Chapter 1: THE ANNOUNCEMENT

27.8K 1K 159
                                    

/ warning: FYI , revisi aku lakukan setelah cerita ini dibuat kira-kira saat aku masih duduk di bangku SMP

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

/ warning: FYI , revisi aku lakukan setelah cerita ini dibuat kira-kira saat aku masih duduk di bangku SMP. Sekian, and happy reading ! 

• • •

Sierra Laney

Sebenarnya ini bukan masalah besar, tapi berlari dibawah terik matahari tepat pada jam 12 siang bukanlah hal yang menyenangkan. Semua orang mengakui hal itu. 

Dan seakan berlari tepat di bawah matahari tidak cukup bagus, sekarang aku ketambahan demam pula. Jelas, aku tidak sudi membuat orang-orang khawatir dan memperhatikanku seolah-olah aku ini pasien rumah sakit yang perlu perawatan 24 jam (yang benar saja, aku kan kadang hanya terserang demam atau panas ringan dan bukannya penyakit pendarahan dalam yang butuh opname berminggu-minggu). 

Aku paling tidak suka dikhawatirkan secara berlebihan (mungkin aku harus menyampaikan gagasan ini pada Sam), tapi harus diakui, akhir-akhir ini kesehatanku memang agak memburuk, dan demi jenggotnya Dewa Zeus yang tak diketahui betul keeksisannya itu, aku harus check up ke dokter langgananku, segera. 

Aku menarik napas panjang dan berusaha berlari lagi. Mengamati di ujung lapangan, Mr.Joe tetap meneriaki beberapa cowok yang lengah. Beberapa dari mereka mulai menendang udara, melempar sesuatu tak kasat mata, mengata-ngatai Mr.Joe yang memang terkenal kejam dan suka labil dengan murid laki-laki itu. Aku tetap memaksa berlari sampai putaran terakhir walau kakiku sudah kelewat lelah dan pernapasanku mulai tak teratur. Tapi, aku mempercepat lariku.

"Sierra! Ayo dong! Lama banget larinya! Kita kan jadi nggak bisa istirahat nih!" kata Lissa berteriak padaku, dan aku bersumpah demi apa pun, teriakannya sama sekali tak membantu. 

"Kamu bodoh apa dungu? Nggak ngerasa dia lagi nggak enak badan gitu? Kamu juga selesai karena curang pas si guru kampret itu ngadep atas, lewat jalan pintas kan, sambil tebar pesona sama kakak kelas?!" sahut Carlo, teman cowokku yang superbaik (baca: dan selalu menemaniku di saat suka maupun duka).

Fakta lainnya lagi, Carlo adalah mantanku dua tahun yang lalu, tapi kami putus karena kelabilanku yang merasa kita cukup berteman saja. Lagipula, saat itu kan aku mau ujian, jadi lebih baik aku memfokuskan pikiranku pada ujian yang konon menyeramkan itu (walaupun akhirnya aku sadar bahwa ujian nasional sama saja seperti mengerjakan ulangan harian Matematika anak kelas lima SD, dan jujur saja, terkadang aku menyesali keputusanku itu). Carlo menatapku lagi dan tersenyum menyemangati. Aku mengangguk dan mempercepat lariku.

Setelah menghabisi putaran terakhir dengan meningkatkan kecepatan lariku dengan terpaksa, akhirnya, selesai juga penderitaanku di jalur neraka. Mr.Joe bertepuk tangan dengan girang, seakan-akan kami semua baru saja mendapatkan medali platinum dalam ajang maraton se-jagad raya. Carlo sampai harus melongo karena merasa perbuatan Mr.Joe itu aneh, tapi sebagian besar aku yakin dia begitu karena hari yang kelewat panas.

"Bagus. Kalian ada peningkatan minggu ini, jauh lebih cepat daripada minggu kemarin, walaupun sebagian besar dari kalian menipu saya dengan tindakan-tindakan curang, tapi karena saya sedang berbaik hati, saya lepaskan kebejatan kalian. Sekarang, balik ke kelas!"

TFV Tetralogy [1] : Cerveau Bang (2012)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang