FIVE

110 22 4
                                    

WARNING!!
misogyny character and violence typical of canon

.
.
.
.
.
.
.
.

"Lihatlah kulit pucat itu, dia tidak akan bertahan empat jam ke depan di sini. Dia mungkin bahkan kehilangan jarinya." Salah satu dari mereka berucap sambil tertawa.

"Dia lebih cocok melayani kita dari pada bekerja dengan kita, andai Alby lebih adil." Satu berkata dengan nada sedih.

"Dia hanya makhluk dengan payudara, tidak ada yang berbeda." Celetuk yang lebih dekat dengan tempatku.

"Bagian bawah juga berbeda hahah."

Mereka tertawa bersama-sama. Tidak peduli tentang betapa dekatnya aku dengan tempat mereka. Tidak ada dari mereka yang membelaku.

Aku bisa merasakan bahwa lidahku sekarang berdarah, persetan dengan para Builders yang kurang ajar ini. Tepat satu minggu di sini, ku harap aku bisa melarikan diri lebih cepat dari pekerja menjengkelkan ini. Mereka tidak berhenti membicarakanku dengan misoginis dan merendahkan seolah menjadi perempuan adalah hal terburuk yang bisa diminta. Patriarki memang benar adanya di sini bahkan jika aku adalah perempuan pertama di sini.

Bajingan bodoh kuharap mereka mati, kecuali Gally setidaknya dia bisa membuat mereka menutup mulut mereka dari pembicaraan menjijikan dan menjengkelkan jika seandainya itu dalam jangkauan pendengaran nya. Aku memalu paku itu dengan kencang sebelum melemparkan palunya dengan tidak peduli berharap itu mengenai seseorang.

Untungnya ya itu mengenai kaki pria berwajah kusam yang nampaknya memiliki kesulitan emosional disekitarku.

"APA-APAAN INI?!" Dia membentakku wajahnya memerah.

Dia memeriksa kakinya, ternyata hanya jempolnya yang terkena palu berat yang aku lembar. Ya... Sayang sekali. Tidak bisa menandingi jarinya yang nampak terpotong setengah.

"Aku tidak melihat mu di situ. Sisi butaku tidak menjadi urusanku." Aku mengangkat bahu santai.

Dia pantas mendapatkan nya dan karena ingatanku sudah kembali sepenuhnya aku tahu cara menangani orang. Pria itu nampak akan maju meninjuku, tidak ada mencegah nya nampak nya semua orang menantikan hal itu dan Gally cukup lama untuk menyadarinya. Ketika dia menyadari nya semuanya sudah terlambat, pukulan mengenai pipi kiriku dengan menyakitkan sungguh dia membuat pilihan yang yang akan dia sesali. Aku mengalihkan wajahku padanya sebelum mendorongnya dengan kekuatan penuh.

Amarahku menyesakkan, bajingan ini adalah sasak tinju yang menyenangkan.

Aku mendorongnya ke tanah, menarik tanganku dengan sekuat tenaga sebelum meninjunya berkali-kali wajahnya. "Aku tidak sengaja sialan, beraninya kau memukulku. Kau pikir kau siapa?!" Aku membentaknya, kebohongan sebagian.

Dia berusaha melawanku tangannya naik untuk memegang leherku, tapi sebelum itu terjadi aku berdiri dia mencakar leherku dengan kuku kotornya karena tidak sampai untuk menggenggam nya, kakiku menendangnya dengan keras-keras berharap tulangnya patah. Leherku perih tapi itu tidak seburuk yang akan dia rasakan beberapa hari kedepan dengan belasan tendangan di rusuknya dan pukulan di wajahnya.

Emosiku tidak terkendali mengingat ucapannya. Perempuan hanyalah makhluk dengan payudara yang rapuh. Lihat bajingan siapa yang rapuh sekarang.

Seseorang menarikku menjauh dari makhluk menjijikan itu. "Lepaskan aku, sial dia pantas mendapatkan beberapa patah tulang! Bajingan persetan denganmu! Aku akan membunuhmu sebelum maze ini membiarkan kita membusuk di sini!" Aku berteriak sekuat tenaga meronta-ronta. Dua orang menahanku, suara di sekeliling mengaburkan pendengaranku.

𝑻𝑯𝑬 𝑸𝑼𝑰𝑬𝑻 𝑮𝑰𝑹𝑳 - 𝑵𝑬𝑾𝑻 [𝑻𝑯𝑬 𝑴𝑨𝒁𝑬 𝑹𝑼𝑵𝑵𝑬𝑹]Where stories live. Discover now