Chapter 9: MAJOR ATTACK

6K 498 41
                                    

Carlo


Aku  dengan konyolnya sempat ketiduran di dalam kamar mandi dan terbangun dengan paksa setelah Ricco menggedor-gedor pintu kamar mandi, membuatku langsung mandi kilat dan selesai dalam 20 detik, kemudian segera bersiap-siap hingga jam menunjukkan pukul tujuh malam, yaitu jam sesi cerita malam dimulai. Aku dan Sierra juga Ethan mengikutinya seperti biasa dengan wajah inosen yang sok polos dan pura-pura terlihat tertarik. 

Secara struktural, setelah ini Sierra dan Ethan akan masuk ke rumah horor itu untuk menemui Mr.Harrison, sedangkan aku akan ke pabrik itu, sendirian. Oke, orang jomblo sepertinya harus melakukan segala sesuatu sendirian (oh shit), tidak ada kata takut,Carl. Kamu harus bisa melakukannya. Paling tidak ini juga demi Sierra dan Gris, dan seluruh peserta kamp ini. 

"Carl," kata Ricco tiba-tiba, membuatku rada terkejut. Aku menoleh padanya tanpa menjawab. "Aku mau ikut menemanimu," katanya.

 Oh? Ini hanya mimpi atau apa? Tiba-tiba ada yang berinisiatif menemaniku. Wah, rupanya dunia masih berbaik hati padaku.

"Ric, bukannya aku menolak ya, tapi aku nggak mau kamu jadi korban juga, so..."

"Gris sudah menjadi korban. Sierra akan menjadi korban kalau kita tidak bertindak. Javier akan bersama Callen. Lalu aku harus ngapain? Aku ingin terlibat dalam hal ini juga. Paling tidak aku bisa membantumu," katanya memohon. "Gris juga temanku, aku berhak ikut mencarinya, Carl."

Aku memerhatikan raut wajahnya yang terlihat serius. Sepertinya dia benar-benar ingin terlibat. Lagipula, siapa aku berhak melarang dia ikut-ikutan? Seharusnya aku menghargai niat baiknya yang ingin membantuku. Toh juga, dia bukannya tidak bisa diandalkan. Malahan, aku sangat bisa mengandalkan dia dalam situasi seperti ini. Ricco adalah sosok yang cekatan. Dalam hal yang menyangkutpautkan kekuatan fisik, aku bisa bergantung penuh padanya. Jadi, apa gunanya orang seperti dia diam-diam saja di van? Dia pun pasti bakal kepikiran dengan temannya. 

"Baiklah, Ric. Tapi kamu harus berjanji kamu tidak akan memaksakan atau mengorbankan diri. Mengerti?" kataku setengah mengancam. 

Dia mengangguk dan tersenyum senang. Aku tidak mau ada korban lagi. Kalaupun ada, lebih baik aku yang menjadi korbannya. Ah, bicara apa sih aku.

"Dengan demikian, berakhirlah cerita malam untuk malam ini. Karena kita sudah membahasnya di pertemuan tadi, hari ini akan ada jam malam. Kalian diwajibkan masuk ke dalam van tanpa protes. Tidak ada yang boleh keluar. Mengerti?" kata Jose sambil memperhatikan wajah masing-masing anak yang tampaknya tidak terlalu memperhatikan manusia itu.

"Bro, aku akan masuk dan mengambil peralatan. Saat aku keluar nanti, kamu juga ikut di belakangku. Aku akan berjalan ke arah rumah bersama Sierra, dan kamu juga Callen dan Javier langsung menuju ke arah yang berlawanan. Aku yakin mereka tidak akan melihat kita, kalau kita bergerak cepat. Aku sudah mengatur semuanya."

"Bagaimana cara mereka tidak melihat kita?"

"Tidak akan, percayalah padaku. Mereka semua akan berada di dalam rumah, di posisi mereka masing-masing. Kamu lihat Melissa?" katanya sambil mengerdik ke arah Melissa yang cepat-cepat masuk kedalam rumah lumut, alias rumah hijau di sebelah kanan. "Dia sedang bersiap di posisi. Jadi jelas tidak ada yang akan melihat kalian. Pakai jaket warna hitam, kalau bisa semuanya hitam. Muka dicat hitam juga boleh," kata Ethan sambil terkekeh.

 Aku tidak menunjukkan ekspresi apa pun karena lelucon garingnya yang tidak pernah mengalami peningkatan itu, lalu dia kembali serius. 

"Itu saja. Sekarang kita kembali ke van dan bersikaplah seperti biasa," kata Ethan kembali serius sambil mengajak Sierra berjalan ke arah van. 

TFV Tetralogy [1] : Cerveau Bang (2012)Where stories live. Discover now