 

 Kiara tersenyum licik mendengarnya sambil menatapku dengan kejam. Carlo yang menyadari itu langsung memelototinya, seakan-akan mengancamnya untuk tidak macam-macam denganku. Sementara aku yang dipandangi seperti itu hanya diam saja. Yang benar nih, aku bahkan tidak kenal dengannya, buat salah saja tidak, lalu apa haknya menatapku seakan-akan aku ini musuh bebuyutannya? Atau apa dia memang selalu begitu terhadap semua orang?

Kemudian Pak Mario berdeham dan duduk dengan gaya mengintimidasi. Beberapa detik kemudian, beliau memulai interogasinya.

"Nama?"

"Kiara Novarsta." Cewek itu menjawab cuek.

"Status?"

"Single."

"Astaga, bukan itu maksudnya, kamu mahasiswa apa mahasiswi apa mahabanci?" maki Inspektur Mario kejam sambil menggeberak meja sekali.

Aku berusaha untuk menahan tawa.

"Mahasiswi lulusan Arizona State."

"Saya akan mulai dari monyet-monyet itu. Saat monyet-monyet itu menyerang, apa benar kamu mengajak Sierra pergi?"

"Iya."

"Ke mana? Buat apa? Kenapa?"

"Itu pertanyaan atau apa'an sih? Ya jelas balik ke kamp, lah. Saya membohonginya dengan bilang bahwa kopernya ada di luar van dan saya suruh dia untuk mengambilnya."

"Ada alasan kenapa kamu melakukannya? Kenapa bukan kamu sendiri yang membereskan? Kamu kan panitia, dan kamu bisa melakukannya setelah tur berakhir."

"Aku? Beresin kopernya? You think I'm her slave?"

"JAWAB YANG SOPAN!" teriak salah seorang polisi wanita yang bertubuh kekar dengan alis tebal yang nyaris menyatu bagaikan unibrow.  Wah,rupanya nge-gym juga Ibu yang satu ini. Namun, karena Kiara pun bukan tipe orang yang peduli dengan gertakan orang lain, dia santai-santai saja mendengarnya.

TFV Tetralogy [1] : Cerveau Bang (2012)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang