Chapter 1

297 26 0
                                    

"Mm Kak, kelasnya di mana yo, lah?" Dean Wahnan bertanya demikian pada beberapa mahasiswa yang tengah berbincang.

Mendengar pertanyaan dengan bahasa agak asing itu, tentulah mereka menatap bingung. "Maksudnya?" Salah satu pemuda lelaki berkata.

Dean berdeham, dia baru sadar tak sengaja menyampur bahasa daerahnya. "Anu, Kak, kelasnya ... di mana, ya?"

"Emang lo mau ke mana ... Dek?" Ada nada mengejek yang disertai tawa, mereka menatap Dean dari atas ke bawah, pakaian agak terbelakang serta kacamata usang di sana, pun rambut klimis agak aneh.

"Mm di sini katanya, matematika. Tadi saya nanya ke orang sana, entah kenapa malah WC." Lagi, dia jadi bahan tertawaan, Dean hanya menatap seraya melongo.

Mereka bertukar pandang sebentar, ada wajah-wajah tengil di sana. "Sono, lurus aja terus belok!"

"Oh, iya, Kak. Terima kasih banyak." Dia membungkuk hormat dan menuju ke arah yang ditunjukkan, sementara di belakangnya para mahasiswa tertawa-tawa geli seakan mengejek, dia malah tak menyadarinya.

"Buta map, hadeeeh ...."

Dean sadari, dia memang buta map, dia tak memahami gedung ini sekalipun diberi kertas intruksi. Saat sebelum datang ke sini, sebenarnya dia bersama anak majikannya, tetapi gadis muda itu gelay jadi guide Dean, apalagi kalau bukan karena penampilan cupu sementara dia modis. Dean hanya bisa pasrah menunduk tak berani membantah walau nyonya dan tuan berpesan agar nona muda membantunya.

Kini, dia sampai di ruangan yang dimaksud, ruang yang kelihatan ... tak mirip kelas.

Namun, tak mau suuzon, Dean akhirnya memegang ganggang pintu, membukanya, dan masuk ke sana.

Benar saja, ini gudang.

Konyolnya Dean, dia malah masuk ruangan itu, seakan memastikan isinya yang berdebu adalah kelas--jelas bukan, ini kan gudang penyimpanan.

Lagi-lagi, dia kena kibulan para mahasiswa dan mahasiswi sini, apa yang salah dengannya, sih?

"Kiyapa lo, yah?" (Gimana ini?). Baru hari pertama dan dia sudah terlambat masuk ke kelas.

Dia akan dihukum, kah? Dulu saat SMA kalau telat sedikit, jelas dihukum, apalagi sepertinya kuliah. Cuma, sepertinya belum pada masuk, soalnya banyak yang di luar, kan? Dean garuk-garuk kepala, sungguh dia tak memahami perkuliahan bagaimana, karena sekali lagi ditegaskan, nona muda yang harusnya mengajarinya malah mengabaikannya begitu saja.

Otak Dean agak lemot soal itu.

Dean siap keluar dari ruangan tersebut, setidaknya sampai tiba-tiba sesuatu jatuh dari atas lemari tua, membuat Dean menoleh ke arah sana. Suara kerincing kecil, ternyata ada anting mungil agak berdebu tetapi mengkilap yang jatuh ke lantai. Dean menatapi itu sejenak, sebelum akhirnya berjalan menghampiri benda tersebut.

Memungutnya, dan mengeceknya. "Pun siapa ngini?" (Punya siapa ini?). Dia meneliti, tampaknya emas asli, tetapi tak ada niat mencuri. "Kena k'u bulik akan ja ke urangnya." (Nanti aku kembalikan ke orangnya).

Dia memungutnya untuk mengembalikannya, memasukkannya ke kantong kemudian berjalan keluar.

Entah kenapa, kakinya berjalan sangat pasti, teramat pasti hingga memasuki salah satu kelas di mana seorang dosen wanita tengah mengajar matkulnya. Kedatangannya di tengah pembelajaran lumayan menarik perhatian, sementara Dean agak bingung kenapa dia ke sini, tetapi dia malah diam di tempat seakan bingung harus bereaksi apa.

Sementara para mahasiswa dan mahasiswi menatapnya aneh, mengejek, walau yang lain ada biasa saja, entah kenapa dosen wanita di hadapannya menatap syok.

Sangat syok, terlalu syok untuk dikatakan sekadar kaget akan kehadirannya.

"Mas Daffa?"

Ghosting HusbandWhere stories live. Discover now