Chapter 7: UNTITLED

4.8K 502 8
                                    

ETHAN


"Mana Carlo?" tanyaku pada Callen yang sedang membetulkan ikatan rambutnya. 

"Di luar, sama Sierra," katanya singkat. Aku baru mau keluar, lalu Callen menahanku. "Than. Aku mau tanya," katanya blak-blakan, membuatku mau tidak mau menoleh padanya. "Apa kamu... suka sama Sierra?" tanya Callen tiba-tiba. 

Ah, semua orang menganggapku menyukai Sierra. Ada apa ini? Sebenarnya setiap kali aku ditanya seperti itu, aku selalu bingung harus menjawab apa. Mau menjawab ya, tidak yakin juga. Kujawab tidak sebenarnya bisa menempatkanku pada posisi yang aman, sih, tapi aku merasa tidak ada ketulusan dari dalam diriku saat menjawab 'Tidak'. Kalau ada kata yang tepat untuk menggambarkannya, itu adalah bahwa aku tertarik dengannya. Bukan suka. 

"Kenapa kamu tanya gitu?" tanyaku pada Callen yang memasang wajah sok polos.

Dia memiringkan kepalanya. "Maaf deh, kalau tersinggung. Habis, kamu kelihatannya care sama dia. Semua juga bakal mengira kalau kamu ada rasa sama anak itu."

Ya, kalau soal peduli sih, aku memang harus. Bagaimanapun juga, dia merupakan sasaran utama dalam kasus ini. Kalau dia sampai tidak selamat atau apa, bukan hanya aku, tapi seluruh peserta kamp ini bisa dihajar sama kakaknya yang superbesar itu. Dan aku pun kenal dengan papa Sierra. Kalau anaknya sampai kenapa-kenapa, aku juga tidak boleh berpangku tangan. Seandaikan Callen atau (amit-amit) Patricia Si Medusa yang jadi target, mau tidak mau aku harus turut membantu, kan?

"Itu sudah kewajiban. Bagaimana lagi, dia diincar. Kalau yang lain yang  jadi korban, aku pun nggak akan tinggal diam," kataku menjelaskan, tepat seperti yang kupikirkan. 

Callen hanya mengangguk dan kembali menatap cermin tanpa bertanya apa-apa lagi, jadi, aku memutuskan untuk keluar. Malam ini dingin juga. Ngomong-ngomong, dimana Carlo dan Sierra? Apa mereka sedang melakukan sesuatu?

Aku berjalan ke arah markas, tempat anak-anak berkumpul. Kutanyai satu-satu mereka. Tidak ada yang tau. Oh, mungkin mereka sedang membuat teh atau apa. Aku bermaksud kembali ke van saat mendadak seseorang menepuk punggungku dan nyaris membuatku serangan jantung di lokasi.

"Hai, Ethan!" kata Si Medusa banyak gaya dengan wajah penuh bedak dan baju yang agak basah.

"Habis ngapain kamu?" tanyaku cuek.

"Aku? Ya jelas habis dari van lah! Mumpung aku lihat kamu keluyuran tanpa kehadiran cewek diam penggoda lelaki itu, aku  jadi bisa nyamperin kamu deh. Mau ke mana nih?" 

Aku memandanginya tanpa berkedip. 

"Balik van. Kamu habis apa sih?" 

"Habis apa gimana? Habis mikirin kamu dong! Kok tumben perhatian gitu? Sudah mulai sadar sama kehadiran cewek cakep di depanmu?"

Aku menunjuk bajunya yang basah tanpa sepatah kata, membuat cewek itu terkejut dan histeris sendiri.

"Kok bisa basah gini sih?!" jeritnya heboh.

"Kamu sendiri pakai baju basah masak nggak sadar? Kembali sana ke van, ganti baju," kataku cuek sambil berjalan kembali ke van.

 Aku tidak mendengarkan kelanjutan drama, karena drama itu digantikan oleh drama lain. Sierra dan Carlo yang sedang duduk berduaan sambil tertawa. Mereka terlihat senang. Lebih baik aku tidak menganggu mereka. Aku berjalan lurus ke arah van tanpa menatap mereka, tapi sepertinya Sierra menyadari keberadaanku. Lain kali aku harus pinjam jubah tembus pandang punya Harry Potter.

"Than!" teriaknya sambil berlari ke arahku. 

Aku hanya tersenyum dari jauh dan mengangkat tanganku. 

TFV Tetralogy [1] : Cerveau Bang (2012)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang