38. Ember

3.6K 309 18
                                    

Dan seperti biasa jangan lupa Vomen nya say!!

Happy reading guys!..
...

Ajeng hanya bisa berdiri mematung, mendengarkan ocehan seseorang perihal sisi dirinya yang lain.

Sisi yang tak pernah ia ingin perlihatkan pada Theodor.

Bukan karena Ajeng tak ingin menyumbat mulut pihak lain, tapi tatapan suaminya begitu tajam menusuk ke arahnya. Membuatnya tak bisa melakukan apapun.

Tak bisa kesal pada suaminya, Ajeng hanya bisa melemparkan semua kesalahan ini pada Gibran. Pria yang sedari muncul terus mengoceh tentang kejadian tempo hari di mana ia ikut membantu mencari Haira.

Dia tahu bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi jika mulut pria itu tetap mengoceh.

Ajeng bertanya-tanya dari sekian luasnya bumi dan banyaknya penduduk, mengapa dia harus bertemu Gibran. Bukan kah ini terlalu ke betulan.

Sebetulnya yang Ajeng tak tahu bahwa Gibran tinggal di komplek yang sama dengannya. Jadi pertemuan hari ini murni kebetulan.

Ajeng curiga, bahwa Gibran bukan ingin berterima kasih melainkan ingin menyakitinya.

Mendengarkan setiap kalimat yang Gibran ucapkan seperti sidang kematian.

Apalagi saat matanya bertabrakan dengan tatapan mata Theodor, dia bisa melihat badai tengah bergejolak dalam sorot matanya. Ajeng merasakan tubuhnya gemetar dan firasat buruk di hatinya semakin kuat.

Dan itu semakin jelas saat Gibran berkata "Gue masih gak nyangka, ternyata lo itu aktif di industri hitam. Kalo gue tau, dari dulu gue bakalan ajak kerjasama"

Pria itu seakan tak melihat suasana, hingga tak sadar aura di sekeliling Theodor telah berubah.

Sejak awal Ajeng lebih suka berurusan dengan pria seperti Gibran yang lebih suka mengandalkan otot dari pada pria licik seperti Theodor.

Karena jika dengan Gibran, besar kemungkinan baginya untuk menang namun tidak demikian jika ia harus berhadapan dengan Theodor. Ia sendiri mungkin tak tahu bagaiamana dia di bunuh.

Dan Theodor adalah tipe orang yang paling ingin ia hindari, karena sejak dulu Ajeng selalu bernasib buruk jika berurusan dengan orang licik.

Kalian harus tahu orang licik selalu suka bermain trik. Itulah alasan mengapa Ajeng berpikir untuk menjauh dari Theodor di awal.

Melihat Theodor yang selama ini selalu terlihat lembut dan penyayang kepadanya, menjadi begitu dingin dan jahat. Membuatnya hampir lupa seperti inilah Theodor yang sebenarnya.

Sekarang, ia tak tahu apakah ia beruntung atau sial karena melihat Theodor yang seperti ini.

Ajeng merasakan kakinya mulai melemah. Ia sudah tak tahan dengan suasana ini. Dengan lemah dia menyenggol Haira di dekatnya. Haira sadar dari keterkejutanya, ia segera mencubit pinggang suaminya hingga Gibran meringis kesakitan.

Jujur saja, Haira sama terkejut dengan Ajeng saat melihat Theodor seperti ini. Namun dia butuh waktu lama untuk sadar dari rasa terkejutnya.

Gibran meringis saat pinggangnya di cubit. Ia sontak menghentikan ocehannya. Dan dunia kembali ketenangannya.

Haira tak mengerti bagaiamana pria sedikit bicara seperti Gibran bisa menjadi begitu cerewet.

Walau sumber kebocoran berhasil di hentikan, namun informasi yang telah di keluarkan sudah cukup bagi Theodor untuk mengerti secara kasar apa yang telah terjadi.

Theodor mengerti bahwa istri yang selama ini dia lihat sebagai wanita rumahan biasa ternyata menyembunyikan sesuatu yang besar di belakangnya.

Theodor merasa rumit, jujur ia kecewa saat tahu Ajeng tak terbuka pada dirinya. Tapi ia lebih merasa marah saat mendengar bahwa istrinya harus menghadapi belasan orang sendirian.

EXCUSE ME [END]] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang