Bab 57

20.6K 1.5K 259
                                    

ASSALAMU'ALAIKUM. AYIIIII.
*
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ مُحَمد

*
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

“Lupa kepada Allah.
Ibarat hidup tapi Mati.”

~Arsyaddayyan.

Azalea terbangun ketika merasakan tenggorokannya kering, bangkit dari tidurnya lalu pergi menuju dapur, mengambil segelas air lalu meminumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Azalea terbangun ketika merasakan tenggorokannya kering, bangkit dari tidurnya lalu pergi menuju dapur, mengambil segelas air lalu meminumnya. Samar-samar Azalea mendengar suara Yulia juga Irsya dari dalam kamarnya, seperti sebuah pertikaian kecil.

Saat hendak kembali ke kamar, sebuah kata menghentikan langkahnya entah kata itu terlontar untuknya, atau bukan yang jelas itu menyakitkan.

"Jika bukan anak kita dan bunda yang meminta, mungkin dulu aku tidak akan merestuinya."

Benar. Kata menyakitkan itu ternyata terlontarkan untuknya, tangan Azalea bergetar, matanya kini sudah mulai berkaca-kaca, terdengar sangat menyakitkan.

"Kenapa umma mengatakan itu? Azalea sudah lebih dari cukup untuk kita."

"Melihat perlakuan yang sering umma tampakkan kepada menantu kita, memang tidak sedikitpun umma menganggap Azalea menantu, semua hanya sandiwara."

"Yang aku mau bukan Azalea Abi."

Dada Azalea terasa sangat sakit, kenyataannya, yang di inginkan Yulia bukanlah dirinya, jika di ingat perlakuan Yulia kepadanya bukan seperti menganggap Azalea sebagai menantu.

Sebelum melangkah pergi Azalea tersenyum getir, semua orang sudah mengatakan bahwa dirinya tidak pantas menjadi istri seorang Gus, bahkan menjadi bagian dari keluarga pesantren, lihat perempuan fakir ilmu ini, akhirnya sadar kenyataannya menjadi istri seorang Gus, harus setara dengan nasab mereka.

"Umma! Kamu keterlaluan, bagaimana bisa kamu mengatakan ini, Azalea menantu kita. Jika umma masih menentang pernikahan ini, dan masih tidak menyukai menantu kita, umma bisa memilih, kita lebih baik berpisah atau umma merubah sifat kekanak-kanakan umma, sadar dia menantu kita!"

Yulia diam. berpisah? Itu adalah kata yang konyol di usia mereka sekarang, tetapi kata itu, mampu menjadi ketakutan untuk Yulia saat ini.

******

Harus kemana lagi Azalea meluapkan rasa kesedihannya jika bukan di atap pesantren Putri, berkali-kali Azalea mengusap dadanya yang terasa sangat perih, duduk menyandar pada pembatas atap, hingga menekuk lutut. menyembunyikan suara tangisnya agar tidak terdengar, semakin membuat nafasnya tercekat, dan sakit.

"Mamah.."

"Lihat putri mu ini sekarang, dia menangis hanya karna mendengar kata yang menyakitkan."

ARSYAD DAYYAN {Segera Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang