Chapter 6: DISCOVERED

7.9K 554 18
                                    

SIERRA LANEY


"Sierra! Kamu akhirnya datang juga. Sudah makan malam? Bagaimana kalau hari ini kamu makan malam bersama kami?" tawar Mr.Harrison yang entah mengapa memiliki aura sebaik malaikat Surgawi padaku, dengan wajah penuh welas asih dan damai,yang sudah jelas khas malaikat sekali. 

Sebenarnya aku ingin sekali menolak, tapi sepertinya tidak bisa mengingat Mr.Harrison memasang wajah yang sangat tulus dan baik, sehingga rasanya tak enak sekali kalau harus menolak tawarannya. 

Lain cerita dengan Jackie, si wanita berwajah ular yang kelakuannya mirip Medusa. Sesuai namanya, Wanita Ular, tentunya dia sosok yang licin dan mudah menghilang. Setelah melihat wajahnya, aku terus-terusan memaksa otakku untuk berpikir, di mana dan tepatnya kapan aku melihatnya? Rasanya kami seperti pernah bertemu, tapi aku pun tidak yakin karena wanita berwajah ular kan, banyak sekali di dunia ini.

Kemudian, pikiranku teralih pada album foto yang kutemukan hari itu ketika aku izin pulang dari sekolah. Setelah dipikir-pikir, wajahnya begitu mirip dengan wajah wanita yang berdiri di samping papa. Namun, setahuku, wanita itu bernama Annika, bukan Jackie. Apa ini hanya perasaanku saja bahwa mereka mirip? Lagipula, setahuku, wanita itu juga sudah lama menikah dan bahagia dengan kehidupannya di luar negeri, kata papa.

Kalau mau disangkutpautkan, harus ada sesuatu yang membuatku dapat menyambungkan benang merahnya.

"Hmm, sebenarnya saya ingin, Mr. Tapi saya akan makan malam dengan teman-teman saya saja. Bagaimana kalau besok?" kataku pada Mr.Harrison yang sepertinya tampak kecewa, membuatku jadi sedikit merasa bersalah.

"Baiklah. Tidak masalah. Omong-omong, ini yang mau saya tunjukan padamu," katanya sambil mengeluarkan sebuah album foto yang tidak tampak usang dari tas kulitnya.

Belum sempat si Harrison mengeluarkan benda keramatnya, Jackie, si wanita ular beraura hyper negative, yang mendadak muncul seperti siluman di sebelah laki-laki gendut itu, membisikkan sesuatu pada Mr.Harrison dan dibalas oleh sebuah anggukan, membuat wanita itu pergi dua detik kemudian. 

"Nah, ini adalah foto pertama kali saat saya membangun pabrik saya itu," katanya sambil menunjukan sebuah foto dengan background pabrik yang sepertinya terlihat berbeda dengan yang sekarang. 

Mungkin sudah direnovasi atau pemiliknya sadar kalau pabriknya dulu jelek banget. Dan juga, Mr.Harrison terlihat lebih muda disana.

"Yang ini adalah ulang tahun saya, saat itu saya berada di Thailand," kata Mr.Harrison sambil menunjukan lima sampai enam foto saat Mr.Harrison memegang beberapa kantong plastik, entah itu hadiah dari istri, atau anak, atau kerabatnya. Rambutnya masih panjang dan di dye­ coklat tua, terlihat sangat kuno dan ketinggalan jaman (walau sekarang rambut gondrong mulai diminati lagi oleh sebagian besar aktor).

"Wow, anda muda sekali di sini," kataku sambil melihat-lihat foto itu.

Dia hanya tertawa.

Salah seorang panitia kemudian mengantarkan teh pada kami. Setelah mengucapkan terima kasih, aku memerhatikan teh itu. Warnanya sedikit aneh, ungu tua. Untuk sebuah teh, bukan warna yang familiar di mataku. Walaupun begitu, aku tetap tidak bisa menahan diri untuk tidak mencicipinya berhubung aku memang pecinta teh.

"Hmm, teh apa ini Mr.Harrison?" tanyaku.

Mr.Harrison menunjukkan sebuah foto dengan nama teh itu dipajang dan ada seorang anak duduk sambil meminum tehnya.

"Anda yang meracik sendiri?"

"Ya, saya suka meracik teh, sampai sekarang ada 100 jenis teh yang saya racik sendiri. Pernah mencoba Broccoli Cilantro?"

TFV Tetralogy [1] : Cerveau Bang (2012)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang